Memindahkan Gunung Lewat Sebuah Niat
Jurnalis : Djunarto (He Qi Timur), Fotografer : Relawan Tzu Ching * Minggu pagi, sewaktu orang lain masih terlelap atau bersantai, relawan Tzu Chi telah berkumpul di Posko Daur Ulang Kelapa Gading untuk melakukan praktik pemilahan sampah daur ulang. | Matahari mulai menampakkan diri, awan putih menari-nari di karpet biru langit yang cerah di Minggu pagi tanggal 22 Februari 2009. Belum tampak ada kegiatan di Depo Daur Ulang Pegangsaan Dua Kelapa Gading. Jam baru menunjukkan pukul 7.30 WIB. Dari kejauhan tampak 3 orang shijie (sebutan untuk relawan Tzu Chi perempuan -red) dengan pakaian abu-abu putih melangkah masuk ke pintu gerbang depo dengan penuh percaya diri. |
"Halo Shijie, selamat pagi," kami menyapa. "Oh, selamat pagi juga," sambut mereka pada kami yang sudah sampai lebih dulu, sambil mengajak bersalaman. Jarang ada relawan yang bersalaman bila bertemu dengan sesama relawan, biasanya kita cukup ber-anjali satu sama lain. Maka kami pun mengetahui bahwa relawan ini masih baru. Setelah dipersilakan masuk dan duduk di kursi yang telah disediakan, kami mulai berbincang, "Dari mana shijie berasal?" Mereka menjawab, "Oh kami dari Bekasi barat, kebetulan kami ini baru mengikuti sosialisasi di ITC Mangga Dua sekitar dua minggu lalu," jawab Kartini (46), seorang dari mereka. Dia beserta anak tunggalnya Dewi (20) dan adiknya Mega (38) tiba di lokasi paling pagi dari semua relawan yang lain. Mereka sudah berseragam abu-abu putih karena telah melalui proses sosialisasi relawan baru. "Sebelum ikut sosialisasi kami sering menonton DAAI TV dan mendapat informasi untuk bergabung sebagai relawan dengan mengikuti sosialiasi terlebih dahulu. Setelah mengikuti sosialisasi saya tidak tahu harus berbuat apa, maka saya iseng menelepon ke Jing-Si Cafe Kelapa Gading untuk menanyakan ada aktivitas apa saja untuk relawan bulan Februari ini. Ternyata ada daur ulang pemilahan sampah di depo sini," Kartini mulai bercerita. "Karena belum tahu lokasi, kami berangkat jam 6 untuk mencari. Sempat nyasar 3 kali loh, Shixiong (sebutan untuk relawan laki-laki -red)!" kata mereka bersemangat. Hati rasanya tersentuh juga mendengar sepenggal kisah usaha keluarga ini menuju depo ini, dan mereka sungguh menikmati perjalanan untuk mengikuti kegiatan pelestarian lingkungan Tzu Chi ini. "Shijie datang aja kami sudah sangat senang dan terharu, karena sudah menempuh perjalanan yang lumayan jauh dari Bekasi barat menuju kemari. Apalagi ini hari Minggu yang mestinya orang-orang masih tidur lelap, namun Shijie berinisiatif melakukan aktivitas yang orang lain belum tentu mau melakukannya (praktik langsung pemilahan sampah). Salut buat Shijie dan selamat mengikuti yah," kata Ji Shou shixiong sambil tersenyum lebar. Jam 07.50 relawan dari wilayah He Qi Timur mulai berdatangan, dan tepat jam 08.00 acara dimulai dengan pengarahan dari Rudi shixiong, penanggung jawab Depo Daur Ulang Kelapa Gading. Relawan dibagi dalam 4 tim yakni station sampah campur aduk yang belum dipilah, station kertas, station karton, dan station plastik / botol beling. Ket : - Inti praktik pemilahan sampah ini adalah agar relawan memahami dan kemudian mulai menjalankan Setelah hampir 1 jam, para relawan saling bertukar station, agar bisa memahami secara menyeluruh station-station yang ada. Hingga tiba jarum jam menunjukkan pukul 11.30, semua relawan mengikuti briefing sekali lagi untuk menarik kesimpulan tentang maksud dan tujuan pemilahan sampah. Ji Shou shixiong menjelaskan bahwa para relawan bukan diminta untuk memilah sampah, tetapi hanya untuk memahami kenapa harus dilakukan pemilahan. Setelah memahami pemilahan sampah ini, para relawan nantinya akan dapat menjelaskan cara pemilahan sampah saat presentasi daur ulang dari rumah ke rumah warga di lingkungan masing-masing. Sampah-sampah yang bisa didaur ulang tidak dicampur aduk, namun dibedakan sesuai jenisnya agar memudahkan depo daur ulang bekerja maksimal dengan tenaga yang sangat terbatas. Saat ini hanya 2 orang yang bekerja di depo daur ulang tersebut. Puas dengan hasil yang didapat dari kegiatan pemilahan sampah ini, Kartini beserta keluarganya berpamitan pulang. Niat baik telah berhasil mereka wujudkan, dan mereka berhasil pula memindahkan gunung keangkuhan dalam diri dengan bermodalkan satu hal: niat untuk membantu meringankan bumi dari kehancuran yang makin dalam. | |