Membuka Hati, Melatih Diri, dan Membulatkan Tekad

Jurnalis : William (Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas), Fotografer : Hesti Asmiliaty (Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas)

foto
Relawan memulai pelatihan dengan berpradaksina.

Alasan mengapa Master Cheng Yen sangat gembira menyambut acara pelantikan relawan adalah karena makna simbolis yang mendasari kegiatan tersebut berarti bertambahnya anggota dalam keluarga besar Tzu Chi. Dengan demikian, barisan relawan Tzu Chi menjadi semakin panjang serta mampu menerangi lebih banyak lagi sudut yang gelap. Tetapi,yang menjadi pertanyaan paling penting bukanlah berapa jumlah relawan dalam satuan angka, melainkan seberapa dalamkah kualitas relawan itu teruji di tengah-tengah kehidupan dewasa ini.

Ketika seseorang memutuskan untuk membuka hati dan menjadi relawan Tzu Chi, maka ia mempersilahkan nilai-nilai rasa syukur, saling menghormati, dan cinta kasih universal untuk hadir dan mewujud dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan memiliki nilai-nilai tersebut, orang itu mendapatkan pandangan baru tentang bagaimana memaknai setiap detik dari waktu yang dimiliki; mungkin dahulu kala waktu dipandang remeh namun kini, setiap detik adalah kesempatan yang tepat untuk berbuat kebajikan.

Tahap selanjutnya setelah membuat keputusan untuk menjadi relawan adalah menyisihkan waktu demi melatih diri menjadi lebih baik lagi. Pelatihan diri dapat ditempuh melalui kejadian-kejadian kecil harian ataupun pelatihan bersama yang direncanakan dan dilaksanakan dengan matang. Pelatihan diri tipe kedua inilah yang diikuti oleh para relawan Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas Region Jambi pada hari Sabtu,14 September 2013. Ketika hari Sabtu dianggap sebagai saat bersantai, mereka justru sangat tepat waktu dan menunjukkan penghargaan terhadap kesempatan melatih diri ini.

Bertempat di salah satu ruang pertemuan di Jelatang, sebanyak 28 relawan setempat mengikuti pelatihan Abu-Abu Putih 3 yang bertemakan hal-hal praktis dalam menjadi seorang relawan. Apabila dipersempit pembahasannya pelatihan ini mengajarkan tata-krama dan etika yang harus dipegang oleh relawan saat makan, berkegiatan, hingga bermalam di Aula Jing Si.

Mulai dari saat makan, relawan secara sukarela maju ke depan dan memperagakan langsung bagaimana cara menarik kursi, duduk, menyiapkan peralatan makan, mengambil sumpit sampai cara mengambil sayuran yang jauh dari jangkauan mereka. Selain belajar mengenal peralatan standar yang perlu dibawa saat makan, relawan juga mempelajari filosofi di balik itu semua. Misalnya, memegang mangkok dan menggenggam sumpit dengan cara tertentu mewakili simbol tertentu, yang sekaligus menegaskan bahwa setiap detail memiliki makna.

“Saya sejujurnya tidak bisa pakai sumpit, tapi saya akan belajar. Kalau sampai tidak bisa, terpaksa makan pakai sendok,” tutur Suripto Shixiong, salah seorang peserta pelatihan, tatkala memberikan kesannya terkait prosesi makan.

foto   foto

Keterangan :

  • Hesti Shijie memperkenalkan alat makan yang perlu dibawa setiap relawan Tzu Chi saat berkegiatan (kiri).
  • Relawan mempraktikkan tata cara makan agar yang sesuai dengan budaya humanis Tzu Chi (kanan).

Ketika diminta untuk membayangkan kejadian setelah selesai makan dan hendak kembali ke ruang kegiatan, para relawan diajak untuk melakukan pradaksina bersama-sama agar dapat meninggalkan ruang makan dengan tertib tanpa membuat kegaduhan.

“Saat melihat foto kegiatan pelantikan tahun kemarin di slide, saya kagum sekali. Bagaimana tidak? Relawan bisa sangat teratur dan tenang dalam berjalan keluar masuk ruang makan yang besar itu,” kata John Irwin Shixiong yang telah dilantik menjadi relawan biru putih pada tahun 2012 silam.

Para relawan yang sedianya akan dilantik menjadi biru putih pada bulan Oktober 2013 mendatang juga mendapatkan pengetahuan tentang cara tidur, melipat selimut, dan menata peralatan tidur.

“Saya kira, tata-krama di Tzu Chi ini sangat masuk akal. Misalnya, mengapa kita kalau tidur harus menghadap ke kanan dan tangan kiri kita di bawah kepala? Ini juga secara medis disarankan,” ujar Linawati Shijie mengomentari satu dari banyak hal yang dibagikan dalam pelatihan ini.

Pelatihan tersebut berakhir saat jam hampir menyentuh angka 11.30. Setelah menyatukan hati dan menyerap pelajaran praktis, tiba saatnya bagi para relawan untuk membulatkan tekad agar mereka dapat sungguh-sungguh menghayati peran sebagai relawan yang baik. Andi Sucipto Shixiong mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan pesan cinta kasihnya, sekaligus membulatkan tekad seluruh peserta.

“Pelantikan bulan Oktober besok adalah sebuah awal baru bagi relawan sekalian. Saya doakan, nanti Region Jambi bisa berkembang menjadi Xieli yang unggul,” ucapnya.


Artikel Terkait

Kunjungan Kasih Karena Ada Ikatan Batin

Kunjungan Kasih Karena Ada Ikatan Batin

12 Oktober 2015

Tidak bisa dipungkiri, para relawan Tzu Chi tidak hanya sibuk berkegiatan di Tzu Chi saja, tetapi mereka juga memiliki kesibukan dalam pekerjaan mereka masing-masing. Namun, di tengah kesibukannya itu, para relawan Tzu Chi masih senantiasa meluangkan waktunya untuk berbagi kasih dengan sesama.

Estafet Cinta Kasih, Dulu Dibantu, Sekarang Membantu

Estafet Cinta Kasih, Dulu Dibantu, Sekarang Membantu

24 September 2021

Setelah sebelas tahun tak berjumpa, siang itu menjadi ajang reuni bagi Vita (34) dan keluarganya yang pernah dibantu Tzu Chi, dengan Ayen dan Yang Pit Lu, relawan yang mendampingi mereka dahulu.

Baksos Palembang:  “Mencuci Kaki Mama”

Baksos Palembang: “Mencuci Kaki Mama”

02 Mei 2011
Diana tidak merasa bagian mencuci kaki ini sebagai tugas dan beban. ”Kita melayani mereka yang kurang mampu, kita berikan pelayanan yang baik sekaligus kita juga melatih diri kita sendiri,” ungkap Diana. Ia pun mengenang masa lalunya yang hanya mendapat kesempatan sekali saja dalam seumur hidupnya mencuci kaki ibunya.
Bila kita selalu berbaik hati, maka setiap hari adalah hari yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -