Membuka Hati Pada Sesama
Jurnalis : Budi Handoyo, Fotografer : David AnggaraRelawan memperkenalkan yayasan Buddha Tzu Chi kepada anak-anak panti dan penngurus panti asuhan
Panti Asuhan Al-Faqir II berlokasi sekitar 20 km dari pusat kota Singkawang ke arah tenggara. Komplek panti asuhan terdiri dari tiga unit bangunan berbahan kayu, terdiri satu unit bangunan ruang belajar yang pada malam hari sebagai tempat menginap anak laki-laki, satu bangunan untuk wanita, dan satu bangunan lagi untuk pengasuh panti. Adapun masjid sebagai sarana melaksanakan ibadah dan proses belajar-mengajar merupakan milik warga setempat yang terletak 100 meter dari komplek panti.
Pada 13 Juli 2014, sekitar pukul 14.00 WITA, relawan Tzu Chi berkumpul di Kantor Penghubung dan bertolak menuju lokasi. Setiba di panti, relawan segera melakukan persiapan, sementara anak-anak dan pengurus panti menjalankan shalat Ashar berjamaah di masjid. Seusai shalat Ashar dilangsungkan acara ramah tamah dimulai dengan sambutan selamat datang oleh Pimpinan Panti Asuhan Al-Faqir, H. Gusti Samsul Ma’arif. Beliau mengatakan sebenarnya sudah cukup lama kenal dengan Yayasan Buddha Tzu Chi, yayasan ini sering memberi bantuan berupa beras kepada Panti Asuhan Al-Faqir I yang berlokasi di Sui Garam (dekat pusat kota). “Kali ini pun, selain mengajak buka puasa bersama dengan membawa makanan menu vegetarian, para pengurus Tzu Chi Singkawang juga membawakan kita beras sebanyak 10 karung. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih setinggi-tingginya, semoga Yayasan ini bertambah maju dan terus berkembang,” ungkap H. Gusti Samsul Ma’arif.
Pada acara buka puasa bersama kali ini anak-anak panti yang hadir merupakan gabungan dari dari Al-Faqir I & II masing-masing berjumlah 30 orang. Ke depannya seiring dengan kesiapan fasilitas bangunan, anak-anak panti asuhan Al-Faqir I akan dipindahkan ke lokasi Al-Faqir II ini, karena lingkungannya lebih lapang, asri dan dalam suasana alam pedesaan. “Meskipun kami belum mempunyai sekolah sendiri, namun seluruh anak-anak di sini kami sekolahkan sesuai jenjang pendidikannya, mulai dari SD/ibtida’yah, SMP/tsanawiyah, dan SMA/aliyah,” tambah H. Gusti Samsul Ma’arif.
Mengenal Lebih Dekat
Selanjutnya pengenalan Tzu
Chi disampaikan oleh Bambang Mulyantono Shixiong. “Tzu Chi Singkawang adalah
cabang dari Tzu Chi Indonesia yang kantornya ada di Jakarta. Tzu Chi Indonesia
juga merupakan cabang dari Tzu Chi Internasional yang pusatnya di Hulien, Taiwan. Nah, siapakah pendiri Yayasan
Buddha Tzu Chi yang terus berkembang sampai tersebar di 54 negara ini? “ tanya
Bambang Mulyantono Shixiong.
Disela menunggu waktu berbuka puasa relawan mengajak anak-anak panti asuhan Al-Faqir untuk bermain tebak kata
Bambang Shixiong menuturkan bahwa pendiri Yayasan ini adalah seorang biksuni (pemimpin agama Buddha wanita) yang akrab disapa Master Chen Yen. Saat itu, dalam tahun 1966, Master Chen Yen sedang mengunjungi seseorang di sebuah rumah sakit. Di depan rumah sakit beliau melihat bercak-bercak darah di lantai, ketika ditanyakan dari mana bercak-bercak darah tersebut berasal? Master mendapatkan jawaban yang sangat mengguncang hatinya, bahwa bercak darah tersebut berasal dari seorang ibu yang hendak melahirkan namun ditolak oleh pihak rumah sakit lantaran tidak mampu membayar panjar. Seketika itu Master bertekad membuat sebuah rumah sakit (yayasan) yang membantu orang-orang tidak mampu.
Dari mana dana yang digunakan untuk membangun? Selalu ada jalan untuk niat baik. Dimulai dari 30 orang ibu-ibu di sekitar kediaman Master, mereka diajak untuk menyisihkan uang belanja setiap hari barang 50 sen $NT yang dikumpulkan dalam celengan bambu. Setiap hari niat baik itu diwujudkan dalam tetesan-tetesan welas asih yang pada akhirnya menjadi aliran jernih yang mampu menjadi penawar dahaga bagi mereka yang tidak mampu.
Pemberian bingkisan dilakukan relawan dengan penuh sukacita
“Prinsip Tzu Chi adalah mambantu yang tidak mampu dan menginspirasi bagi yang mampu agar tergugah untuk membantu, tanpa membedakan suku, bangsa, dan agama. Bahwa kita semua adalah satu keluarga penghuni bumi yang satu. Acara buka puasa bersama ini merupakan salah satu bentuk penghargaan terhadap umat beragama. Kami lakukan secara rutin setahun sekali dengan bersama anak-anak panti asuhan (muslim). Sama halnya ketika natal, kami juga datang ke panti asuhan (Kristen) untuk memberi bingkisan dan memeriahkan Natal bersama,” jelas Bambang Mulyantono Shixiong.
Relawan bersama anak panti asuhan melakukan isyarat tangan (Shou Yu) ‘Satu Keluarga’
Artikel Terkait
Cinta Kasih dalam Kebersamaan
24 Mei 2019Dalam menyambut bulan suci Ramadan ini, relawan He Qi Utara 1 mengadakan buka puasa bersama dengan para siswa kelas budi pekerti di Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke.
Buka Puasa Bersama di Masjid Nurul Jariyah Tikala Baru
24 Juni 2017Silaturahmi antara relawan Tzu Chi Manado dengan warga Tikala Baru, khususnya umat muslim di Masjid Nurul Jariyah Tikala Baru terus terbina. Rabu lalu, 21 Juni 2017 bertempat di Masjid Nurul Jariyah Tikala Baru, relawan Tzu Chi Manado membagikan sembako bagi jamaah yang kurang mampu, sekaligus buka puasa bersama.