Membulatkan Tekad di Jalan Tzu Chi
Jurnalis : Noorizkha (He Qi Barat), Fotografer : Dimin, Halim, Merry C, dan Rudy D (He Qi Barat)
|
| ||
Minggu, 17 Maret 2013, adalah hari yang istimewa bagi insan Tzu Chi di He Qi Barat karena pada hari tersebut diadakan training pertama relawan abu putih di tahun 2013. Training yang bertempat di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat ini diikuti oleh relawan yang menggunakan seragam abu - abu putih dan relawan yang masih menggunakan baju bebas namun sudah aktif di kegiatan Tzu Chi. Sejak pukul 07.00 WIB para peserta training mulai berkumpul. Setelah melakukan pendaftaran peserta duduk berkelompok bersama dengan seorang Dui Fu (mentor) yang akan membimbing mereka. Tepat pukul 08.00 WIB, kegiatan dibuka oleh pembawa acara dengan sapaan yang ceria. Sesi pertama training dimulai oleh Bao Bing Shijie dan Johnny Shixiong untuk melakukan Pradaksina atau meditasi berjalan. Tujuannya adalah untuk memusatkan konsentrasi peserta guna menjalani training. Diiringi lagu Jing Ji Qing Chen, peserta diminta mengitari ruangan sambil berkonsentrasi pada langkah kakinya. Sesi kedua dilanjutkan oleh Elly Wijaya Shijie dengan materi Kisah Tzu Chi: Visi, Misi dan Sejarah Tzu Chi. Peserta mendapat pengetahuan mengenai arti kata Tzu Chi: Tzu = Memberi dan Chi = Menghilangkan penderitaan. Yayasan Buddha Tzu Chi yang didirikan oleh Master Cheng Yen pada tahun 1966, memiliki filsafat cinta kasih, lintas suku dan wilayah, mengajak untuk peduli dan berbuat kebajikan, membantu orang yang kurang mampu dan mendidik yang mampu, serta sebagai organisasi pembinaan diri. Tzu Chi kini telah berada di 57 negara dengan jumlah relawan sekitar 10 juta orang yang terus menjalankan 5 misi yang diemban, yakni misi amal, misi pendidikan, misi kesehatan, misi budaya humanis, dan misi pelestarian lingkungan. Melalui misi ini Master berharap agar hati manusia menjadi suci, masyarakat damai tentram, dan dunia bebas dari bencana.
Keterangan :
Setelah Tea Break selama 10 menit dan pertunjukan ShouYu”Xing Fu De Lian” oleh siswi Sekolah Cinta Kasih, acara kemudian dilanjutkan oleh Suherman Shixiong dengan materi “Menghimpun Cinta Kasih dan Mengembangkan Kebijaksanaan ‘Bantuan Pasca Banjir’". Dalam sesi ini Suherman Shixiong menjelaskan mengenai misi amal, yakni terdapat jenis-jenis bantuan yang dapat diberikan yakni materi, amal tak berwujud seperti pemberian semangat untuk pasien, maupun dengan mensucikan hati manusia yang dapat terbentuk dalam kejadian pasien yang telah dibantu memiliki kesadaran untuk dapat membantu orang lainnya. Suherman Shixiong juga menceritakan semangat dan keindahan kerjasama relawan saat baksos banjir Jakarta yang terjadi pada bulan Januari lalu dimana relawan dapat membuat nasi bungkus hingga 19 ribu bungkus selama tiga hari berturut-turut dan tetap bersemangat di hari ketiga. Menurutnya, hikmah yang didapat dari bencana adalah terbukanya kesempatan untuk menanam berkah. Setelah menyajikan video kegiatan baksos pasca banjir dan menyemangati para peserta untuk terus bersumbangsih Suherman Shixiong pun mengakhiri presentasi. Acara selanjutnya para peserta training diajak untuk memahami "Keindahan Budaya Humanis Tzu Chi" dengan mempelajari tata cara berbusana, makan, berjalan, duduk, hingga cara membawa tas. Nelly Shijie sebagai pemandu menjelaskan semua cara-cara yang telah ditentukan mempunyai tujuan, yakni sebagai identitas dari insan Tzu Chi yang rapi dan tertib. Selain itu juga bertujuan untuk melatih diri serta agar relawan Tzu Chi yang jumlahnya sangat banyak tetap teratur. Pukul 12.00 WIB para peserta dipersilahkan makan siang. Dengan tertib para peserta memasuki ruang makan. Makanan yang disajikan adalah makanan vegetarian yang menyehatkan dan terasa sangat enak. Setelah menikmati makan siang, peserta kembali ke ruang training.
Keterangan :
Dengan membawakan materi "Menggalang Hati" Johnny Shixiong memaparkan kesulitan-kesulitan yang mungkin dialami oleh para relawan dan memberikan pemahaman serta cara-cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi kesulitan tersebut. Adapun terdapat 4 jenis dana yang dapat dikumpulkan yakni dana untuk amal, pembangunan, operasional yayasan, dan operasional Daai TV. Pada kesempatan ini, Johnny Shixiong mengajak para relawan untuk menggalang hati donatur dengan hati yang tulus, tekad yang kuat, dan berlapang dada. Dengan menggalang hati, relawan juga mendapat manfaat yakni menjadi lebih sabar, rendah hati dan mendapat berkah. Setelah sharing pengalamannya dalam mencari donatur, acara dilanjutkan dengan games dari Suparman Shixiong. Peserta tampak tertawa dan segar setelah mengikuti permainan. Sesi berikutnya dilanjutkan oleh Moni Shijie yang menjelaskan tentang tahap-tahap yang harus dilalui hingga dapat menjadi relawan senior dan syarat yang harus dipenuhi agar dapat dilantik. Materi berikutnya diberikan oleh Ira Shijie yang menjelaskan tentang "Pengenalan Struktur “He Qi-Hu Ai-Xie li-Sub Xie li" dan pembagian wilayahnya. Tujuan pembagian ini adalah untuk mengefisienkan penyebaran relawan dengan kegiatan yang ada. Artinya relawan tidak perlu menempuh jarak yang terlalu jauh untuk mengikuti kegiatan karena kegiatan tersebut sudah ada di wilayahnya. Selain itu Ira Shijie juga mengenalkan struktur organisasi yakni ketua dan para wakil ketua dari He Qi, Hu Ai, dan Xie li. Acara selanjutnya para peserta dibagi berdasarkan Hu Ai dan melakukan sharing bersama kelompok masing-masing. Tepat pukul 15.00 WIB, prosesi penyerahan seragam abu putih secara simbolik oleh ketua xie li kepada beberapa peserta training yang masih menggunakan rompi. Beberapa peserta kemudian sharing mengenai kesan dan pesan setelah menjalani training hari itu. Sebagai penguat tekad para relawan, kami diberi kesempatan untuk mendengarkan ceramah Master Cheng Yen dengan topik "Menghimpun Cinta Kasih dan Mengembangkan Kebijaksanaan" Master berharap dengan welas asih kita dapat menyelamatkan dunia, dengan menyelamatkan dunia maka akan terbebas dari bencana. Setelah berdoa, training hari itu ditutup dengan isyarat tangan "Satu Keluarga". | |||