Memperkenalkan Budaya Baik Tzu Chi
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta WulandariJumat, 24 Oktober 2014, Sekolah Budi Luhur, Sukabumi, Jawa Barat mengajak siswa-siswinya “berekreasi” ke Aula Jing Si, Jakarta.
Menutup minggu ke-3 di Oktober, Sekolah Budi Luhur, Sukabumi, Jawa Barat mengajak siswa-siswinya “berekreasi” ke Aula Jing Si, Jakarta. Selain para murid, istri Walikota Sukabumi beserta rombongan dan Yayasan Kampoeng Edoe (baca: Kampung Edu) turut serta dalam kunjungan ini. “Jumlah keseluruhannya ada 130 peserta,” ujar penggagas kegiatan, Rukuniah Tanurachmad (Tan Ay Sen) yang juga merupakan koordinator pendidikan di Sekolah Budi Luhur.
Olehnya, Aula Jing Si dipilih sebagai tempat “rekreasi” karena ia menilai Aula Jing Si sarat akan budaya sosial yang penting untuk diketahui oleh banyak kalangan. Termasuk murid sekolah dan juga jajaran Walikota Sukabumi. “Di sini, banyak kisah yang bisa kita bagikan untuk orang banyak. Mengenai kebaikan kepada sesama, sosial, budaya, dan lain sebagainya,” ujarnya.
Sebanyak 130 peserta yang terdiri dari para murid Sekolah Budi Luhur, Istri Walikota beserta rombongan, dan Yayasan Kampoeng Edoe, dijelaskan mengenai misi-misi yang ada di Tzu Chi.
Dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, para rombongan diajak berkeliling Aula Jing Si untuk mengenal Tzu Chi lebih dekat.
Dalam kunjungan ini, para peserta diperkenalkan lebih dalam mengenai Tzu Chi. Mulai dari misi amal, hingga pelestarian lingkungan. Mereka juga diajak berkeliling setiap sudut Aula Jing Si juga depo pelestarian lingkungan Tzu Chi Pantai Indah Kapuk, Jakarta utara.
Menilai kunjungan itu, istri Walikota Sukabumi, Hj. Esih Muraz mengaku senang karena akhirnya ia bisa membuktikan apa yang diceritakan oleh Ay Sen. Ia berujar bahwa Ay Sen sudah lama bercerita mengenai Tzu Chi kepadanya, ia pun tertarik dan ingin melihat langsung seperti apa kekuatan cinta kasih yang terbendung dalam Tzu Chi melalui Aula Jing Si. “Saya salut sama pendiri Tzu Chi yang bisa menyatukan banyak relawan untuk bekerja sama untuk membantu masyarakat banyak,” tuturnya di akhir acara.
Di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi, para rombongan dijelaskan mengenai konsep daur ulang dan pemilahan sampah.
Di akhir acara, para peserta dikenalkan dengan celengan bambu untuk membantu sesama.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Haryadi Rasyid, Ketua Kampoeng Edoe. “Saya lihat nilai-nilai kearifan dari Tzu Chi bisa kita terapkan di Sukabumi, seperti rasa kebersamaan, tidak ada keberpihakan, lintas agama, kepedulian yang sangat besar,” ucapnya. Kampoeng Edoe sendiri merupakan satu yayasan yang didirikan tahun 2013 dengan latar belakang berupa pengabdian terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar mengenai pendidikan dan kreativitas. Setelah melihat Tzu Chi ia berharap bahwa nantinya budaya baik Tzu Chi bisa ditularkan bagi Kampoeng Edoe dan masyarakat Sukabumi.