Mempererat Keharmonisan Sebuah Keluarga

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Brian Pradana


Vivi Tan, berbagi pengalamannya kepada para orang tua murid mengenai budaya saling berkomunikasi dan kedekatan antara anak-anak dan ibunya.

Orang tua merupakan orang yang paling berperan penting dalam kelangsungan hidup kita, karena merekalah kita dapat menikmati hidup seperti sekarang ini. Berkat bimbingan dan kasih sayang orang tua, kita dapat hidup lebih layak serta memiliki manfaat bagi orang lain.

Untuk memaknai Hari Ibu Internasional yang jatuh pada 13 Mei 2018, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Timur mengadakan kegiatan kelas budi pekerti dengan tema Hari Bakti pada 20 Mei 2018 yang bertempat di kantor He Qi Timur (Kelapa Gading). Sebanyak 40 murid datang bersama orang tua mereka dalam kegiatan ini.


Pukul 08.30 WIB, para murid kelas budi pekerti mulai berdatangan dengan orang tua mereka di kantor He Qi Timur.

Untuk mengisi tema Hari Bakti, beberapa materi video dan sharing telah disiapkan oleh relawan untuk disaksikan oleh para orang tua. Salah satunya ialah sharing dari Noni, relawan yang juga turut ikut berpartisipasi dalam acara.  Dalam sharing-nya, Noni menceritakan bagaimana budaya cium pipi setiap hendak keluar rumah dan salam sapa di pagi hari dengan orang tuanya sendiri. Kini hal tersebut juga dipraktikkan oleh kedua putrinya dalam keseharian mereka. Budaya ini yang membuat mereka menjadi lebih akrab dan saling menghormati. “Kita ingin membangkitkan rasa berterima kasih orang tua kepada orang tuanya lagi. Karena kan banyak sekali ya, kita-kita ini yang udah jadi orang tua kadang suka lupa gitu sama orang tua kita sendiri, padahal orang tua kita sendiri yang membesarkan kita. Nah, itu yang kita bangkitkan kembali. Reminder kembali,” terang Vivi Tan, selaku PIC kelas budi pekerti dengan tema Hari Bakti.

Ketika para orang tua mendengarkan sharing, para murid berpindah ke ruangan yang berbeda, tujuannya adalah untuk mengungkapkan perasaan mereka melalui surat yang nantinya akan diberikan pada orang tua mereka pada sesi basuh kaki.


Ketika para orang tua mendengarkan sharing, para murid berpindah ke ruangan yang berbeda, untuk mengungkapkan perasaan mereka melalui surat yang nantinya akan diberikan pada orang tua mereka pada sesi basuh kaki.

Melihat tayangan dan sharing dari relawan, beberapa orang tua merasa terharu dan menangis sepanjang acara. Salah satunya ialah Wera yang datang bersama suaminya. Wera merasa haru melihat tayangan mengenai kisah perjuangan seorang ibu yang berasal dari Taiwan. Ibu tersebut tidak pernah keluar negeri dan tidak bisa berbahasa inggris, tetapi karena kerinduannya yang begitu kuat terhadap putrinya, ia pun memberanikan diri bepergian dengan pesawat terbang yang menghabiskan waktu selama 3 hari untuk menjenguk putrinya yang sudah lama tidak ia temui. Dengan perjuangan yang panjang, ibu tersebut datang hanya untuk memasakkan sebuah sup ginseng untuk putrinya yang baru saja melahirkan di Inggris.

Perjuangan seorang ibu dalam video tersebut membuat Wera merasa terharu, mengingat ia juga sudah kehilangan ayah dan merasa menyesal karena belum dapat memberikan rasa baktinya kepada sang ayah. Ia pun kini terinspirasi ingin lebih membahagiakan sang ibu. “Momen kaya begini bagus banget. Jadi aku merasa bisa kasih contoh (bakti) buat mama ke adik-adik,” ucap Wera dengan haru.


Olivia Gunawaty dan Jimmy Ng, pasangan orang tua murid yang terharu sekaligus bahagia karena kedua putranya begitu tulus mencintai mereka.

Wera juga berharap putranya Adhika yang mengikuti kelas budi pekerti selama satu tahun lebih ini dapat juga meneladani hal yang sama. “Saya sih nggak pernah mengharapkan dia (Adhika) untuk jadi apa-apa, saya selalu berharap dia itu selalu gembira sama semangat aja. Jadi dalam menghadapi hidup harus semangat, dalam menghadapi apapun masalah, walaupun saya nggak ada, dia tetap semangat,” ucapnya dengan pasti.

Di tengah acara, para murid kembali bergabung dengan orang tua mereka dan melakukan prosesi basuh kaki orang tua serta memberikan kartu ungkapan perasaan mereka. Praktik nyata bakti dari anak membuat Olivia Gunawaty dan Jimmy Ng, orang tua murid terharu sekaligus bahagia karena kedua putranya begitu tulus mencintai mereka. Mereka pun teringat untuk bisa juga memberikan kebahagiaan yang mereka dapat dari anak-anak mereka untuk orang tua mereka. “Terus terang begitu tadi melihat tulisan mereka, hadiah dan cuci kakinya juga, kami terharu tapi itu sekaligus refleksi buat kita bahwasanya apa yang anak-anak kerjakan hari ini buat kita, kedepannya kita berdua ini (suami istri) akan merefleksikan dan membalas ke orang tua kami. Makanya tadi kami langsung diskusi, kira kira momen apa yang cocok buat kita juga membasuh kaki kedua orang tua kita,” ucap Olivia Gunawaty, ibu dari Nathan James dan Ethan James ini.


Wera merasa haru mendengar sharing dari relawan dan melihat tayangan video pendek inspiratif mengenai kasih sayang ibu terhadap anaknya yang tinggal jauh darinya.

Di tengah kesibukannya bekerja, Olivia dan Jimmy masih sempat meluangkan waktu sebelum tidur untuk bercengkerama dengan kedua buah hati mereka, membahas aktivitas kedua anak mereka, dan berdiskusi mengenai kesukacitaan mereka di hari itu. Bahkan, tak jarang Olivia menanyakan kepada kedua buah hatinya apa yang sudah mereka praktikan dari tema-tema yang Ethan dan Nathan pelajari di kelas budi pekerti Tzu Chi. “Terus terang dengan masuknya ke kegiatan begini ya setiap bulan itu kan di Tzu Chi itu ada tema-temanya, sometimes gitu saya suka bilang ‘tema kemarin begini lho, kamu sudah praktekkan belum?’ Jadi saya lihat ada manfaat positifnya. Tema-tema itu sederhana tapi maksudnya cukup membantu kita dalam mendidik anak soalnya nggak ada pelajarannya jadi kadang dari situ (tema kelas budi pekerti) kita dapat inspirasi buat ngajarin mereka,” ujar Olivia sembari tersenyum.

Melihat para orang tua dan murid bisa saling berinteraksi dengan baik dan bersahaja, para relawan yang berkegiatan dalam kelas budi pekerti kali ini juga turut merasa bahagia, karena semakin erat hubungan sebuah keluarga, maka keharmonisan dalam keluarga bisa terwujud.

Editor: Arimami Suryo A.


Artikel Terkait

Menggapai Masa Depan yang Cemerlang

Menggapai Masa Depan yang Cemerlang

29 November 2016
Kelas budi pekerti Tzu Chi kembali menyelenggarakan Kamp Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi yang kali ini diperuntukkan bagi remaja berusia 13-16 tahun atau biasa disebut Tzu Shao. Kegiatan Tzu Shao Ban Angkatan VIII ini merupakan kegiatan penutupan kelas budi pekerti untuk tahun 2016 yang diikuti oleh 150 siswa kelas budi pekerti Tzu Shao.
Bersukacita di Kelas Budi Pekerti

Bersukacita di Kelas Budi Pekerti

28 September 2016
Minggu 25 September 2016, kegiatan kelas budi pekerti di He Qi Utara 1 kembali diadakan. Kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap minggu ketiga ini diikuti oleh 18 anak bersama orang tuanya.
Menu Sehat Vegetaris

Menu Sehat Vegetaris

04 Mei 2016

Kelas Budi Pekerti Tzu Shao (setingkat SMP dan SMA) pada 24 April 2016 dikemas dalam perlombaan. Sebanyak 14 anak mengikuti perlombaan ini. Kegiatan yang pertama kali diadakan ini bertujuan untuk mengajak para murid Tzu Shao untuk bervegetaris yang mengusung tema 3R1T (rendah lemak, rendah gula, rendah garam dan tinggi serat).

Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -