Memperkaya Ilmu dengan Pengetahuan Baru
Jurnalis : Lo Wahyuni, Sufenny, Fotografer : Hadi Pranoto, Teddy LiantoJi Shou Shixiong memberikan pemaparan terkait dengan prinsip bantuan 10% 30% dan 60%
Mentari bersinar cerah saat pelatihan Zhen Shan Mei pada Sabtu 27 September 2014. Sekitar pukul 14.20 WIB relawan yang hadir memadati aula Jing Si, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk. Pada training kali ini membahas terkait prinsip bantuan 10% 30% dan 60% yang disampaikan oleh Ji Shou Shixiong relawan senior asal Malaysia. “Hari ini saya membawa tema tentang prinsip bantuan 10%, 30% dan 60%, untuk diterapkan langsung dengan kegiatan peliputan foto, menulis dan video,” ungkap Ji Shou. Dalam pemaparannya Ji Shou Shixiong menayangkan video “Great Love In Action” Tzu Chi USA yang telah menggugah hati. Video yang mengangkat bencana Topan Sandy terbesar di pesisir timur Amerika Serikat. Sehari setelah bencana, relawan Tzu Chi Amerika berhasil meliput langsung bencana di New Jersey, New York. Ratusan ribu rumah penduduk luluh lantah diterjang dahsyatnya badai. Terjadi pula banjir bandang setinggi 2 meter. Jalanan terputus, lampu padam dan tidak hanya jatuhnya korban jiwa.
Sebuah desa di New Jersey, seorang nenek tua renta hidup sebatang kara. Seluruh harta bendanya hanyut akibat badai. Dengan tubuh menggigil kedinginan, nenek jompo ini berkata “Saya sangat berterima kasih kepada Tzu Chi, yang telah meringankan beban korban bencana. Pemberian bantuan berupa selimut hangat, kartu debit, air minum dan nasi instan sangatlah berguna”. Tayangan video ini telah menginspirasi sejumlah orang dari 37 negara untuk berpartisipasi menyumbangkan dana bantuan bagi para korban bencana Topan Sandy, hingga jumlahnya mencapai US$ 10 juta.
Ji Shou Shixiong menjelaskan makna dari tayangan tersebut bahwa pemberian barang-barang bantuan kepada para korban hanya menjalankan prinsip tersebut sebesar 10%. Fokus pada batin penerima bantuan, dengan menghibur & menyucikan batinnya adalah prinsip 30%. Dan prinsip 60% adalah batin para relawan dan para donatur. Menggali kisah inspiratif dari insan yang sudah menebarkan cinta kasih universal secara nyata untuk menjalin jodoh baik dengan para korban bencana. “Jadi tugas para relawan Zhen Shan Mei bukan hanya sekedar meliput saja. Namun relawan harus dapat membimbing orang lain memahami budaya humanis Tzu Chi agar terwujud dengan baik. Belajarlah untuk melembutkan hati, agar mampu merasakan dengan kesungguhan hati, apa yang dirasakan oleh orang lain (empati)” jelas Ji Shou.
Relawan yang hadir menyimak dengan seksama dan mencatatat materi yang diberikan
Relawan senior ini memiliki proyek kemanusiaan “merasakan keharuan dalam hidup” yang tengah dijalankan di jejaring sosial. “Dalam sehari, saya membiasakan diri untuk menulis Gan en sebanyak tiga kali dalam tiga kisah yang berbeda. Proyek ini sudah diikuti dan dijalankan oleh teman-teman Facebook,” tukas Ji Shou dengan tersenyum. Pertama kali ide ini muncul setelah menonton tayangan di youtube. Tayangan tersebut menceritakan tentang wanita yang sudah memiliki segalanya termasuk keluarga bahagia. Namun ia selalu mengeluh bahwa hidupnya hampa, menjemukkan dan tidak bahagia. Setelah berintospeksi diri, ia menemukan jawaban dari masalahnya. Setiap momen yang berkesan dengan keluarganya, ia selalu mengabadikan dengan kamera instan. Wanita ini mulai menulis keterangan menarik di tiap foto. Dampaknya sungguh luar biasa. Perasaan bahagia dan bersyukur selalu diucapkannya, setiap saat ia melihat foto dan membayangkan kisah menarik didalam foto itu. “Jadi kita harus selalu merasa bersyukur dalam hidup. Dengan selalu menulis Gan en atas kisah hidup yang berkesan, agar dapat dirasakan keharuannya” kata Ji Shou shixiong.
Mengasah Kemampuan Menulis
Pada pelatihan relawan Zhan Shan Mei ke-7 ini metode menulis baru diperkenalkan oleh Ivana Shijie. Metode menulis dengan cara pendekatan gambar yang berguna untuk memetakan pikiran atau yang disebut mind mapping dicetus oleh Tony Busan. “Ada tujuh langkah mind mapping yaitu dimulai dari tengah, satu ide sentral dengan gambar/foto, menggunakan warna warni, membuat cabang dari pusat, menggunakan garis lengkung, memakai kata kunci di setiap garis dan menggunakan gambar” jelas Ivana shijie.
Ivana Shijie memperkenalkan metode mind mapping sebagai salah trik dalam menulis
Mind mapping memiliki fungsi mirip kerangka karangan. Dalam teknik penulisan, cara ini akan memudahkan membangun cerita, karena dapat melihat semua bahan dengan korelasinya sekaligus. Dengan mempraktikkan mind mapping, maka otak kiri dan otak kanan sudah akan bekerja. Saat menalar dengan logika dan merangkai kata-kata, maka otak kiri yang bekerja. Menggunakan warna, imaginasi, kreatifitas, maka otak kanan yang berfungsi. Kelebihan mind mapping memungkinkan kita berfokus pada inti masalah dalam penulisan. Mind mapping juga mampu menunjukkan hubungan antar bagian informasi, sekaligus mengarahkan kita untuk mengelompokkan konsep cerita.
Setiap relawan mempresentasikan hasil mind mapping yang telah dibuat dengan tema bebas
Artikel Terkait
Mengenal Ajaran Kehidupan
11 April 2016 Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Penghubung Bali mengadakan bedah buku The Power of The Heart karya Master Cheng Yen pada tanggal 03 April 2016. Buku ini berisi tentang cerita-cerita inspiratif agar pembacanya lebih mudah mengaitkan dengan pengalaman-pengalaman pribadinya.Menghargai Peran Penting Seniman Bangunan
29 Juni 2016Yayasan Buddha Tzu Chi, He Qi Barat menggelar acara buka puasa bersama puluhan seniman bangunan pada tanggal 22 Juni 2016. Acara ini sebagai salah satu wujud apresiasi Tzu Chi atas peran penting seniman bangunan.
Belajar Budaya Humanis di Sekolah
22 Agustus 2016Kamis, 18 Agustus 2016, Yayasan Pendidikan Murni Padang mengadakan kunjungan ke Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat. Kunjungan ini dalam rangka pengenalan dan pembelajaran tentang pengajaran dan budaya humanis di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng.