Membina Diri Sejak Usia Dini

Jurnalis : Yessy Agustina, Fotografer : Meity dan Agustina

Para Xiau Pu Sa di ajarkan cara berdiri dengan benar

Budi pekerti merupakan hal yang dilandasi atau dilahirkan oleh pikiran yang baik dan jernih.  Oleh sebab itu, budi pekerti harus diajarkan sejak dini. Karena dengan memiliki budi pekerti yang baik akan menjadi pondasi  kuat bagi kepribadian seseorang. Minggu 13 Juli 2014, untuk pertama kalinya Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Penghubung Palembang membuka kelas budi pekerti untuk anak usia 8-12 tahun. Kelas budi pekerti ini merupakan salah satu misi pendidikan Tzu Chi. Dalam kesempatan ini, Tzu Chi Palembang mendapat bantuan dan banyak masukan dari Yen Ling Shijie, Mei Rong Shijie, Natalie Shijie, dan Elvy Shijie yang datang dari Tzu Chi Jakarta.

Pukul 14.00 WIB, para Xiau Pu Sa (Bodhisatwa cilik) ditemani oleh orang tua mereka. Lantunan lagu Tzu Chi Xiau Pu Sa mulai terdengar dari ruang kelas budi pekerti lantai 3 kantor penghubung Palembang. Suasana pun menjadi sangat ramai. Mereka bergantian menuju ke meja pendaftaran untuk mendaftarkan diri, di meja tersebut Meity Shijie sudah menanti para Xiau Pu Sa dengan senyum gembira. Setelah mendaftar, mereka berganti pakaian seragam dan meletakkan Huan Bao di tempat masing-masing. Kemudian, para Xiau Pu Sa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan dipandu oleh relawan Tzu Chi.

Yen Ling shigu saat menjelaskan mengenai tata krama keada para Xiau Pu Sa dengan memberikan contoh langsung yang diperagakan oleh Helen shigu

Para orang tua Xiau Pu Sa dipersilahkan masuk ke dalam ruang kelas sambil memperhatikan anak-anaknya selama mengikuti kegiatan kelas budi pekerti. Perihal tersebut bertujuan agar pembelajaran yang diajarkan tidak hanya dilaksanakan di dalam kelas saja tapi juga dapat dipraktikkan di rumah. Sama seperti yang di ungkapkan oleh Mei Rong Shijie, “Kalau bisa orang tua juga ikut menemani anaknya, jadi orang tua bisa mengetahui pelajaran yang diajarkan sehingga setelah pulang ke rumah bisa melanjutkan. Karena dalam pelajaran budi pekerti kita meminta anak menerapkan di rumah.”

Sisca Shijie sebagai pemandu kelas memberikan salam kepada para Xiau Pu Sa dan orang tua lalu mengajak semuanya untuk memberikan penghormatan sebanyak tiga kali kepada Master Cheng Yen. Mereka diajak untuk benyanyi bersama dan memperagakan isyarat tangan (Shou Yu) “Tzu Chi Xiau Pu Sa” yang dibimbing oleh Yen Ling Shijie.

Para Xiau Pu Sa mengamati dengan seksama dai tong ren zhen nin chen hao yang di peragakan oleh Meity shijie dan Yessy shijie. Setelah itu melakukan dai tong bersama

 Ini merupakan kelas pertama, Helen Shijie menjelaskan mengenai kesepakatan berisi tentang jadwal kelas yang akan diadakan satu bulan sekali, ketentuan absensi, tata tertib, serta tata krama. Mengenai pentingnya tata krama, Yen Ling Shijie menjelaskan tata cara berpakaian, berdiri, duduk, berjalan, membuat mudra, memberi hormat, serta cara makan. Kemudian para Xiau Pu Sa istirahat, makan kue dan minum yang sudah dipersiapkan oleh Lia Shijie dan   sekaligus praktik tata cara makan bagi para Xiau Pu Sa.

Kegembiraan Dalam Kebersamaan

Setelah beristirahat sejenak, para Xiau Pu Sa diajak naik ke lantai 4 gedung acara. Di sini mereka di ajak Yen Ling Shijie untuk bermain permainan telur, ayam, manusia purba, Superman dan Boddhisatwa. Keceriaan serta suara ramai dari para Xiau Pu Sa sangat terlihat jelas, karena dalam permainan ini, kita harus mencari pasangan yang  sama dengan kita, sebagai contoh telur harus mencari telur yang lain lalu suit dan yang menang akan naik level menjadi ayam selain itu juga ada sebagian orang tua ikut dalam permainan ini. Usai permainan, para Xiau Pu Sa diajak bergembira bersama dengan memeragakan isyarat tangan “Ren Shi Nin Zhen Hao” sebagai salam awal  yang dibimbing oleh Yessy Shijie dan Meity Shijie. Setelah itu mereka diajak kembali ke kelas mengikuti kegiatan selanjutnya.

Salah satu peserta, Audrik merasa senang setelah mengikuti kelas budi pekerti ini, “Dapat telur dalam games. Belajar tentang tata krama, belajar cara berdiri dan pakai sumpit, “ ungkapnya.  Yenti Shijie, mama dari Audrik menambahkan, “Senang diadakannya kelas ini, saya pikir budi pekerti itu penting bisa mengajarkan anak jauh lebih tahu cara berbicara dan tahu hormati siapa. Itu adalah dasar buat dia untuk hidup di dunia ini”.

Ini lah keluarga pertama er tong ban tahun ajaran 2014-2015

Erwin Shixiong, relawan yang ikut mendampingi kegiatan kelas budi pekerti ini mengatakan bahwa baru pertama kali menjadi pembimbing anak kecil. Ia mengungkapkan banyak hal yang bisa didapatnya dari bimbingan relawan-relawan lainnya, walaupun belum memiliki banyak pengalaman. Erwin Shixiong bertekad untuk melakukan kontribusi lebih besar dalam tim pendidikan karena merasa terpanggil untuk membimbing para Xiau Pu Sa.

Artikel Terkait

Bekerja Sama Mengemban Misi Pendidikan (Bag.2)

Bekerja Sama Mengemban Misi Pendidikan (Bag.2)

15 Juli 2013 Master Cheng Yen dalam salah satu kata perenungannya mengungkapkan bahwa sikap, tutur kata, dan tindakan guru merupakan contoh yang akan ditiru oleh murid. Moral serta kepribadian guru adalah teladan nyata bagi murid.
Memberdayakan Generasi Penerus Bangsa dengan Cinta Kasih

Memberdayakan Generasi Penerus Bangsa dengan Cinta Kasih

29 September 2014 Gathering anak asuh dilangsungkan di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk. berkumpulnya anak asuh membuat keceriaan tersendiri. Pada program ini tiap anak asuh dapat mengenal lebih dekat dengan orang tua asuh mereka.
Merevolusi Mental Sesuai Dharma

Merevolusi Mental Sesuai Dharma

16 Juli 2014 Tzu Chi mendapat kunjungan dari siswa-siswi Sekolah Dhammasavana. Sebanyak 70 siswa dan 2 orang guru yang hadir merupakan siswa-siswi kelas sepuluh dan tengah menjalankan proses Masa Orientasi Siswa (MOS).
Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -