Marlina saat pengarahan dan praktik membuat sabun.
Komunitas Relawan Tzu Chi di He Qi Pusat, tepatnya di Xie Lie JP 1, Minggu ke-3 rutin mengadakan Pelestarian Lingkungan di Depo Pangeran Jayakarta. Pada Minggu, 19 Agustus 2023 ini merupakan jalinan jodoh yang baik, Marlina dari Hu Ai Cikarang berkesempatan sharing pengetahuan dengan mendemokan “Minyak Jelanta Menjadi Sabun Batang” yang ramah lingkungan.
Bermula dari pengalaman Marlina mengisi waktu yang berharga di masa pendemi, mencari banyak resep di Youtube, resep yang praktis, mudah pengerjaannya, bahan mudah didapat, harga ekonomis dan akhirnya menemukan pembuatan sabun ini, yang sampai sekarang terus berkelanjutan.
Antusias relawan menyimak penjelasan Marlina.
Bahan dan proses pembuatan sabun batangan ini sangat mudah, memanfaatkan minyak jelanta atau bekas pakai yang biasanya ada di dapur rumah, bila minyak dibuang dapat merusak lingkungan, lebih baik dijadikan olahan yang bermanfaat seperti sabun. Minyak bekas bisa dikumpulkan, direndam dengan arang selama dua pekan, guna menghilangkan bau dan siap diolah.
Tiga bahan utama untuk pembuatan sabun, yaitu minyak jelanta 450 gr, soda api 75 gr, air mineral 150 gr. Pertama soda api dicampur dengan air, menghasilkan panas, lalu didinginkan terlebih dahulu, kemudian dicampur dengan minyak jelanta, di-mixer sekitar 30 menit, dicetak, didinginkan, dan menghasilkan sabun seberat 300 gr.
Bahan-bahan yang digunakan.
Sabun yang dibuat bisa dengan air mineral dicampur dengan eco-enzym, atau jus air pandan, pewarna agar lebih menarik dilihat, tanpa mengubah ukuran komposisi. Sebelum disebarluaskan, sabun ini telah didaftarkan melalui proses PT Superintending Company of Indonesia (Sucofindo), komposisi sabun telah dites sesuai metode SNI. Adapun proses pengetesan sama dengan sabun batang yang dijual di pasar dan aman untuk digunakan, khususnya untuk cuci piring.
Penjelasan Marlina dimengerti dengan baik oleh relawan. Sebagian relawan langsung praktik membuat sabun batang ramah lingkungan. Ada poin yang harus diperhatikan, yaitu memakai sarung tangan karet panjang dan tambahan sarung lengan agar tidak menimbulkan bahaya saat me-mixer komposisi dengan campuran soda api, karena menimbulkan gatal dan perih pada kulit. Kulit yang gatal dapat segera diobati dengan cuka apel.
“Kita bisa menjaga alam dari rumah sendiri, memanfaatkan minyak goreng bekas, setiap orang berpartisipasi untuk menyelamatkan bumi,” ujar Marlina.
Mei Diana dan relawan lain pun langsung praktik membuat sabun.
Sebanyak 25 relawan dengan sukacita, melihat langsung proses pembuatan sabun. Mei Diana dari Xie Lie JP1 yang senang bergelut di Pelestarian Lingkungan antusias mempraktikkan pembuatan sabun tahap demi tahap. Mendapat ilmu perbandingan komposisi untuk membuat sabun tersebut menginspirasinya untuk memperkenalkan sabun ramah lingkungan ke warga sekitar rumahnya.
“Sangat bermanfaat, kita bisa menerapkan ke masyarakat yang mau memanfaatkan minyak jelantah menjadi sabun. Saya juga pegiat eco enzyme, dan diminta bank sampah mensosialisasikan pembuatan sabun eco enzyme,” ujarnya yang berstatus pegawai PNS.
Sungguh mulia, tujuan Mei Diana, ilmu yang didapat dari kegiatan Tzu Chi atau dari berbagai tempat tidak terhenti di dirinya tapi mengalir untuk orang terdekatnya, lingkungan tempat tinggalnya. Kebajikan yang dilakukan tidak perlu dihitung, bebas dari rintangan batin, karena berkah akan datang pada waktu yang tepat.
Sabun warna-warni siap digunakan.
“Pembelajaran pembuatan sabun cuci ini mengubah barang daur ulang menjadi hal yang bermanfaat. Ini salah satu cara melestarikan lingkungan yang bersih, mampu mengurangi limbah minyak, tanah akan lebih subur, bumi akan lebih bersih,” ujar Julia, Ketua Xie Li JP1.
Berakhir sudah kegiatan pelestarian lingkungan, yang dimulai pukul 09.00 sampai 12.00, tiga puluh sabun cantik, warna warni dan bermanfaat telah tersedia. Relawan membawa oleh-oleh sabun dengan sukacita.
Editor: Khusnul Khotimah