Membina Cinta Kasih Anak-anak Sejak Usia Dini
Jurnalis : Indarto (HQ Barat 1), Fotografer : Indarto (HQ Barat 1), Erli TanPenampilan tarian Yamko Rambe Yamko yang amat rapi dan indah oleh anak-anak Tzu Shao dari Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng.
Kamp Kelas Budi Pekerti Qin Zi Ban telah berlangsung dua hari yaitu 6-7 Oktober 2018 di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Puncak acaranya yaitu pada acara penutupan di sore hari kedua. Acara penutupan yang digelar di Guo yi Ting ini juga menandakan berakhirnya kelas selama satu tahun. Acara penutupan di kamp yang bertema “Aku datang, Aku senyum, Aku bahagia” ini dimeriahkan dengan penampilan drama musikal yang dibawakan oleh anak-anak peserta kelas dari semua wilayah Jakarta dan Tangerang.
Semua anak-anak ikut berperan, baik di dalam drama maupun tarian dan atau gerakan isyarat tangan di dalam drama musikal ini. Para orang tua pun diundang hadir untuk mengikuti acara penutupan sekaligus melihat penampilan anak-anak.
Pembukaan acara ditampilkan tarian Yamko
Rambe Yamko yang dibawakan oleh anak-anak Tzu Shao dari Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng. Penampilan
yang amat rapi dan indah diperlihatkan oleh anak-anak, dan terlihat bahwa
mereka telah berlatih dengan baik untuk penampilan ini.
Dalam drama berjudul berjudul Manusia Adalah Bagian dari Alam, anak-anak memerankan sekelompok relawan dan anak-anak Qin Zi Ban yang memberi penyuluhan kepada warga desa untuk melaksanakan pelestarian lingkungan.
Dalam drama tersebut, pelestarian lingkungan berhasil dilakukan, sehingga warga merubah nama desa yang semula adalah desa banjir menjadi desa bebas banjir.
Setelah penampilan Yamko Rambe Yamko, para penonton disuguhkan video Ceramah Master Cheng Yen. Dalam ceramahnya, Master Cheng Yen bercerita tentang guru dan anak-anak sekolah di Tzu Chi Hualien, Taiwan. Membina cinta kasih anak-anak sejak usia dini. Hidup manusia sangat singkat, hanya puluhan tahun, maka kita harus bersungguh-sungguh dalam mendidik anak-anak demi masa depannya yang baik.
Drama musikal yang dimainkan 264 anak-anak Qin Zi Ban ini menceritakan tentang pentingnya menjaga kelestarian
lingkungan agar bumi terbebas dari bencana. Bencana yang diceritakan pada drama
ini adalah bencana banjir yang sering dialami oleh warga desa. Banjir yang
dialami warga menyebabkan banyak sekali kerugian. Banyaknya penyakit yang
menimpa warga seperti para lansia dan anak-anak serta banyaknya hasil panen
yang rusak adalah beberapa dari kerugian yang dialami. Penumpukan sampah di
saluran air pada sungai menjadi penyebab utama kebanjiran.
Penampilan penutup dari drama adalah isyarat tangan “Di Qiu De Hai Zi” (Anak-anak Penghuni Bumi).
Di dalam drama ini, gotong royong pun dilakukan antara anak-anak Qin Zi Ban yang sedang berkunjung ke desa tersebut bersama para warga untuk menyingkirkan sampah yang menjadi penyebab utama penyumbatan. Selain sampah, penyerapan air oleh tanah yang sangat buruk juga menjadi penyebab banjir. Penyuluhan pun diadakan oleh teman-teman dari Qin Zi Ban untuk melaksanakan pelestarian lingkungan di desa tersebut.
Seperti kata perenungan yang disampaikan selama berjalannya drama musikal bahwa bumi bukanlah media untuk kehidupan manusia melainkan adalah mahluk hidup. Kita bukanlah di atas bumi melainkan bagian dari bumi. Bumi sakit, maka manusia pun ikut sakit. Juga seperti kata perenungan Master Cheng Yen bahwa pelestarian lingkungan yang sesungguhnya adalah mencintai gunung, laut dan segala sesuatu yang ada di dunia ini.
Giana Givanna, salah satu anak Qin Zi Ban komunitas He Qi Barat ikut ambil bagian dalam drama musikal. Giva ikut dalam gerakan isyarat tangan lagu “The Wheel on the Bus”.
Salah satu anak yang ikut tampil dalam drama musikal ini adalah Giana Givanna, atau yang biasa dipanggil Giva, juga merasakan kegembiraan. Ia ikut ambil bagian dalam drama musikal berjudul Manusia Adalah Bagian dari Alam. Giva ikut dalam gerakan isyarat tangan untuk lagu The Wheel on the Bus.
“Seru banget. Senang bisa ikut
isyarat tangan untuk acara ini. Tadinya aku pikir aku jadi rakyat kecil di
drama. Aku sampai keringatan nih, padahal dingin,” kata Giva dengan polosnya.
Siswi kelas 1 SD Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng ini mengikuti kelas Qin
Zi Ban komunitas He Qi Barat sejak
awal tahun 2018 ini.
Dessy (kanan), salah satu Da Ai Mama yang mendampingi anak-anak di kamp
ini juga merasakan bahagia.
Dessy, salah satu relawan Da Ai Mama yang mendampingi anak-anak dalam kamp ini juga merasakan kebahagiaan. “Kesannya bahagia, anak-anak sangat lucu. Lihat mereka happy kita juga happy. Giva, Errando dan Kenzo bikin aku kangen dan happy saat berada di kelas,” ujarnya sembari menyebut nama anak-anak yang didampinginya.
Setelah drama musikal selesai, acara dilanjutkan dengan menonton kilas balik selama kamp berlangsung dan sharing para orang tua tentang kesan mereka mengenai kelas bimbingan budi pekerti selama satu tahun ini. Rata-rata orang tua merasakan kelas ini membawa manfaat yang besar bagi mereka. Bukan saja anak-anak yang belajar, namun mereka juga menyadari diri mereka sebagai orang tua juga banyak belajar dari kelas Qin Zi Ban. Acara pun ditutup dengan doa bersama untuk korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi tengah. Semoga dunia bebas dari bencana, penuh dengan cinta dan damai.
Editor: Khusnul Khotimah
Artikel Terkait
Keceriaan Menyiapkan Makan Siang
30 Maret 2016Kelas budi pekerti Qin Zi Ban yang menjadi pertemuan ke sembilan setiap bulannya diadakan pada 20 Maret 2016. Kegiatan ini dihadiri sebanyak 18 anak. Selain memberikan materi tentang pola hidup sehat, anak-anak juga diajak langsung mempraktikannya dengan memberikan pelayanan menyiapkan makanan untuk santap bersama. Mereka lakukan dengan sukacita.