Tzu Chi Cup Chinese Competition berlangsung pada Sabtu, 19 November 2022. Satu persatu peserta menampilkan cerita dan pidato yang sudah mereka persiapkan secara matang.
Membantu untuk mengasah kemampuan berbahasa Mandarin sekaligus meningkatkan kepercayaan diri murid-murid dalam Public Speaking, Chinese Departement di Tzu Chi School mengadakan Tzu Chi Cup Chinese Competition untuk pertama kalinya. Kompetisi ini digelar sejak bulan September dan diikuti oleh 53 peserta dari 14 sekolah di Jakarta, Batam, dan Medan.
Proses kompetisi ini terbilang lumayan panjang, yakni babak penyisihan (secara online) diadakan pada Oktober. Di babak tersebut, para peserta mengumpulkan karya berupa story telling yang diikuti siswa dari kelas 7-9 (1 – 3 SMP) dan speech di ikuti siswa kelas 9-12 (1 – 3 SMA). Dari babak-babak selanjutnya kemudian terpilih 20 siswa dari 12 sekolah yang masuk dalam babak final yang seleksinya dilakukan pada Sabtu 19 November 2022.
Di babak ini mereka dinilai langsung oleh tiga juri external yang memiliki peran penting di dunia pendidikan bahasa Mandarin. Dengan tema Respecting Love atau menghormati kehidupan, murid-murid menyiapkan materi dan karya kreatif yang akan mereka tampilkan dengan matang.
Lusiana Tahardi Head of Chinese Departement Secondary Tzu Chi School, menjelaskan pemilihan tema tersebut untuk menumbuhkan nilai-nilai budaya humanis di hati anak-anak. “Tujuan utama menyelenggarakan lomba ini adalah kami mau memberikan wadah atau platform untuk anak-anak supaya mereka bisa mengembangkan keterampilan Mandarinya, tapi yang tidak kalah penting juga dari tema yang kami angkat itu budaya yang ingin kami tanamkan pada anak-anak, menumbuhkan budaya humanis dan menghormati kehidupan baik itu kita sesama manusia, kepada hewan, dan juga pada diri sendiri, karena mengasihi orang lain itu harus dimulai dari diri sendiri,” ungkap Lusiana Tahardi.
Mengasah Kemampuan Diri
Aurellia Harjanto (13) perwakilan dari Tzu Chi School mengembangkan kepercayaan dirinya dengan mengikuti lomba. Melalui ceritanya yang kreatif dan unik, ia dapat berhasil mendapatkan juara 1 di kategori Story Telling.
Aurellia Harjanto (13) siswi kelas 8 di Tzu Chi School ini pertama kali ikuti lomba dan ternyata bisa mengahasilkan sebuah karya yang baik dengan persiapan dalam kurun waktu dua minggu. Dengan bimbingan oleh guru Mandarinnya, Aurellia berhasil meraih juara 1 dalam katergori Story Telling.
“Perasaan saya sangat excited, happy, and very grateful. Mengikuti lomba ini adalah kemauan saya sendiri, karena saya orangnya pemalu jadi saya melatih diri untuk lebih confident dan improve public speaking,” kata Aurellia.
Dengan kemampuan bahasa Mandarin yang ia pelajari sejak kecil, Connie Cang (17) dengan percaya diri mengikuti Tzu Chi Cup Chinese Competition. Dengan sub tema yang ia bawakan tentang selflove, siswi Global Indo-Asia, Batam ini meraih juara 1 kategori Speech.
Peserta lainnya Connie Cang (17) siswi dari Sekolah Global Indo-Asia Batam juga sangat excited. Meskipun menempuh jarak yang jauh ke Jakarta, Connie tetap memberikan yang terbaik dalam speech-nya hingga ia meraih juara 1 dalam kategori Speech. Ia juga merasa senang sekali bisa mengikuti kompetisi dan berhasil memenangkannya.
“Ke depannya saya ingin lebih giat mempelajari bahasa Mandarin dan dapat mengembangkan budaya Tionghoa di Indonesia,” ungkap Connie.
Dengan tema Selflove, Connie naik ke atas panggung dengan memegang properti yang berbentuk kunci yang menggambarkan sebagai kunci kebahagiaan di dalam hidup ini.
“Jadi konsepnya, kunci kebahagiaan itu ada di diri kita sendiri, bagaimana kita merasa puas dengan diri sendiri, lalu tidak compare dengan orang lain,” kata Connie, “jangan overthinking, jangan terlalu rendah diri juga, intinya lebih ke mengembangkan selflove,” tambahnya.
Pandemi Bukanlah Penghalang
Feri Ansori, Direktur Pusat Bahasa Mandarin & Ketua Program Studi Sastra Mandarin Universitas Al-Azhar Indonesia yang hari itu menjadi juri hari itu memberi tanggapan positif pada kompetisi ini. Feri merasa salut kepada Tzu Chi School yang dapat menyelenggarakan lomba dengan sangat baik walaupun masih di kondisi yang sulit mengingat Covid-19 yang masih ada di sekitar kita.
“Saya melihat antusiasme siswa yang mengikuti kegiatan ini sangat besar. Rupanya pandemi tidak menyurutkan semangat murid untuk terus belajar, guru-guru juga semakin kreatif mendidik murid. Harus saya akui juga kemampuan bahasa Mandarin anak-anak yang mengikuti lomba ini sangat luar biasa bagusnya, jadi saya sangat bangga,” kata Feri.
Lusiana Tahardi (kanan) berharap ke depannya Tzu Chi School dapat menyelengarakan Chinese Coompetition ini secara rutin setiap tahunnya, untuk meningkatkan kemampuan bahasa Mandarin dan juga kepercayaan diri murid-murid.
Tzu Chi Cup Chinese Competition perdana yang digelar Tzu Chi School berhasil mengajak murid-murid untuk terus belajar, berkarya dan mengembangkan kepercayaan diri. Hal ini sejalan dengan tujuan dan harapan dari pihak sekolah. “Setelah tiga tahun pandemi pasti banyak berdampak ke rasa percaya diri anak-anak. Jadi kami berharap bukan hanya bahasa Mandarin yag terasah tapi juga percaya diri dan terpenting budaya humanis bagaimana mereka menghargai diri sendiri dan orang lain,” tegas Lusiana.
Diakhir acara seluruh peserta berfoto bersama dengan Kepala Sekolah Tzu Chi School, guru, dan ketiga juri.
Editor: Metta Wulandari