Andrias Wijaya, mengatakan cinta kasih bagaikan air dalam botol, air baru dapat dituangkan ke gelas maupun wadah lainnya jika terdapat isi air tersebut, jika didalam diri kita memiliki cinta kasih maka akan dapat di wariskan kepada lainnya.
Sebanyak 29 relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat menghadiri Kelas Bimbingan Budi Pekerti – He Qi Pusat pada Minggu, 14 Januari 2024. Tema pembelajaran hari itu (14/01/2024) adalah Kerendahan Hati, Berbakti dan Merawat, Menumbuhkan Anak dengan Cinta Kasih yang dibawakan oleh Lie Anne Tanjaya dan Andrias Wijaya. Sebanyak 12 murid Qing Zi Ban-Besar dan 11 murid Tzu Shao Ban beserta 21 orang tua murid mengikuti kelas yang berlangsung dari pukul 8.30 pagi hingga 12.30 Siang.
“Orang tua telah membimbing dan merawat kita sehingga kita dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu, kita harus berbakti kepada orang tua. Caranya dengan mendengar perkataan orang tua dan tidak gampang marah, mengambil inisiatif melakukan pekerjaan rumah, menjaga dan merawat diri sendiri dengan baik sehingga tdk membuat orang tua khawatir,” ujar Anne Tanjaya.
Sementara itu Andrias Wijaya, EC Tzu Chi School PIK yang membawakan materi lain menuturkan, “Kebutuhan terbesar anak adalah tersedianya kasih sayang orang tua yang diungkapkan secara nyata kepada anak-anaknya. Maka, orang tua haruslah senantiasa siap mengisi dirinya dengan cinta kasih. Orang tua yang siap mendampingi anak tidak akan memaksakan kehendak dan ekspektasinya. Setiap anak bertumbuh dan berkembang dengan unik sesuai dengan path-nya masing-masing.”
Andrias menyampaikan pula, tugas terbesar orang tua adalah menjadi support system yang selalu siap menghadapi masalah anak-anaknya dengan tangan terbuka. Anak yang bertumbuh dari lingkungan keluarga yang penuh dengan cinta kasih akan penuh percaya diri mengembangkan dirinya di tengah masyarakat, perubahan, tantangan dunia ini.
Awi (45), mengatakan setiap anak memiliki sifat, perilaku yang berbeda. “Kita sebagai orang tua perlu lebih perhatian kepada setiap anak, mereka berbeda-beda memiliki potensinya masing-masing, jangan membandingkan,” katanya.
Awi (45), orang tua murid yang datang hari itu mengapresiasi baik kelas parenting ini. “Kelas parenting sangat bagus, kita sebagai orang tua harus berdiskusi dengan anak, melihat mereka jalurnya, minatnya mau kemana sih? jangan menuntut anak harus begini begitu tanpa melihat kemampuan mereka,” ujarnya.
Wujud Bakti Anak
Puncak acara dari pengajaran kelas pada Minggu tersebut adalah prosesi persembahan teh, kue, prakarya bunga dan basuh kaki.
Helen Stephanie (12) adalah anak bungsu dari Mery dan Veriyanto dari 3 bersaudara. Ia tak ketinggalan juga mengenggam kesempatan memeluk Ayah, Ibunya setelah prosesi basuh kaki. “Terimakasih Papa Mama yang telah merawat saya sedari kecil. Perjuangan Papa Mama sangat berarti bagi saya,” ujarnya.
Tampak teh dan kue lapis surabaya yang telah disiapkan oleh tim pelayanan konsumsi untuk dipersembahan oleh setiap murid kepada orang tuanya.
Suasana haru dirasakan dalam hati para orang tua dan anak saat prosesi dilakukan, mereka secara langsung dapat merasakan kedekatan satu dengan yang lainnya dan menunjukan rasa sayang mereka. “Bahagia, senang bisa cuci kaki Mama, Papa,” ujar Helen Stephanie (12). “Saat mencuci kaki, ada merasakan kaki mereka yang sedikit kasar. Teringat perjuangan Papa, Mama yang susah. Merawat saya saat sakit, mengantarkan saya pergi ke sekolah, membuatkan bekal. Terima kasih Mama Papa,” sambungnya.
Terlihat Mery, Veryanto bersama Helen sedang membuat lampion bersama-sama.
Mery dan Veryanto, orang tua Helen pun terharu atas perlakuan anaknya. “Kegiatan ini bisa menumbuhkan rasa bakti dan syukur kepada orang tua. Semoga dengan kegiatan ini anak semakin lebih baik lagi karena sejauh ini saya melihat Helen ada perubahan dan niat, tekad untuk belajar. Sekarang sudah ada kemandirian untuk belajar, itu mengenai kehidupan pribadinya. Karakter dan sebagainya, sudah ada perkembangan,” ungkap Mery berharap anak lain pun mengalami perkembangan karakter yang sama baiknya.
Editor: Metta Wulandari