Memperkuat Batin Melakukan Kebajikan
Jurnalis : Himawan Susanto , Fotografer : Himawan Susanto * Relawan Tzu Chi bersama staf RSKB Cinta Kasih Tzu Chi yang tergabung dalam tim kunjungan kasih pasien penanganan khusus RSKB Cinta Kasih berbagi cerita bersama dalam acara ramah tamah, untuk memperkuat batin dalam melakukan kebajikan melalui kunjungan kasih. | Faktor pemersatu dalam organisasi adalah toleransi dan tenggang rasa terhadap pendapat yang berbeda. (Kata Perenungan Master Cheng Yen) |
Lima bulan silam, tepatnya 30 November 2008, RSKB Cinta Kasih Cengkareng, Jakarta Barat mengadakan bakti sosial kesehatan khusus mata bagi para pasien yang minimal sudah 2 kali batal karena berbagai penyebab. Bakti sosial telah selesai bukan berarti berhenti pula perhatian dan cinta kasih yang diberikan oleh relawan Tzu Chi dan staf medis RSKB Cinta Kasih kepada para pasien. Awal Desember 2008 hingga awal Maret 2009, mereka kembali memantau dan mencurahkan kasih kepada para mantan pasien penanganan khusus dengan berkunjung dari rumah ke rumah. Kondisi para pasien usai menjalani operasi menjadi titik terpenting perhatian dalam kunjungan kasih ini. Karena tak jarang, saat relawan melakukan kunjungan kasih masih ditemui adanya beberapa pasien yang tetap memerlukan penanganan lebih lanjut dan intensif. Kamis siang pukul 14.00, 7 relawan Tzu Chi dari he qi utara dan 2 relawan dari he qi selatan tampak duduk dengan rapi di bangku yang tersedia. Demikian pula dengan 5 dokter dan 15 perawat RSKB Cinta Kasih. Mereka semua adalah anggota tim kunjungan kasih yang hari itu akan berbagi cerita dan kisah, untuk menguatkan komitmen dalam melakukan kebajikan. Di awal acara, seorang relawan Tzu Chi membagikan potongan-potongan kertas kepada para relawan dan staf medis Tzu Chi. Potongan-potongan kertas itu jika digabungkan akan membentuk sebuah gambar yang indah dipandang mata. Usai menerima potongan-potongan tersebut, para relawan Tzu Chi dan staf medis RSKB Cinta Kasih segera memperlihatkan gambar kecilnya satu sama lain. Mereka dengan antusias melihat dan memperlihatkan potongan yang mereka miliki. Tanpa ragu, mereka maju ke depan dan meletakkan potongan yang mereka miliki di atas sebuah kursi plastik yang berada di depan ruang acara. Jika ada yang tak sesuai, mereka segera berganti dengan mencari yang sesuai. Tak lama, semua potongan kertas pun telah bergabung menjadi satu, membentuk gambar sosok-sosok wajah yang sedang tersenyum bahagia. Senyum yang sama terlihat di wajah para relawan yang telah berhasil bekerja sama menyatukan potongan-potongan gambar yang berbeda tersebut. Ket : - Saat melakukan kunjungan kasih ke rumah pasien, setiap relawan senantiasa memiliki hati yang terbuka, “Shixiong-shijie, games tadi adalah salah satu ilustrasi yang sebenarnya telah dilakukan secara langsung pada saat melakukan kunjungan kasih,” ujar dr Henry yang membawakan acara seraya memberikan penjelasan. Saat kunjungan kasih, tanpa disadari setiap relawan sebenarnya diajak untuk belajar memiliki sikap terbuka, berkomunikasi, dan bekerja sama satu sama lain. Pencarian rumah pasien yang kadang berada jauh di dalam sudut sempit perkotaan adalah satu dari sekian banyak pelajaran dan pengalaman yang dapat dipetik. Kekompakan tim juga menjadi kunci utama keberhasilan kunjungan kasih yang dilakukan. Saat sharing, Willy mengatakan sejak ia bergabung dengan Tzu Chi banyak pelajaran yang sudah didapatkan. Sebelum bergabung dalam tim kunjungan kasih, ia pernah pula ikut dalam misi pendidikan Tzu Chi. “Saat kita melakukan kunjungan kasih dan bertemu para pasien kasus, kita akan menyadari dan kemudian bersyukur dengan apa yang kita sudah capai saat ini,” ujarnya. “Melihat yang tua dan sakit, kita pun makin bersyukur karena kita masih dianugerahi kesehatan,” tambahnya. Ia pun berujar, seperti kata Master Cheng Yen, lakukanlah perbuatan bajik saat ini juga, jangan tunda lagi. Willy pun lalu bercerita dan menggambarkan kesannya terhadap pelayanan di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. “Dahulu saya pernah menjadi pasien di rumah sakit ini, berbeda sekali pelayanannya dengan rumah sakit lain. Sudah seperti di dalam keluarga. Agak sulit dilukiskan dengan kata-kata,” tuturnya memberikan kesan. Ket : - Di atas sebuah kursi plastik, relawan Tzu Chi dan staf RSKB Cinta Kasih mencocokkan potongan puzzle Selain Willy, perubahan sikap dan perilaku pun dirasakan oleh Asien yang tinggal di Gedong Panjang, Jakarta Barat. “Makin lama makin seneng ikut kunjungan kasih, dari sifat yang jelek seperti ga sabaran bisa jadi lebih sabar. Dahulu, kalau ada anak kecil berisik aja, bisa tiba-tiba kehilangan kesabaran dan muncul kemarahan. Kalau sekarang udah ga marah-marah lagi,” ungkapnya. Ia pun menambahkan, saat kunjungan kasih ia kerap melihat orang yang marah-marah, karenanya ia pun menjadi sadar bahwa marah itu bukanlah sifat yang baik. “Asien dulu yang suka marah-marah, sudah mulai lebih lembut. Kemajuan yang saya dapatkan membuat sifat saya berangsur-angsur berubah,” paparnya polos. Acara ramah tamah sore penuh kisah itu kemudian berakhir dengan peragaan isyarat tangan bersama-sama, meneguhkan batin melakukan kebajikan melalui kunjungan kasih pasien kasus Tzu Chi. | |