Membersihkan Rumah Oma Haw Lie Tjoan

Jurnalis : Nuraina Ponidjan (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan, Ryanto Budiputra (Tzu Chi Medan)

Relawan Tzu Chi membersihkan rumah Oma Haw Lie Tjoan pada Minggu, 9 Juni 2019. Dari jam 9 pagi hingga 7 malam relawan bergotong royong mengangkuti sampah dari dalam rumah ke tempat pembuangan sampah.

Haw Lie Tjoan hidup sebatang kara di Jalan Lubuk Kuda Gang Selamat, Medan. Bersama sepeda tuanya yang siap menemaninya berkeliling ke rumah-rumah warga untuk mengumpulkan barang-barang bekas, ia menjadi orang yang sibuk sepanjang hari. Barang bekas yang ia kumpulkan akan ia jual ke pembeli barang rongsokan dan hasil penjualan akan digunakan untuk biaya hidup sehari-hari. Dulu ada seorang pembeli yang datang ke rumah Oma untuk membeli barang-barang yang sudah Oma kumpulkan. Namun sekitar dua tahun yang lalu, pembeli langganannya itu meninggal dunia. Oma Lie Tjoan kini kebingungan kemana kiranya ia bisa menjual rongsokan yang sudah dikumpulkan dan kini menumpuk di dalam rumahnya.

Oma Lie Tjoan adalah tipe orang yang rajin berkeliling mencari barang-barang bekas. Menurut tetangga Oma, dalam satu hari ia bisa tiga atau empat kali keluar rumah, sejak pagi hingga pukul 11 malam untuk memungut barang bekas. Oma hanya mengandalkan sepeda tuanya, namun tak jarang ia mendapat barang dalam jumlah banyak. Sepeda yang biasa dikayuhnya terpaksa harus didorong karena penuh dengan barang hasil jerih payahnya berburu barang bekas seharian.

Sampah di rumah Oma Haw Lie Tjoan sangat banyak sekali. Sampah itu sampai di ruang depan dan pintu rumahnya. Ia bahkan harus memanjat dan menuruni gunungan sampah ketika ingin keluar masuk rumah.

Potret sang pekerja keras itu sedikit disayangkan karena Oma tidak menyusun rapi barang-barang yang sudah dikumpulkan. Dari hari ke hari barang-barang tersebut kian bertambah, membuat rumahnya penuh, dan menumpuk sampai ketinggian lebih kurang 2 meter. Seluruh ruangan di rumahnya penuh sampah bahkan lantainya tidak lagi terlihat karena ditutupi barang-barang yang Oma kumpulkan. Dari ruangan belakang sampai depan disisakan satu terowongan yang hanya bisa dilalui satu orang, itupun harus dengan posisi merangkak di atas sampah untuk bisa sampai ke depan rumah.

Jika malam tiba dan Oma sudah tidak keluar rumah, maka Oma akan menyimpan sepedanya. Walaupun Oma sudah berusia 73 tahun namun Oma masih sanggup mengangkat sepedanya dan menyimpannya di atas tumpukkan sampah.

Sebenarnya Oma mempunyai 2 orang adik laki-laki dan seorang kakak perempuan, namun kedua adiknya sudah meninggal dunia. Menurut para tetangga, adiknya yang meninggal sempat diletakkan di atas tumpukkan sampah. Tetangga yang tahu hal itu langsung membantu Oma mengebumikan jenazah. Kini hanya tersisa seorang kakaknya yang jarang datang melihatnya.

Membantu Oma Membersihkan Sampah

Jodoh Oma dengan Yayasan Buddha Tzu Chi adalah berkat welas asih dari seorang warga yang sering dikunjungi Oma saat mengumpulkan barang bekas yaitu Lai Yun Nai. Oma mengeluh ke Yun Nai bahwa kakinya sudah tidak begitu kuat untuk mengumpulkan barang-barang bekas. Ia juga sudah tidak kuat untuk memanjat tumpukkan sampah untuk masuk ke rumahnya. Mendengar cerita Oma, Yun Nai juga penasaran dan mendatangin rumah Oma. Melihat rumah Oma yang penuh dengan sampah, Yun Nai menawarkan ke Oma, bagaimana kalau sampah-sampah itu dikeluarkan dan disumbangkan, atau dibuang. Mungkin karena Oma juga merasa tubuhnya tidak kuat lagi di usia 73 tahun, maka Oma setuju kalau ada yang mau membantu membersihkan rumahnya.

Sampah yang dikumpulkan Oma Haw Lie Tjoan kini memenuhi semua bagian dari rumahnya. Seluruh ruangan tidak luput dari sampah yang tingginya mencapai 2 meter, hampir menyentuh plafon rumah.

Yun Nai pun berpikir, mau minta bantuan kemana supaya Oma bisa hidup dengan suasana yang lebih bersih. Untung Yun Nai sering melihat tayangan DAAI TV , Yun Nai tahu relawan Tzu Chi membantu bukan hanya sekali saja tetapi tetap memberi perhatian dengan kunjungan kasih, untuk itu Yun Nai pun mengajak Oma untuk meminta bantuan ke kantor Tzu Chi Medan di kompleks Cemara Asri.

Oma Lie Tjoan tinggal di Jalan Lubuk Kuda, wilayah ini masuk dalam komunitas relawan Hu Ai Medan Timur, maka permintaan bantuan pembersihan rumah pun diberikan ke relawan Hu Ai Medan Timur. Maka pada tanggal 3 Juni 2019, sebanyak 8 orang relawan berkunjung ke rumah Oma untuk melihat situasi rumah Oma.

Ketika relawan mengetuk pintu rumah Oma, agak lama Oma baru membuka pintu. Relawan langsung tertegung karena begitu pintu dibuka, sampah langsung terlihat di depan mata. Rumah Oma penuh dengan sampah.

Relawan merasa terkejut ketika pertama kali Oma Haw Lie Tjoan membuka pintu, mereka langsung melihat gunungan sampah menyambut. Sepeda si oma pun harus terparkir di atas sampah.

“Awalnya kami memperkirakan tumpukkan barang bekas hanya di ruangan depan, karena ketika Oma membuka pintu rumah, kami langsung melihat sampah dan Oma keluar dari terowongan barang bekas. Saat itu kondisi ruangan belakang sama sekali tidak kelihatan. Ternyata setelah barang bekas di ruangan depan dikerok keluar, untuk kedua kalinya relawan kembali tercengang. Ternyata di ruangan belakang juga sama keadaannya. Ruangan penuh sampah yang tingginya kurang lebih sama dengan ruangan depan,” cerita Marliani Tjula, relawan koordinator pembersihan rumah Oma.

Sampah 16 Mobil Pick-up

Minggu, 9 Juni 2019, 24 orang sudah siap membantu Oma membersihkan sampah-sampah dari rumahnya. Sungguh tidak disangka bahwa sampah-sampah itu begitu banyak dan memadati ruangan rumah Oma.

Para relawan terlebih dahulu berdoa Bersama mengawali kegiatan pembersihan rumah agar semuanya bisa berjalan dengan lancar, kemudian masker dan sarung tangan pun dibagikan dan dengan semangat relawan bekerja sama mengeluarkan sampah-sampah di rumah Oma.

Salah satu ruangan terlihat sangat penuh dengan sampah. 

Awalnya Oma merasa tidak rela barang-barangnya dikeluarkan semua. Dimana saat relawan menyekop barang-barang di rumah Oma, ia malah memungut kembali barang-barang seperti kaleng minuman, ember bekas, piring telur, dan banyak lagi barang lainnya yang ia sepertinya belum rela membuangnya.

Relawan berusaha memberikan pengertian ke Oma namun Oma nampak semakin sibuk memungut kembali barang-barangnya. Oma sudah lupa kalau saat survei, ia menangis memohon ke relawan agar bisa membantu dia membuang barang-barang yang menumpuk di rumahnya. Melihat keadaan Oma demikian, maka relawan menelepon Yun Nai agar bisa melakukan pendekatan kepada Oma. Seorang dokter dari TIMA, dr. Wijaya Taufik Tiji pun turut memberikan penenangan bagi Oma Lie Tjoan. Akhirnya Oma sudah lebih bisa menerima keadaan walaupun belum sepenuhnya.

Sampai pukul 7 malam, sudah ada 16 mobil pick-up yang berhasil mengangkut sampah-sampah dari rumah Oma.  Rumah Oma yang mempunyai 3 kamar tidur, di dalamnya juga ada tumpukkan sampah, ketiga kamar ini masih belum dibongkar dan akan dilanjutkan kembali di hari yang berbeda.

Setelah sampah dikeluarkan dari rumah, ruangan itu terlihat lebih lega dan luas. Relawan masih akan kembali ke rumah Oma Haw Lie Tjoan untuk melakukan pembersihan tahap selanjutnya.

“Sungguh luar biasa, relawan Tzu Chi dengan sigap bekerja mengeluarkan sampah-sampah dari rumah Oma. Saya sering mengunjungi Oma ini namun saya tidak sangka kalau sampahnya segitu banyak. Awalnya saya juga bingung bagaimana membantu Oma membersihkan rumahnya, namun saya teringat tayangan di televisi, dimana Tzu Chi di sisi kemanusiaannya begitu bagus. Tzu Chi membantu bukan hanya sekali tetapi ada kelanjutannya, saya berpikir kalau kita minta Oma berhenti memungut barang bekas, maka harus ada yang bisa membiayai kehidupan Oma,” ungkap Lai Yun Nai.

Usai membersihkan rumah Oma Haw Lie Tjoan, relawan menghibur dan memberi semangat padanya. Kehadiran relawan bagaikan embun penyejuk dalam hari-hari Oma yang kering.

“Saya salut karena relawan Tzu Chi begitu cepat memberi tanggapan, lebih kurang satu minggu saja permohonan bantuan ini kami ajukan, hari ini relawan sudah datang membantu membersihkan rumah Oma. Saya juga lihat para relawan bukan hanya membersihkan rumah Oma tetapi juga memperhatikan kejiwaan Oma,” lanjut Lai Yun Nai dengan perasaan kagum.

Relawan berharap dengan dibersihkannya sampah-sampah di rumah Oma Lie Tjoan, akan membuat hidup Oma lebih nyaman di dalam melewati hari tuanya. Seperti kata perenungan Master Cheng Yen, “Memberi perhatian pada orang lain sama dengan memberi perhatian pada diri sendiri. Membantu orang lain juga berarti membantu diri sendiri”.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Membersihkan Rumah Oma Haw Lie Tjoan

Membersihkan Rumah Oma Haw Lie Tjoan

13 Juni 2019

Minggu, 9 Juni 2019, sejak jam 9 pagi hingga 7 malam, sudah ada 16 mobil pick-up yang berhasil diangkut relawan Tzu Chi Medan dari rumah Oma Haw Lie Tjoan. Oma mengumpulkan sampah untuk dijual dan mencukupi biaya hidupnya. Namun kian hari sampah tersebut kian bertambah membuat rumahnya penuh, dan menumpuk sampai hampir menyentuh plafon.

Rumah Baru Hati Baru

Rumah Baru Hati Baru

08 Agustus 2017

Relawan bersungguh hati mempersiapkan berbagai perlengkapan serta membagi tim untuk membersihkan rumah Ibu Lyly. Hari sebelumnya bahkan sudah ada relawan yang memperbaiki instalasi listrik rumah Ibu Lyly. Kegiatan bersih-bersih ini juga dilakukan bersama dengan keluarga Ibu Lyly pada Minggu 30 Juli 2017.

Ketulusan Relawan Memperhatikan Lansia

Ketulusan Relawan Memperhatikan Lansia

05 September 2018

Celana hitam yang dikenakan relawan Tzu Chi hari itu sudah tak karuan lagi warnanya. Seragam biru maupun abu-abu juga sudah lepek karena keringat. Tapi tak satupun keluhan keluar dari lisan mereka. Relawan justru saling menyemangati agar rumah kontrakan penerima bantuan Tzu Chi di Duren Sawit, Jakarta Timur ini bersih dan layak ditempati.

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -