Mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang Ber-Bhinneka
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta WulandariPenandatanganan kerja sama Program Doktoral di UNUSIA ini dihadiri oleh Rektor UNUSIA dan Wakil Ketua Umum PBNU Prof Maksum, Perwakilan IRTI Bangun Jaya Ardy Chandra, Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma, dan relawan Tzu Chi lainnya
“Karena apabila ada hardware tanpa software, tentu kurang maksimal. Hardware memang perlu yang memadai, namun pemenuhan software (sumber daya manusia) jauh lebih penting,” kata Hong Tjhin, relawan Tzu Chi menyambut kerja sama Program Beasiswa Doktoral antara IRTI Bangun Jaya dan Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA).
Program kerja sama antara kedua belah pihak tersebut ditandatangani pada Rabu, 14 Maret 2019 di Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Pantai Indah Kapuk, PIK, Jakarta Utara. Hadir dalam penandatanganan, Rektor UNUSIA dan Wakil Ketua Umum PBNU Prof Maksum, Perwakilan IRTI Bangun Jaya Ardy Chandra, Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma, dan relawan Tzu Chi lainnya. Program beasiswa Doktoral ini nantinya akan ditujukan bagi para mahasiswa Program Studi S3 Islam Nusantara di UNUSIA.
Program beasiswa Doktoral ini nantinya akan ditujukan bagi para mahasiswa Program Studi S3 Islam Nusantara di UNUSIA yang didukung oleh IRTI Bangun Jaya.
Ardy Chandra mewakili IRTI Bangun Jaya mengungkapkan terima kasih karena mendapat kesempatan untuk bersama membangun pendidikan di nusantara. “Ini sejalan dengan tiga pilar yang melatarbelakangi pendirian IRTI: Kebhinnekaan, Pendidikan, dan Kesejahteraan. Dengan adanya kerja sama ini kami harapkan lulusan-lulusan UNUSIA bisa menjadi kader-kader pemimpin unggulan yang mempertahankan kesatuan NKRI,” katanya. Hal ini senada dengan apa yang telah disampaikan Hong Tjhin, bahwa software menjadi aspek penting dalam pembangunan.
Harapan tersebut diamini oleh Prof. Maksum. Ia pun berharap Program Studi S3 Islam Nusantara bisa memberikan dampak positif, terutama dalam urusan perdamaian, toleransi, kebangsaan, keberagaman, dan kemasyarakatan. “Islam Nusantara itu menyatu pada lokalitas dan budaya. Apabila menyatu, pasti akan memberikan kedamaian,” ucap Prof. Maksum. Ia juga menegaskan bahwa UNUSIA memegang 100% keyakinan dan 100% toleransi dalam memberikan bimbingan kepada para mahasiswa. Maka harapan untuk membentuk pribadi yang cinta sesama dalam ke-Bhinnekaan bukanlah angan-angan. “Toleransi itu bagian dari keimanan dan agama adalah rahmat bagi kehidupan di dunia. Ini yang kami tekankan,” tegasnya.
Editor: Hadi Pranoto
Artikel Terkait
Mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang Ber-Bhinneka
29 Maret 2019Penandatanganan Program Beasiswa Doktoral antara IRTI Bangun Jaya dan Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) di Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara (14/3/2019).