Sebanyak 39 anak asuh Teratai di komunitas He Qi Pusat dibagi menjadi 7 kelompok, dengan didampingi mentor akan melakukan kunjungan kasih ke rumah sesama anak asuh Teratai.
Untuk membangun karakter (Character Building) anak, diperlukan sinergi antara penyerapan materi dan pengetahuan moral. Tentunya hal ini membangkitkan perasaan yang bersumber dari moral, hingga penentuan tindakan moral (melihat dari kompetensi, keinginan, kebiasaan). Selain itu, lingkungan terdekatnya (keluarga, sekolah, teman) dari anak juga menjadi penunjang penting dalam pembentukan karakter seseorang.
Pendampingan Kelas Anak Asuh Teratai relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat yang rutin diadakan setiap bulannya kali ini pada Minggu, 5 Mei 2024 mengangkat tema pembangunan karakter dengan praktik lapangan yaitu kunjungan kasih ke rumah sesama anak asuh Teratai. Sejak pagi, sebanyak 39 anak asuh Teratai sudah hadir di Depo Pelestarian Lingkungan Pangeran Jayakarta dengan mengenakan seragamnya.
Didampingi oleh 23 mentor yang juga relawan Tzu Chi, mereka berbaris dilapangan untuk mendengarkan pengarahan singkat yang diberikan oleh Wylen Djap, relawan Tzu Chi selaku perwakilan pembina
. setelah pengarahan selesai anak asuh Teratai yang dibagi dalam beberapa kelompok kemudian menuju lokasi yang sudah ditentukan.
Vera, salah satu mentor bersama Cindy Dwi Cahyani dan ibunya Eni Kurdiah sedang membahas mengenai sifat Cindy yang pemalu.
Salah satu kelompok anak asuh Teratai yaitu kelompok 7 mengunjungi rumah kontrakan yang ditinggali salah satu anak asuh Teratai Cindy Dwi Cahyani (18), yang berlokasi di jalan Ancol Selatan. Cindy adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Sudah hampir 2 tahun ia bergabung menjadi anak asuh Teratai. “Awal mulanya karena Ayah saya telah meninggal, dan tidak ada biaya membayar uang sekolah saya,” kenang Cindy.
Untuk hidup sehari-hari, Eni Kurdiah (ibu dari Cindy) bekerja dengan berdagang galon kecil-kecilan di rumah. Saat ini, Cindy telah berhasil menyelesaikan sekolahnya di bidang apoteker.
“Adik-adik, menurut kalian apa arti teman sejati?” Pertanyaan ini dilontarkan oleh salah satu mentor yang ikut berkunjung kepada para anak asuh Teratai. Selain untuk mencairkan suasana, dari jawaban para anak asuh dapat diketahui pemahaman mereka. Teman disaat suka maupun duka selalu ada, teman yang bisa menolong kita saat dibutuhkan, teman yang mengarahkan, mengingatkan ke arah yang baik. Itulah beragam jawaban dari anak-anak asuh Teratai saat berkunjung ker rumah Cindy.
Suasana ketika berada dirumah Cindy Dwi Cahyani. Para anak asuh Teratai saling mengobrol. Membuka diri dan juga lebih mengenal teman-teman sebayanya dalam kelompok Teratai.
Pembicaraan satu sama lainnya kembali berlanjut dengan beberapa pertanyaan kembali dari mentor. Satu per satu para anak asuh Teratai mengemukakan jawabannya masing-masing. Di akhir pembicaraan mereka mendapatkan satu kesimpulan bahwa mereka semua memiliki potensi terbesarnya didalam dirinya. Menanamkan arti kasih, saling menolong, mendukung, menyemangati, menjaga satu sama lainnya bagaikan satu keluarga dan tidak meremehkan maupun minder (kurang percaya diri) karena kekurangan dari segi ekonomi maupun fisik kepada para anak asuh Teratai sangatlah penting.
“Perasaan hari ini, bahagia bisa ditemani oleh teman-teman. Bisa mengenal, menjalin silaturahmi, mendekatkan diri antara satu dengan yang lainnya. Saya kan baru lulus dan tentunya akan PKL. Dari yang saya dapatkan hari ini, dapat diterapkan saat beradaptasi di lingkungan baru. Bagaimana menghadapinya, jadi memahami dan belajar untuk lebih peduli satu sama lainnya dengan lingkungan sekitar, jika menemui kesulitan tidak mudah menyerah,” ungkap Cindy kepada sesama anak asuh Teratai yang berkunjung ke rumahnya.
“Ibu, adalah seorang yang selalu ada buat saya. Ibu, adalah seorang yang selalu melindungi,
support dan buat saya bisa menjalani hidup,” lanjut Cindy sambil menahan haru. Sebelumnya berpamitan, anak-anak asuh Teratai diajarkan oleh relawan Tzu Chi untuk mempraktikkan langsung cara berterima kasih atas kesempatannya diijinkan bertamu dan kemudian menerapkan budaya humanis (beranjali dan membungkuk) saat berpamitan.
Anak asuh Teratai ketika berada dirumah Danitha Tjahjadi. Masing-masing dari mereka memperkenal diri kepada Lo Hui Lu (ibu Danitha).
Perjalanan kunjungan kasihnya berikutnya menuju ke rumah anak asuh Teratai Danitha Tjahjadi (17) yang berlokasi di Sunter Agung Barat. Para anak-anak asuh juga dipandu untuk mengenalkan diri mereka kepada Lo Hui Lu (ibu dari Danitha). Selain agar lebih mengenalkan siapa saja teman-teman di kelompok Teratainya dari Danitha, juga untuk membina kepercayaan diri berkomunikasi di tiap anak-anak asuh.
Masing-masing anak asuh Teratai di kelompok 7 memiliki hobinya masing-masing. Mulai dari membaca novel, memasak, menari hip hop, bernyanyi. Danitha pun memiliki hobi menyanyi dan saat itu ia bersama teman-temannya kemudian mempraktikkan isyarat tangan dan bernyanyi lagu Satu Keluarga. “Hari ini gembira bisa saling mengenal dan mengakrabkan diri satu dengan lainnya,” ungkap Danitha.
Bagi Danitha, ibu sudah seperti
kalyanamitta (sahabat bajik) yang mengarahkan ke arah yang lebih baik. Mendengarkan ketika ada kesulitan dan memberikannya solusi. Danitha pun bertekad belajar lebih giat lagi dan menjadi anak yang berbakti. “Danitha, anaknya pemalu tetapi termasuk anak yang baik, rajin belajar, tidak nakal dan patuh. Jika diberikan nasehat akan mendengarkan dan jika ia merasa perlu bertanya akan ditanyakan dengan sopan,” ungkap Lo Hui Lu.
Selesai kegiatan, para mentor bersama Wylen Djap (pembina anak asuh Teratai) berkumpul untuk mengevaluasi hasil kunjungan kasih yang telah dilakukan oleh anak asuh Teratai.
Sebagai orang tua tunggal, Lo Hui Lu terus berjuang menghidupi diri dan anaknya. Saat ini ia berjualan gado-gado, ketoprak dan merupakan sosok ibu yang ulet dan pekerja keras. Ia juga menjadi teladan bagi Danitha. Agar dapat dekat dengan anak, Lo Hui Lu memposisikan dirinya seperti teman dengan anaknya. “Teman berbuat baik, kita turut berbahagia mendukungnya. Teman berbuat buruk, perlu waspada dan mengingatkannya agar tidak berbuat salah,” pesan Lo Hui Lu kepada anaknya dan teman-teman anak asuh Teratai.
Para anak asuh Teratai mendapatkan pembelajaran berharga pada kunjungan kasih kali ini. Mereka merasakan kebahagian besar dari sebuah arti ketulusan cinta kasih dan bahagia dalam batin. Di penghujung kegiatan, para anak asuh Teratai dan mentor berpamitan dengan mengucapakan terima kasih dengan beranjali dan membungkuk kepada Ibu Lo Hui Lu.
Editor: Arimami Suryo A.