Membuka Lembaran Baru

Jurnalis : Galvan (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Galvan & Rangga (Tzu Chi Bandung)
 
 

foto
Relawan Tzu Chi terus mendampingi pasien dalam menjalani operasi katarak. Tidak hanya mendampingi, relawan juga memberikan semangat dan kasih sayang agar para pasien dapat berani untuk masuk menjalani operasi.

Kesehatan adalah modal utama dalam kehidupan setiap manusia,  namun apa jadinya bila modal tersebut berkurang dan mempengaruhi aktivitas dan kehidupan kita? Seperti misalnya indera penglihatan, dimana mata bisa merenspon dan menerima cahaya untuk menangkap serta menggambarkan suatu obyek di sekitar kita. Beruntung bagi orang-orang yang memiliki kesempurnaan dalam hal penglihatannya, dimana salah satu indra tersebut dapat memberikan dampak  yang positif dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya.

 

Tetapi bagi sebagian orang yang mengalami gangguan dalam penglihatan ini merupakan suatu beban bagi mereka dalam menjalankan kehidupannya. Ada yang sejak lahir mengalami kebutaan atau pun karena penyakit mata seperti katarak dan lain-lain. Salah satu Ceramah Master Cheng Yen mengenai “Penyakit adalah sumber kemiskinan. Jika ingin menghapus kemiskinan, hal pertama yang harus ditempuh adalah mengobati penyakit.” Hal tersebut menjadi motor penggerak bagi para relawan Tzu Chi untuk terus melawan kemiskinan di dunia ini.

Dilandasi dengan tekad cinta kasih untuk memerangi kemiskinan dan memberikan harapan baru bagi orang-orang yang sangat membutuhkan, maka pada tanggal 23 Desember 2012, Tzu Chi Bandung bekerjasama dengan Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP), mengadakan bakti sosial operasi katarak secara gratis yang dilaksanakan di Priangan Medical Center, Jl. Nana Rohana No. 37, Bandung, Jawa Barat.

Harapan Baru
Bakti sosial operasi katarak ini diperuntukan bagi warga yang tidak mampu. Sebelumnya pada tanggal 13 Desember 2012 telah dilakukan screening katarak di tempat yang sama dan berhasil menghimpun sebanyak sembilan pasien yang berasal dari Cianjur dan Majalengka untuk menjalani operasi.

foto  foto

Keterangan :

  • Herman Widjaja, relawan Komite Tzu Chi memberikan perincian cara konsumsi obat yang diberikan kepada pasien dan anjuran untuk menjalani post-up keesokan harinya (kiri).
  • Sebelum menjalani operasi, relawan Tzu Chi meneteskan obat mata kepada pasien guna memperjelas kornea mata, sehingga ketika menjalani operasi, dokter dapat melakukannya dengan baik (kanan).

Tentunya hal tersebut disambut baik oleh para pasien yang sudah memimpikan untuk mendapatkan penglihatan secara sempurna sehingga dapat beraktivitas secara normal dan mengais rezeki secara maksimal. Kegiatan bakti sosial ini dimulai pada pukul 09.00 WIB. Sebelum operasi, para pasien harus menjalani pembersihan bulu mata dan mendapatkan obat tetes mata agar mempermudah di saat operasi. Perasaan cemas dan takut menghinggapi para pasien yang hendak dioperasi, namun itu semua dapat diatasi dengan semangat para pasien untuk mendapatkan kesembuhan.

Menurut Ketua Tzu Chi Bandung, Herman Widjaja, tujuan bakti sosial operasi katarak ini adalah untuk meringankan beban para pasien yang memang kurang mampu. Diharapkan setelah para pasien mendapatkan penanganan ini dapat memulai atau membuka lembaran baru baik dari segi perekonomiannya maupun kehidupan sehari-harinya.

“Kali ini kita dapatkan pasien-pasien yang kasus ya, yang rata-rata memang katarak, jadi sebetulnya cukup banyak tiga puluhan, namun ya ternyata yang waktu screening hanya datang kurang lebih 15 orang, dan kemarin kita operasikan itu jumlahnya 11, karena ada beberapa orang yang memang mereka tekanan darahnya terlalu tinggi mungkin tegang dan sebagainya ya terpaksa itu di taro untuk laen kali. Jadi yang kali ini malahan dari 11 juga yang betul-betul di operasi menjadi sembilan jumlahnya,” ujar Herman.

Pancaran Kebahagiaan
Satu bentuk keharmonisan relawan Tzu Chi terhadap para pasien selalu ditunjukkan ketika kegiatan baksos sedang berlangsung. Selain berinteraksi langsung, para relawan pun melayani para pasien dengan penuh kasih sayang. Seperti menemani pasien di ruang tunggu, menuntun para pasien, hingga mengantarkan ke ruang pemulihan.

Hal ini dirasakan oleh salah satu pasien yaitu Enung (65) yang berasal dari Cianjur, selain merasakan keramah tamahan para relawan Tzu Chi, Ia pun bersyukur atas bakti sosial operasi katarak ini. Karena selama empat tahun ini ia mengidap katarak di mata kanannya, walau pun hanya sebagai ibu rumah tangga penyakit katarak tersebut sangat mengganggu dalam penglihatannya maupun beraktivitas sehari-hari.

foto  foto

Keterangan :

  • Sebelum menjalani operasi, para pasien terlebih dahulu diperiksa kesehatan dan tekanan darahnya (kiri).
  • Setelah menjalani operasi, para pasien memeriksakan matanya kembali (post op) untuk mengetahui tingkat keberhasilan operasi (kanan).

Secercah harapan pun datang kepadanya, ketika Ia dinyatakan lolos dalam screening operasi katarak pada 16 Desember 2012, dan tindakan pun diambil pada tanggal 23 Desember 2012. Selama operasi ia didampingi oleh anaknya Denden (32). Para relawan Tzu Chi pun memberi dorongan dan semangat kepada Enung serta Deden agar siap dan berdoa selama operasi. Setelah menjalani operasi dan keluar dari ruangan, para relawan pun menghampirinya. Tak lama kemudian insan Tzu Chi pun mengantarkan Enung ke ruang pemulihan.

Hari yang mendebarkan pun telah tiba pada keesokan harinya. Tibalah saatnya untuk melakukan kontrol hasil dari operasi katarak. Ketika dokter memeriksa mata Enung dan menyatakan hasil operasinya sangat baik, sontak saja terucap puji syukur dari anaknya “Alhamdulliah…” sambil meneteskan air matanya, sungguh pemandangan yang sangat mengharukan. Rasa bahagia pun turut dirasakan oleh para relawan Tzu Chi yang menyaksikan secara langsung.

Terpancar kebahagiaan Enung ketika Ia dapat melihat kembali dengan jelas, kini ia pun bisa menjalani aktivitasnya dengan normal tanpa beban. "Sebelumnya mah ngga keliatan apa-apa tapi tadi waktu di buka udah keliatan, pake tangan juga udah bisa bilang satu, dua. Ibu udah dibantu sama Yayasan Buddha Tzu Chi, terima kasih sampai bangga ibu sampai mengucapkan air mata. Buat Buddha Tzu Chi ya mudah-mudahan dipanjangkan umurnya, semoga banyak rezekinya, yayasannya tetap maju,” ucap Enung.

Ucap syukur pun terlontarkan oleh Denden, "Pertama-tama ibu pas kecelakaan ketabrak jarang keluar ampir 4 tahun lebih, mungkin ada pertolongan dari Allah lewat manusia meskipun kita beda keyakinan. Allhamdullilah mudah-mudahan Yayasan Buddha Tzu Chi bisa menolong orang-orang se-Indonesia, yayasannya bisa berkembang, bercabang di mana-mana bisa menolong sesama. Saya merasa bersyukur pada Allah SWT bahwa ibu saya bisa melihat lagi karena pertolongan dari Yayasan Buddha Tzu Chi. Mungkin banyak orang-orang yang membutuhkan dan mudah-mudahan Yayasan Buddha Tzu Chi bisa nolong orang-orang yang membutuhkan selain dari pada ibu saya," kata Denden dengan penuh haru.

Mewujudkan keindahan selalu diterapkan oleh para insan Tzu Chi. Dengan memberikan harapan baru bagi para pasien yang mempunyai kekurangan dalam hidupnya, dan Tzu Chi mampu melengkapinya dengan cinta kasih yang tulus. Sehingga bagi para pasien yang sudah mendapatkan pertolongan dari para insan Tzu Chi  kini tergerak hatinya untuk menolong sesama.
  
 

Artikel Terkait

Kesempatan yang Kedua

Kesempatan yang Kedua

28 Mei 2012 Jumlah pasien penderita katarak di Pulau Nias adalah salah satu yang tertinggi di Indonesia, ditambah dengan keterbatasan dokter mata maka sebagian besar pasien katarak yang kebanyakan berasal dari golongan ekonomi rendah tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk diperiksa dan menjalani pengobatan.
Berjuang Bangkit Kembali

Berjuang Bangkit Kembali

16 Oktober 2019

Tahun 2016 silam, menyambut mahasiswa baru di kampusnya, Agatta dan rekan-rekannya dari organisasi pecinta alam melakukan atraksi repling (menuruni ketinggian dengan media tali). Tiga rekannya berhasil, sedangkan Agatta gagal karena miskomunikasi dengan teman lainnya. Akibatnya Agatta terjatuh ke tanah hingga menyebabkan kelumpuhan dan bergantung pada kursi roda. Sejak itu, relawan terus memberikan dukungan dan semangat kepadanya. 

Tahun 2016 silam, tepatnya 13 September, untuk menyambut mahasiswa baru di kampusnya, Agatta dan rekan-rekannya dari organisasi pencinta alam  melakukan atraksi repling (menuruni ketinggian dengan media tali). Universitas Jayabaya, salah satu mahasiswa dari Organisasi Mapalaya ingin memberikan suatu atraksi lompat dari atas gedung universitas lantai 6. Agatta Stevanya Meralda Montolalu (22), salah satu pelompat cewek berada diantara 3 pelompat cowok lainnya. Tiga rekannya cowok berhasil,  melakukan atraksi lompat tinggi, sedangkan Agatta sendirian gagal karena  miskomunikasi dengan teman lainnya. Akibatnya,  adanya yang kurang dari safety-nya (alat pengaman) menyebabkan Agatta terjatuh ke tanah hingga menyebabkan kelumpuhan dan bergantung pada kursi roda hingga kini. Sejak itu, relawan terus memberikan dukungan dan semangat kepadanya.

The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -