Mempertahankan Kebajikan di Dalam Hati

Jurnalis : DAAI News, Fotografer : DAAI News

 

 

Judul Asli:

Mempertahankan Kebajikan di Dalam Hati

Bencana badai menerjang Zimbabwe dan mendatangkan kerusakan;
Setetes demi setetes cinta kasih bagaikan air yang mengalir ke lautan pahala;
Menggalang hati dan cinta kasih serta mempertahankan niat baik;
Membangkitkan kebajikan, sikap bakti, dan memiliki hati Buddha.

Kita bisa melihat kondisi di Zimbabwe. Pada bulan Desembar lalu, untuk pertama kalinya, Zimbabwe diterjang badai. Terjangan badai kali itu juga menyebabkan atap ruang kelas sementara yang kita bangun di sana terlepas. Ini kerusakan terparah pada ruang kelas sementara. Bagian lain dari ruang kelas itu masih berdiri dengan kokoh. Ini menunjukkan bahwa kondisinya terbilang cukup baik.

Lihatlah rumah yang dibangun dari batu bata juga mengalami kerusakan. Saya sungguh tidak tega melihatnya. Warga setempat belum pernah mengalami badai seperti ini. Kini, setelah mengalaminya, mereka bisa semakin memahami penderitaan akibat bencana alam. Kebetulan, pada saat itu, relawan Zhu tengah berada di Filipina untuk membantu korban topan Haiyan. Relawan Zhu juga berikrar bahwa setelah kembali ke Zimbabwe, dia akan menggalang dana untuk Filipina. Namun, saat dia kembali ke Zimbabwe, malah terjadi angin ribut yang demikian parah.

Angin ribut yang menerjang selama 40 menit itu mengakibatkan banyak rumah warga rusak. Karena itu, relawan Tzu Chi setempat segera membagikan bantuan berupa selimut, makanan, dan lain-lain. Mereka juga mensosialisasikan daur ulang botol plastik dan menggalang dana bagi korban bencana di Filipina. Mulanya, warga setempat memang hidup kekurangan, tetapi dengan kebajikan di dalam diri, mereka bersedia mengeluarkan koin mereka demi membantu korban bencana di Filipina. Sungguh, saya sangat tersentuh melihatnya. Sifat hakiki manusia adalah bajik dan murni.

Lihatlah, relawan Tzu Chi bagaikan Buddha yang tengah membimbing Bodhisatwa. Berapa jumlah dana yang digalang bukanlah yang utama, yang terpenting adalah sebersit niat mereka. Setiap orang memiliki cinta kasih yang setara. Pahala mereka sungguh besar. Setetes demi setetes cinta kasih ini bagaikan air yang mengalir ke laut. Di dalam laut yang luas, ada setetes cinta kasih dari mereka. Mereka sungguh luar biasa.

Perhatian yang Berkelanjutan Kita juga melihat kondisi di Manado, Indonesia. Pada bulan Januari lalu, hujan lebat yang mengguyur Sulawesi Utara telah menyebabkan banjir bandang. Biasanya, sekitar bulan Februari hingga Maret adalah musim hujan di Indonesia. Akan tetapi, musim hujan tahun ini datang lebih cepat. Bencana banjir di Indonesia kali ini juga sangat besar. Selama lebih dari 2 bulan ini, insan Tzu Chi sudah bolak-balik ke Manado sebanyak 4 kali. Selain memberikan bantuan materi, mereka juga menjalankan Program Solidaritas dan Kerja Bakti. Selama masa itu, insan Tzu Chi terus menginspirasi warga setempat. Banyak warga yang terbangkitkan cinta kasihnya untuk memulihkan kembali tempat tinggal mereka.

Insan Tzu Chi bolak-balik ke sana untuk memberi penghiburan dengan penuh cinta kasih dan menjalankan progam bantuan dengan penuh semangat. Sikap insan Tzu Chi yang penuh cinta kasih telah meninggalkan kesan yang dalam bagi warga Manado. Karena itu, sebanyak 137 warga setempat mendaftarkan diri untuk menjadi relawan guna melindungi kota mereka. Mereka bersedia bergabung dengan insan Tzu Chi dalam memberikan bantuan dan memberikan pendampingan jangka panjang bagi orang yang membutuhkan. Mereka sangat bersedia. Selain itu, terhadap warga setempat yang hidup kekurangan, insan Tzu Chi pun memberikan mereka material bangunan agar mereka dapat bekerja sama untuk memperbaiki rumah mereka agar bisa hidup lebih tenang. Melihat ini semua, saya merasa sangat tersentuh.

Mengembangkan Potensi Anak Di dunia ini, ada banyak hal yang mengharukan setiap hari. Contohnya sekelompok Bodhisatwa cilik ini (di Malaysia-red). Meski masih kecil, tetapi mereka sangat polos dan murni. Pada saat merayakan ulang tahun, anak ini berharap kado ulang tahunnya adalah setiap orang bisa berdana untuk membantu orang yang membutuhkan. “Tidak perlu membawa kado ulang tahun.” katanya. ”Mengapa tidak perlu membawa kado?” tanya relawan. “Karena saya ingin menggalang dana. Jika saya membantu melakukan pekerjaan rumah, ibu akan memberikan saya 20 sen. Sekarang Hao-yu melakukan kebaikan setiap hari,” kata relawan, ”jadi, anak-anak sekalian, maukah kalian melakukannya bersama Hao-yu?” ”Mau,” jawab anak-anak kompak.

Lihatlah, dia membantu ibunya melakukan pekerjaan rumah tangga demi membantu orang lain. Kita juga melihat seorang anak perempuan yang saat baru masuk ke TK Tzu Chi adalah seorang “preman kecil”. Setelah bersekolah di TK Tzu Chi, dia mulai berubah. Selain menjadi patuh, kini dia juga sangat berbakti pada ibunya dan membantu ibunya melakukan pekerjaan rumah tangga. Kini sang ibu sudah tidak perlu mencari pembantu rumah tangga karena dia sudah bisa membantu ibunya. Ibunya juga mengajarinya cara menghargai berkah dan menghargai air. Lihatlah, pendidikan seperti ini sungguh positif dan sangat baik karena sedari kecil, potensi anak-anak sudah dikembangkan.

Singkat kata, untuk membimbing anak-anak, kita harus memulainya dari membina hati mereka. Setiap orang memiliki potensi yang tak terhingga. Melihat anak-anak di TK Tzu Chi Malaysia, saya sungguh merasa kagum. Setiap kali mengulas tentang para siswa di TK Tzu Chi Malaysia, hati saya merasa sangat hangat dan manis. Lihatlah, mereka juga mendonasikan buku cerita mereka. ”Kamu mau berikan buku ini kepada siapa?” tanya relawan. “Kepada anak-anak yang kurang mampu,” jawabnya. Mereka bersedia mendonasikan buku-buku cerita yang tak dibaca lagi kepada anak-anak yang kurang mampu. Mereka juga belajar membungkus bukunya dengan rapi untuk menunjukkan rasa tulus dan hormat mereka. Mereka bahkan mengantarkannya secara langsung. Ini metode pendidikan yang sangat baik.

Ada sebuah keluarga keturunan India yang merupakan penerima bantuan Tzu Chi. Kehidupan keluarga itu sangat minim. Anak-anaknya juga masih bersekolah. Bodhisatwa cilik dari sekolah TK Tzu Chi berbagi buku dengan dua anak dari keluarga India itu. Selain itu, banyak siswa yang datang untuk berinteraksi dengan dua kakak beradik dari keluarga itu. Ini sungguh menampilkan dunia yang indah.

Singkat kata, untuk menciptakan dunia yang indah, kita harus terlebih dahulu menyucikan hati manusia. Terhadap anak-anak yang terlahir dalam keluarga kurang mampu, kita juga bisa membangkitkan kekayaan batin mereka untuk membantu orang lain. Karena itu, kita sungguh harus membina cinta kasih di dalam hati anak-anak. Ini sangatlah penting. Baiklah. Akhir kata, dunia ini penuh dengan penderitaan. Pendidikan bisa membangkitkan cinta kasih dan kekayaan batin. Karena itu, kita harus senantiasa bersyukur dan membangkitkan potensi di dalam diri. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV)

 
 

Artikel Terkait

Berjuang untuk Lebih Baik

Berjuang untuk Lebih Baik

18 Januari 2010
Di puncak acara, sebuah kegiatan pemotongan tumpeng pun dilakukan. Suasana kehangatan sangat kental terasa, canda tawa dan keakraban antara para karyawan memenuhi lantai dua RSKB Cinta Kasih yang menjadi tempat terselengaranya acara tersebut.
Peduli Kesehatan Warga Perak

Peduli Kesehatan Warga Perak

17 Januari 2019

Sembilan tahun yang lalu tepatnya 24 Oktober 2010, Tzu Chi menggelar Bakti Sosial Kesehatan di wilayah Perak Utara. Dari bakti sosial tersebut Tzu Chi terus menjalin jodoh baik. Pada Minggu pagi 13 Januari 2019 lalu Tzu Chi kembali mengadakan Bakti Sosial Kesehatan Umum dan Gigi di sana.

Menggenggam Waktu dan Berbuat Kebajikan di Tzu Chi

Menggenggam Waktu dan Berbuat Kebajikan di Tzu Chi

02 Desember 2022

Pada Minggu, 27 November 2022, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 2 mengadakan pelatihan relawan Abu Putih yang pertama dan diikuti oleh 43 relawan Abu Putih.

Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -