Relawan Tzu Chi berbaris menuju rumah Kho Bun Sai dengan penuh semangat, mulai dari halaman, ruang tamu, kamar tidur, hingga kamar mandi.
Kho Bun Sai (78) adalah salah satu penerima bantuan Tzu Chi sejak lima tahun lalu. Seiring waktu, pria ini hidup sebatang kara di rumah peninggalan orang tuanya di Medan Polonia, Sumatera Utara. Meski sempat hidup aktif sebagai teknisi mobil, penyakit glaukoma yang merusak saraf mata membuatnya kehilangan kemampuan melihat dan terpaksa mengandalkan hidup dengan bantuan orang lain.
Pertemuan Kho Bun Sai dengan relawan Tzu Chi Medan adalah pertemuan yang penuh berkah. Relawan dari komunitas Petisah melihat kondisi Kho Bun Sai yang kini tidak mampu melihat, hidup sendirian, dan memutuskan untuk membantu. Sebulan lalu, mereka merencanakan untuk membersihkan rumah Kho Bun Sai agar ia bisa merasa nyaman dan lebih layak.
Relawan Tzu Chi menyikat dan membersihkan kamar mandi Kho Bun Sai menjadi lebih bersih.
Edison memapah Kho Bun Sai ke halaman rumah sambil menunggu rumahnya selesai dibersihkan.
Hari Minggu, 1 Desember 2024, meski cuaca mendung dan hujan turun, semangat para relawan Tzu Chi komunitas Petisah tetap tak surut. Pukul 7.30 pagi, beberapa relawan berkumpul di rumah Edison, koordinator kegiatan sekaligus relawan yang selalu memantau kondisi Kho Bun Sai sehari-hari. Setelah mempersiapkan alat-alat kebersihan seperti sapu, serokan, sabun cuci piring, dan ember, relawan pun berangkat menuju rumah Kho Bun Sai di Jalan Pendidikan, Gg. Taufik.
“Kho Bun Sai hidup seorang diri dan sudah tidak bisa melihat. Kami berharap ia mau tinggal di panti jompo agar mendapat perawatan yang memadai,” ujar Edison dengan penuh perhatian. Sesampainya di rumah Kho Bun Sai, relawan mengetuk pintu dan memohon izin untuk membersihkan rumahnya. Kho Bun Sai awalnya ragu, namun setelah diberi pengertian, akhirnya ia setuju. Relawan kemudian memapah Kho Bun Sai duduk di luar untuk menghirup udara segar sambil menunggu rumahnya selesai dibersihkan.
Meskipun air di daerah tersebut sedang mati karena kerusakan, semangat relawan tak kendur. Mereka mendapatkan air dari panti terdekat yang memiliki sumur bor. Meskipun hujan turun deras, para relawan tetap mengangkat air dan membersihkan rumah Kho Bun Sai dengan penuh semangat.
Relawan bergotong royong membersihkan tempat tidur dan mengganti sprei.
Lantai rumah juga turut disikat dan bersihkan oleh para relawan.
Para relawan membagi tugas: ada yang menyikat lantai kamar mandi, membersihkan lemari, mengganti bohlam lampu, dan menyapu lantai. Kerja sama yang solid membuat pekerjaan menjadi ringan dan cepat. Lysandra, salah satu relawan, bahkan membawakan sarapan vegetarian untuk Kho Bun Sai, yang ternyata belum makan pagi.
Seiring berjalannya waktu, rumah yang tadinya berantakan kini perlahan-lahan menjadi rapi dan bersih, mulai dari kamar mandi, dapur, kamar tidur, hingga ruang tamu. Relawan Tzu Chi kemudian membimbing Kho Bun Sai ke kamar tidur yang sudah dipersiapkan. Dengan senyum penuh rasa syukur dan terima kasih, Kho Bun Sai menyadari bahwa tempat tidurnya kini sudah bersih dan nyaman.
Relawan Tzu Chi memberi perhatian dan menghibur Kho Bun Sai setelah rumahnya selesai dibersihkan.
“Saya sangat berterima kasih kepada Tzu Chi dan semua relawan yang datang hari ini. Semoga Tzu Chi dapat terus membantu orang-orang yang membutuhkan, karena masih banyak (orang-orang) yang membutuhkan bantuan seperti saya di luar sana,” ujar Kho Bun Sai dengan mata yang berbinar penuh haru.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11.15, dan rumah Kho Bun Sai sudah tertata rapi, bersih, dan nyaman. Relawan berharap, dengan rumah yang lebih bersih, Kho Bun Sai bisa merasa lebih nyaman dalam menjalani hari-harinya. Sebagaimana ajaran Master Cheng Yen, “Dengan memberi perhatian pada orang lain sama artinya dengan memberi perhatian pada diri sendiri. Dengan membantu orang lain sama artinya dengan membantu diri sendiri.”
Editor: Hadi Pranoto