Mempererat Jalinan Jodoh di Lhokseumawe
Jurnalis : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan), Fotografer : Desnita, Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan) Saya berbagi kisah perjalanan hidup saya kepada para donatur yang membuat saya belajar untuk menyadari berkah, menghargai berkah, dan menciptakan berkah yang ada. |
| ||
Di bulan Februari 2012, Tzu Chi Medan kembali mengadakan acara ramah tamah dengan para donatur di Lhokseumawe. Dan untuk kembali mempererat jalinan jodoh ini, pada tanggal 24 April 2012, relawan Tzu Chi Medan kembali mengadakan acara ramah tamah, mempererat jodoh yang telah terbina sehingga bibit-bibit Tzu Chi dapat tumbuh kembang di Lhokseumawe. Keputusan yang Membahagiakan Diri Sendiri dan Orang Tua Pada kesempatan itu pula, saya menceritakan bagaimana saya dulu senantiasa diliputi kebencian karena hubungan antara ayah dan saya yang kurang harmonis. Dari kecil saya selalu bermimpi kalau suatu hari dapat meninggalkan kota Medan untuk merantau dan akhirnya pada tahun 2005, saya berhasil mendapatkan pekerjaan di luar Medan. Perjalanan hidup saya yang baru mulai dijalaninya, dari Pekanbaru, Batam hingga ke Bali. Meski sudah sekian lama tidak menetap di Medan, perasaaan penuh kebencian tersebut tidaklah sirna. Setiap kali berkesempatan pulang, pastilah sangat singkat. saya yang telah mengenal Tzu Chi sejak tahun 2004 dan benar-benar mengikuti kegiatan Tzu Chi adalah di Batam pada tahun 2005 dan selalu beranggapan bahwa saya harus lebih banyak berbuat kebajikan tetapi tetap saja kebencian tersebut tidak pernah sirna. Meski saya terus aktif melakukan kegiatan Tzu Chi dan lebih berkecimpung di misi amal kemanusiaan sehingga dapat menyadari ketidakkekalan hidup, saya, seorang Leo masih saja belum dapat memaafkan dan menerima ayah saya sendiri. Sehingga suatu saat mendengar Master Cheng Yen berujar bagaimana caranya berbakti kepada orang tua adalah dengan tidak membuat khawatir orang tua. Dulu setiap kali saya pulang ke Medan, ibu saya pasti sangat bahagia karena dapat melihat anaknya dalam keadaan sehat. Saya terus menerus bertanya kepada diri sendiri apakah saya benar-benar bahagia? Saya merasa telah menjalankan kebajikan tetapi hal tersebut masihlah kurang karena terus menerus membuat orang tua khawatir. Saya mulai sadar bahwa didikan keras ayah adalah sangat berguna sehingga dapat menimba pengalaman di tempat lain dan mandiri. Disinilah saya mulai menyadari berkah yang ada.
Keterangan :
Seiring waktu berjalan dan terus aktif di Tzu Chi, saya terus merenungi bagaimana menyirnakan perasaan kebencian yang ada. Saya kemudian mulai belajar menerima kenyataan dan akhirnya menyadari inilah akibat karma buruk yang ditanam di masa lalu sehingga cara satu-satunya untuk memperbaiki semua ini adalah melihat ke dalam diri sendiri dan belajar menerima kenyataan serta terus menciptakan berkah yang ada. Dengan membuka pintu hati ini maka semuanya akan berjalan dengan baik. Dan akhirnya saya memutuskan untuk kembali menetap di Medan. Keputusan tersebut membuat kedua orang tua dan saya bahagia. Menyadari Berkah Setelah melihat ceramah Master Cheng Yen, saya mengajak donatur untuk sharing. Elvi yang berasal dari Bireuen bercerita bagaimana dulu dirinya adalah seorang yang pemarah dan tidak kenal kompromi. Perangai Elvi pun berubah setelah memahami hukum karma. Oleh karena itu, dirinya kembali menemukan kebahagiaan. Jodoh Elvi dengan Tzu Chi adalah dengan menonton ceramah Master di DaAi TV dan menyadari hendaknya belajar mencintai semua orang. “Saya melihat bagaimana seorang Master Cheng Yen dapat memberikan cinta kasihnya kepada semua orang. Hal ini yang membuat saya sangat tersentuh dengan Tzu Chi, “ tambahnya. Salah satu donatur lain yang hadir dan turut sharing adalah Tanjung Halim. Jodohnya dengan Tzu Chi sebenarnya sudah terbina pada tahun 2003 dimana pada saat itu dirinya mendapatkan celengan bambu. “Tiap kali saya diajak ikut kegiatan pasti saya tidak bisa karena harus kembali ke Aceh,” ingatnya. Tanjung Halim sendiri pada saat sharing juga mengungkapkan bagaimana dulu dirinya juga seorang yang bertempramen tinggi namun sekarang sudah berubah karena menyadari pentingnya mengikat jodoh yang baik dengan siapa saja. Di penghujung acara, giliran Desnita untuk sharing mengenai “Apakah kita telah mengenal dengan baik diri kita sendiri ?” Desnita melontarkan satu pertanyaan, “Siapakah yang disini, mengaku dirinya bahagia ?” Hanya segelintir donatur yang mengancungkan tangannya. Dikarenakan waktu yang cukup sempit, sharing Desnita shijie akan berlanjut pada pertemuan yang akan datang. Terlihat wajah-wajah baru yang bekomitmen menjadi relawan Tzu Chi dan ingin lebih tahu mengenai Tzu Chi. | |||
Artikel Terkait
Rumah Botol, Saksi Cinta Kasih Tzu Chi
30 Desember 2016Sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan, relawan Tzu Chi cabang Sinar Mas Xie Li Kalimatan Timur 1 secara rutin melakukan pengumpulan sampah botol dan gelas plastik di sebuah pondok yang secara khusus dibangun untuk pengelolaan sampah dan diberi nama Rumah Botol.
Natal Bersama Keluarga Tzu Chi
27 Desember 2017Penyambutan dan Perpisahan di Tzu Shao Ban Tanjung Balai Karimun
15 Juni 2017Ada yang istimewa dari kegiatan Tzu Shao Ban Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kali ini. Tzu Shao Ban kali ini dilaksanakan dengan tujuan khusus, yaitu untuk menyambut Tzu Shao dari kelas VI dan perpisahan Tzu Shao kelas XII yang akan meninggalkan Tanjung Balai Karimun untuk melanjutkan pendidikan.