Membiasakan Diri dari Sekarang

Jurnalis : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan), Fotografer : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan)

fotoDengan adanya sosialisasi pelestarian lingkungan ini, para murid dapat mengetahui bahaya dari pemakaian sumpit bambu dan dari mana sumpit bambu berasal.

 

Pada tanggal 17 Oktober 2011, relawan muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) menjelaskan kepada murid-murid dari Singapore Piaget Academy bahwa jumlah botol plastik yang digunakan oleh masyarakat Taiwan selama satu tahun adalah 4,6 miliar buah. Sosialisasi pelestarian lingkungan ini dilaksanakan di Shakespeare Hall, Singapore Piaget Academy.

 

 

 

Penjelasan tersebut menimbulkan sebuah pertanyaan di benak setiap orang yang melihat data tersebut, bila Taiwan menghasilkan sampah plastik sebanyak itu bagaimana dengan negara lain seperti Indonesia. Berapa banyak botol plastik yang digunakan dan dijadikan sampah setiap harinya. Sebagian orang mungkin tidak mengetahui bahwa bahan baku plastik adalah berasal dari minyak bumi. Dengan terus menggunakan wadah plastik sekali pakai maka semakin banyak minyak yang harus disedot dari bumi ini. Bukan hanya minyak yang semakin menipis, tetapi juga sampah plastik yang semakin menumpuk dan mengancam kelangsungan hidup di bumi ini.

“Sudah dua tahun belakangan ini, kami (Singapore Piaget Academy-red) menggalakkan pelestarian lingkungan kepada murid-murid,” ujar June, salah seorang guru. Menurut June adalah sebuah tantangan untuk mengubah kebiasaan murid-muridnya agar dapat bersama-sama menggalakkan pelestarian lingkungan. “Beberapa waktu yang lalu kami selalu rutin untuk mengumpulkan koran, kardus, dan barang-barang yang dapat didaur ulang. Setelah semuanya terkumpul banyak timbul pertanyaan, hendak diberikan ke siapa. Kemudian salah satu murid mengusulkan untuk menyumbangkannya ke Tzu Chi,” terang June sewaktu ditanya bagaimana jalinan jodoh dengan Tzu Chi ini dapat terjalin.

foto  foto

Keterangan :

  • Sylvia, Kepala sekolah Singapore Piageat Academy memberikan beberapa pengantar kepada para murid. (kiri)
  • dengan adanya acara ini,  Arif (kiri) dan Andrew (kanan) baru menyadari pentingnya peran serta anak muda dalam melestarika lingkungan. (kanan)

Dalam sosialisasi pelestarian lingkungan tersebut juga ditayangkan Ceramah Master Cheng Yen. Master Cheng Yen menyampaikan begitu banyak bencana yang terjadi di bumi ini dikarenakan kesalahan manusia sendiri. Sudah waktunya manusia kembali berintrospeksi untuk dapat hidup hemat dan sederhana. Misi pelestarian lingkungan sudah digalakkan semenjak dua puluh tahun yang lalu. Pada masa itu, di Taichung, dalam ceramahnya Master Cheng Yen mengimbau para peserta yang sedang bertepuk untuk menggunakan kedua tangan mereka untuk melakukan kegiatan daur ulang.

Sebanyak 300 orang murid Singapore Piaget Academy mengikuti sosialisasi ini. Andrew, salah seorang murid mengatakan, “Acara ini sangat bagus sekali buat kami. Kegiatan ini membuat kami semakin sadar akan pentingnya anak muda untuk ikut serta dalam pelestarian lingkungan.” Andrew sendiri sudah membiasakan diri untuk selalu mematikan lampu dan mencabut semua colokan listrik sewaktu meninggalkan kamarnya. Temannya yang lain, Arif juga melakukan kebiasaan ini dan senantiasa untuk tidak membuang makanan yang tersedia. “Ini juga berkat didikan orang tua saya semenjak kecil, dimana kita tidak boleh membuang makanan,” ujarnya.

Hanya dibutuhkan sebuah tindakan yang sederhana dari setiap insan manusia untuk menjamin kelangsungan bumi ini. “ Mari kita bawa peralatan makan dan minum kita sehingga kita tidak menciptakan sampah,” kata seorang Tzu Ching. Di samping itu, ditampilkan juga beberapa foto mengenai bagaimana sumpit bambu itu diciptakan. Selain harus terus menebang pohon bambu yang ada, begitu banyak zat kimia yang digunakan untuk membuat sumpit bambu itu putih dan dapat digunakan. Sekilas kita melihat sumpit bambu sekali pakai yang sering disediakan di rumah-rumah makan begitu praktisnya langsung dapat digunakan dan dibuang, tetapi kita tidak pernah melihat dampaknya bagi kesehatan kita sendiri.

Di akhir acara, relawan memberikan tanda mata kepada Sylvia, Kepala Sekolah Singapore Piaget Academy. Dalam lingkungan sekolah sendiri juga telah tersedia beberapa tong sampah yang sudah dipisahkan berdasarkan jenis sampahnya. Sewaktu makan siang pun, rata-rata murid telah menggunakan alat makan sendiri. Semoga kebiasaan ini terus meresap dalam kehidupan sehari-hari.

 


Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-139: Memberi Terang Bagi Warga Berau dan Sekitarnya

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-139: Memberi Terang Bagi Warga Berau dan Sekitarnya

25 Juli 2023

PT Berau Coal bersinergi  dengan Tzu Chi Cabang Sinar Mas, Dinas Kesehatan Kabupaten Berau, dan RSUD dr. Abdul Rivai Berau, Kalimantan Timur menggelar bakti sosial operasi katarak 14-15 Juli 2023. Sebanyak 129 pasien berhasil menjalani operasi katarak selama dua hari ini. 

Bersatu Hati Menggalang Dana Korban Gempa Lombok

Bersatu Hati Menggalang Dana Korban Gempa Lombok

12 Oktober 2018

Relawan Tzu Chi Padang terus berupaya membantu meringankan beban korban gempa Lombok. Pada Selasa 2 September 2018, relawan menggalang dana dengan membuat bazar. Barang yang dijual berupa makanan vegetarian siap saji yang kebanyakan merupakan sumbangan dari para donatur serta relawan. Ada juga sembako, serta barang–barang lainnya.

Menjaga Kesehatan Para Santri

Menjaga Kesehatan Para Santri

02 Maret 2011
Sejak pukul 08.00 WIB, Baksos Kesehatan Tzu Chi di Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman sudah dimulai. Relawan yang ikut dalam kegiatan ini berasal dari relawan Tzu Chi Tangerang, anak asuh Tzu Chi, dan mahasiswa STABN Sriwijaya Tangerang.
Giat menanam kebajikan akan menghapus malapetaka. Menyucikan hati sendiri akan mendatangkan keselamatan dan kesejahteraan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -