Memperkenalkan Apa itu Zhen Shan Mei Sejak Dini
Jurnalis : Nuraina Ponidjan (Tzu Chi Medan), Fotografer : Nuraina Ponidjan, Hasan Tiopan (Tzu Chi Medan)Kelas Kata Perenungan Master Cheng Yen di Depo Pelestarian Mandala Medan yang telah mengajarkan Dharma Master ke anak-anak selama enam tahun, saat ini telah dibagi menjadi tiga kelas yaitu new class (Bodhisatwa cilik baru/er tong jing si ban), preteen class (Bodhisatwa cilik lanjutan/er tong jing si ban II) dan teen class (Bodhisatwa cilik remaja /shao er jingsi ban).
Selain mengajarkan ke anak-anak tentang maksud dari kata perenungan, juga ada belajar isyarat tangan, kerajinan tangan, menggambar, dan memasak. Dari fungsionaris pendidikan, Yanny meminta kepada fungsionaris Zhen Shan Mei untuk memperkenalkan ke anak-anak tentang Zhen Shan Mei. Untuk itu Minggu, 3 Juni 2018, Amir selaku fungsionaris Zhen Shan Mei mengajak anak-anak untuk mengenal apa itu Zhen Shan Mei.
Amir terlebih dahulu bercerita kepada anak-anak sejarah dari misi ini yang dulunya disebut 3 in 1 dan sekarang Zhen Shan Mei.
Kelas Zhen Shan Mei
diikuti 12 anak-anak Kelas Kata Perenungan Master Chen Yen dan juga diikuti
para Daai Mama.
Sebelum pukul 09.00 WIB, anak-anak telah datang dan berbaris dengan rapi untuk naik ke lantai 3. Kelas diawali dengan penghormatan sebanyak 3 kali kepada Master Cheng Yen. Seperti biasanya, sebelum belajar anak-anak duduk menenangkan diri dengan relaksasi. Hari ini yang ikut belajar adalah preteen class dan teen class. Sebelum sesi Zhen Shan Mei, anak-anak terlebih dahulu belajar kata perenungan. Mereka diajak mengulang materi pertemuan yang lalu, ada yang disuruh membaca, dan ada yang diminta untuk menulis Mandarinnya di papan tulis.
Setelah selesai belajar Kata Perenungan Master Cheng Yen selama 1 jam, tibalah saatnya anak-anak belajar Zhen Shan Mei. Amir terlebih dahulu bercerita ke anak-anak sejarah dari misi ini yang dulunya disebut 3in1 dan sekarang Zhen Shan Mei. Zhen Shan Mei terdiri dari 3 huruf Mandarin yaitu Zhen=Benar, Shan=Bajik dan Mei=Indah. Zhen Shan Mei selain merupakan filosofi misi budaya humanis Tzu Chi, juga merupakan sebutan untuk relawan yang mendokumentasikan jejak cinta kasih para Bodhisatwa Tzu Chi. Melalui Zhen Shan Mei pulalah, mereka selalu menyebarkan kebaikan dan kisah-kisah yang inspiratif serta dengan adanya Zhen Shan Mei, akan terukir sejarah-sejarah Tzu Chi dan Zhen Shan Mei itu adalah mata dan telinganya Master.
Anak-anak pun praktik
foto, ada yang menggunakan kamera
pocket, handphone dan juga tablet.
Sebagai objek foto,
anak-anak diminta untuk memotret rupang Buddha. Dengan semangat anak-anak
langsung mengambil gambar. Kemudian beberapa relawan Zhen Shan Mei juga ikut
membimbing anak-anak.
Kelas Zhen Shan Mei diikuti 12 anak-anak Kelas Kata Perenungan Master Chen Yen dan juga diikuti para Daai Mama. Ketika Amir menanyakan ada berapa orang yang membawa kamera, ternyata ada 4 anak yang membawa kamera pocket dan yang lainnya bawa handphone dan Tablet. Sewaktu ditanya apakah mau langsung praktik belajar foto, dengan serentak anak-anak menjawab mau. Sebagai objek foto, anak-anak diminta untuk memotret rupang Buddha. Dengan semangat anak-anak langsung mengambil gambar. Kemudian beberapa relawan Zhen Shan Mei juga ikut membimbing anak-anak.
Beberapa foto hasil jepretan dari anak-anak relatif lumayan bagus. Untuk itu Amir mengusulkan ke Daai Mama, ketika kelas er tong ban atau new class, untuk membimbing anak-anak dari teen class atau preteen class untuk jadi Zhen Shan Mei, di mana mereka bertugas mengambil moment atau bagian-bagian yang bagus saat anak-anak belajar. Usul ini disambut bagus oleh para Daai Mama.
Martin yang ikut motret dengan handphone rupanya sudah menemukan serunya mempraktikkan aktifitas seorang Zhen Shan Mei. “Motret itu enak dan Martin mau bantu ambil foto sewaktu ada kelas nantinya, keren seperti Amir Shibo,” kata Martin.
Martin yang ikut
motret dengan handphone senang bisa
belajar menjadi seorang relawan Zhen Shan Mei.
Itulah mengapa semangat anak-anak perlu dibina sejak dini, dan diharapkan nantinya bisa menjadi relawan Zhen Shan Mei yang bisa menghasilkan karya yang bagus dan bisa mengukir sejarah Tzu Chi. Melihat anak-anak yang begitu semangat, Yanny menilai, untuk tahap pengenalan Zhen Shan Mei ini cukup memadai.
“Kalau Bodhisatwa cilik yang berminat untuk serius belajar, nanti kita akan adakan kelas ekstra lanjutan untuk bisa belajar lebih jauh dan dengan demikian juga bisa mengembangkan bakat dan minat anak-anak dalam hal dokumentasi,” ujar Yanny.
Amir juga menambahkan, sebenarnya semua orang itu adalah Zhen Shan Mei (Ren Ren Shi Zhen Shan Mei). Yang terpenting adalah setiap orang mau belajar, supaya hasil yang didokumentasikan akan bagus sesuai dengan budaya humanis Tzu Chi. “Dan tentunya hasil karya kita akan sebagai sejarah di kemudian hari di dalam menyebarkan cinta kasih dan kebaikan. Dengan demikian harapan dari Master Cheng Yen dan seluruh insan Tzu Chi akan terwujud yaitu: mensucikan hati manusia, masyarakat damai dan sejahtera serta dunia terbebas dari bencana,” pungkas Amir