Memperkenalkan Budaya Humanis
Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : ApriyantoPendeta Arif Multi menilai Tzu Chi telah memberikan langkah nyata dengan memberdayakan kekuatan dari umat atau relawan untuk menjalankan misi kemanusiaan dan pelestarian lingkungan. |
| |
Kerja Keras yang Tidak Sia-sia “Itulah ajaran Tzu Chi,” jelas Wen Yu. Menurutnya selama ini seringkali seorang anak melupakan untuk memberikan kasih sayang kepada orangtuanya. Bahkan untuk mengatakan “Papa, Mama aku sayang kamu” menjadi jarang terucap. Tzu Chi selalu mengajarkan berbakti dan cinta kasih kepada semua orang. “Beras pada suatu hari pastilah habis, tetapi cinta kasih kita kepada sesama selamanya ada di hati,” kata Wen Yu. “Di Tzu Chi, setiap memberikan bantuan kita hendaknya mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah kita berikan bantuan. Selalu mengucap terima kasih itulah yang mengubah langit Indonesia menjadi lembut, menjadi damai,” terang Wen Yu.
Ket: -Chia Wen Yu, relawan Tzu Chi, menerangkan bahwa Tzu Chi adalah tempat pelatihan diri. Relawan tidak hanya sekadar membantu orang lain, tetapi lebih dari itu adalah menolong diri mereka sendiri. Karena dengan menolong orang lain, maka relawan dapat terbuka hatinya..(kiri). Menyebarkan Budaya Kemanusiaan Menurut Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Bisa dikatakan untuk membangun masyarakat yang damai tentu harus diterapkan sebuah budaya yang positif. Karena itulah Tzu Chi memfokuskan diri dalam mengembangkan budaya yang berbasis kemanusiaan. Budaya yang dikembangkan Tzu Chi sesungguhnya adalah budaya hakiki manusia, yaitu cinta kasih dan rasa syukur. Cinta kasih adalah sumber dari kedamaian dan sumber dari keindahan di dunia ini. Sedangkan rasa syukur merupakan sumber dari keikhlasan hati. Sedikitnya itulah yang disampaikan oleh Wen Yu dan beberapa relawan Tzu Chi kepada jemaat Gereja Sidang Jemaat Allah Betlehem Bogor pada Senin, 2 November 2009, di Jingsi Book and Café Pluit dan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat.
Ket: -Relawan daur ulang sedang menjelaskan kepada salah satu jemaat yang mengunjungi Posko Daur Ulang Tzu Chi di Cengkareng, Jakarta Barat. (kiri). Dalam kunjungan itu, sebanyak 66 jemaat diperkenalkan secara singkat dan luas tentang misi dan visi Tzu Chi. Cinta kasih dan bersyukur tidak hanya diberikan kepada sesama umat manusia, tetapi juga kepada bumi tempat manusia berpijak. Tzu Chi melakukannya dengan menerapkan pelestarian lingkungan. Suriadi, relawan Tzu Chi, menerangkan bahwa di Tzu Chi sampah adalah “emas” dan emas dapat diolah menjadi cinta kasih. Karena melalui sampah yang telah terolah, Tzu Chi mampu menyalurkan bantuan pengobatan bagi masyarakat tidak mampu, dan melalui sampah pula relawan Tzu Chi menjadi tahu menghargai barang, melestarikan lingkungan, dan bersyukur. Semuanya adalah cinta kasih. Dari kunjungan sehari dalam rangka perkenalan ini, Pendeta Arif Multi berpendapat Tzu Chi sebagai organisasi yang telah sukses memberdayakan kekuatan relawan dalam mewujudkan visi dan misinya. “Saya melihat kita seharusnya tidak cuma bicara tetapi harus ada tindakan nyata. Saya lihat Tzu Chi sudah masuk ke situ. Sudah ada langkah nyata buat memberdayakan kekuatan dari umat atau relawan untuk membangun,” katanya Menurutnya, melalui kunjungan ini sedikitnya ia mendapatkan gambaran mengenai organisasi kemanusiaan seperti yang telah ia kembangkan di kota Bogor, yaitu pengembangan komunitas. Selama satu tahun pengembangan komunitas berjalan, organisasi ini telah membuahkan hasil berupa berdirinya sekolah gratis Rajawali Indonesia yang dikhususkan untuk masyarakat menengah ke bawah. “Karena sebenarnya kami juga mempunyai rencana di Kota Bogor, yaitu pengembangan komunitas. Kami sedang mengembangkan sekolah gratis bagi masyarakat menengah ke bawah, tetapi masih kecil,” katanya. Setidaknya dari kunjungan ini Pendeta Arif merasa mendapatkan inspirasi untuk dipelajari demi kemajuan komunitasnya. “Kita harus bisa lebih terbuka. Perbedaan jangan membuat kita tidak mau belajar. Justru dengan perbedaan kita akan semakin kaya dengan inspirasi-inspirasi yang ada,” tandasnya. | ||
Artikel Terkait
Saatnya untuk Action
22 November 2019Demi mensosialisasikan program WAVES (We Are Vegetarians and Earth Saviors), Tzu Ching kembali berkumpul di Aula Jing Si Batam pada Minggu siang, tanggal 17 November 2019. Ada sebanyak 25 orang peserta yang menghadiri sosialisasi kali ini.
Pelatihan Abu Putih Pertama Tzu Chi Batam Tahun 2019
15 Maret 2019Tzu Chi Batam mengadakan Pelatihan Abu Putih di Fu Hui Ting, Aula Jing Si Batam, Minggu, 24 Februari 2019. Dari pukul 08.00 WIB, para peserta sudah mulai berdatangan. Relawan Penyambutan segera mengarahkan mereka mengisi absensi di meja pendaftaran. Terdapat sebanyak 137 peserta yang menghadiri Pelatihan Abu Putih yang pertama di tahun 2019 ini.