Memperingati Hari Guru dengan Cara yang Menyenangkan
Jurnalis : Listania (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun), Fotografer : Calvin (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)Sabtu, 30 November 2019, sebanyak 80 orang relawan termasuk guru-guru yang mengikuti kegiatan ini.
Hari Guru adalah hari untuk menunjukkan penghargaan terhadap guru, dan diperingati pada tanggal yang berbeda-beda—bergantung pada negaranya. Di beberapa negara, hari guru merupakan hari libur sekolah. Di Indonesia tanggal 25 November dijadikan Hari Guru Nasional dan diperingati bersama hari ulang tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Hari Guru Nasional bukan hari libur resmi, dan dirayakan dalam bentuk upacara peringatan di sekolah-sekolah dan pemberian tanda jasa bagi guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah. Guru adalah seorang pahlawan tanpa tanda jasa.
Guru merupakan seseorang yang berjasa dalam hidup kita, guru juga bisa dibilang orang tua kedua yang mengajari kita berbagai hal melalui sekolah maupun aktivitas belajar-mengajar. Untuk membalas budi guru-guru yang selama ini telah mengajari kita, relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun turut mengadakan Peringatan Hari Guru yang dilaksanakan pada Sabtu, 30 November 2019.
Sebanyak 80 orang relawan dan guru mengikuti kegitan ini. Sebelum waktu dimulainya kegiatan, relawan dan para Tzu Shao sudah berdatangan dan bersiap-siap untuk menyambut kedatangan guru-guru yang mereka undang. Melihat guru yang diundang telah tiba Tzu Shao yang mengundang pun menyambutnya dan mengantarkan mereka ke ruang dimana kegiatan akan berlangsung. Sebelum sampai ke ruang kegiatan, guru yang telah datang terlebih dahulu melakukan Check In. Mengapa Check In? Karena kegiatan ini bertemakan pesawat, bukan tanpa alasan mengambil tema pesawat pada kegiatan kali ini, dikarenakan undangan yang para Tzu Shao bagikan pada guru-guru mereka dalam bentuk Boarding Pass. Maka dari itu diambillah tema tersebut.
Edi dan Zoe di kegiatan kali ini membuka kegiatan dengan gaya seorang pramugara.
Fitri menjelaskan peraturan games sebelum games dimulai, yang akan diikuti para guru dan murid.
Setelah semua guru sudah datang, kegiatan pun dimulai, dengan Edi dan Zoe sebagai pembawa acara, membuka kegiatan dengan gaya seorang pramugara, kegiatan pun berlanjut dengan melakukan Penghormatan kepada Master Cheng Yen dan disambung dengan menonton wejangan dari Master Cheng Yen yang berjudul Membina Insan Berbakat yang Berpengetahuan dan Berbudi Pekerti. Dalam ceramahnya Master Cheng Yen mengatakan, “Tujuan pendidikan Tzu Chi ialah membina murid-murid yang berpengetahuan sekaligus berbudi pekerti. Dibandingkan dengan nilai akademis, yang lebih penting ialah nilai budi pekerti.”
Akhirnya sesi yang ditunggu-tunggu pun tiba, yaitu sesi games. Sesi ini dipandu oleh Fitri. Sebelum games dimulai Fitri terlebih dahulu menjelaskan aturan mainnya. Games pertama yaitu tebak kata, dimana satu peserta mengambil sebuah kertas dari dalam wadah yang telah disediakan oleh panitia, setelah itu peserta yang mengambil kertas harus memperagakan sesuai dengan kata yang telah diambil begitu selanjutnya hingga ke peserta yang terakhir, dan peserta terakhirlah yang akan menebak kata apa yang diperagakan peserta sebelumnya.
Games kedua yaitu menyusun kata. Dalam games ini tangan peserta harus di belakang. Peserta juga tidak diperkenankan untuk berbicara dan hanya diperbolehkan untuk melihat punggung peserta lain, dimana punggung para peserta sudah ditempelkan huruf yang telah disediakan oleh panitia. Di sesi games ini terpancar wajah kegembiraan para peserta yang memainkan games. Salah satu guru yang ikut memainkan games adalah Drs. Wachyu Wicaksono (53 tahun), ia mengatakan, “Kegiatan ini cukup seru, karena bisa memberikan suasana yang berbeda antara siswa dan guru. Selain itu, antara guru dan siswa juga bisa bertukar pikiran walaupun melalui permainan".
Drs. Wachyu Wicaksono (53) mengungkapkan bahwa kegiatan ini cukup seru karena bisa memberikan suasana yang berbeda antara siswa dan guru, selain itu, antara guru dan siswa juga bisa bertukar pikiran walaupun melalui hanya disebuah permainan.
Mei Shinta (19) merasa kegiatan ini mengajarkannya untuk lebih kita lebih dekat dan menghormati para guru.
Sama halnya dengan Mei Shinta (19) yang mengatakan, “Kegiatan ini seperti mengajarkan kita lebih dekat dengan guru, kalau di sekolah canggung sekali, karena guru harus sangat dihormati. Kalau di kegiatan ini guru jadi teman atau sahabat kita. Karena sama-sama memikirkan ide dan mencari jawaban yang sama biar sama-sama menang dalam main games.”
Setelah selesai dengan games, kegiatan pun berlanjut dengan isyarat tangan yang diperagakan oleh Tzu Shao yang berjudul Mentari Harapan Cinta. Setelah itu kegiatan pun masuk ke kegiatan inti, yaitu penyuguhan teh. Di sesi ini para murid yang telah mengundang gurunya menyuguhkan teh dengan penuh rasa hormat. Setelah memberikan teh para murid kemudian melakukan penghormatan sebanyak satu kali sebagai wujud bakti, memeluk atau menyalami tangan gurunya.
Menuju akhir kegiatan, para Tzu Shao berkumpul ke depan dan membentuk barisan, setelah itu bersama-sama mengucapkan, “Selamat Hari Guru, Terima Kasih Guruku.”
Editor: Hadi Pranoto