Mempertahankan Tekad Awal untuk Selama-lamanya

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Suyanti Samad (He Qi Timur), Fotografer : Anand Yahya, Henry Tando


Sebanyak 55 relawan mengikuti training calon komite, 28-29 September 2019 di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara.

Indrahastuti (63) telah menyiapkan hati dan komitmennya jelang pelantikannya sebagai relawan Komite Tzu Chi pada 21-27 Oktober mendatang. Setelah dilantik menjadi relawan komite nanti, Indrahastuti ingin terus mengikuti jejak langkah Master Cheng Yen. Terutama bagaimana agar bisa berbagi kasih sambil mengembangkan semua misi-misi Tzu Chi.

“Bagaimana pun juga kita manusia, banyak lupa, makanya Master selalu mengimbau murid-muridnya supaya terus mengikuti Xun Fa Xiang, supaya kita terus dibimbing dengan rel-rel yang Master buat, supaya kita muridnya tidak terlalu jauh melenceng, supaya kita bisa hidup lebih baik, lebih bermakna untuk sesama,” tutur Indra.

Perkenalannya dengan Tzu Chi terjadi pada tahun 2013 dari sahabat karibnya Joh Jen Jen, yang kala itu Joh Jen Jen juga belum menjadi relawan Tzu Chi. Indra yang akhirnya menjadi relawan kembang, mengikuti beberapa kegiatan Tzu Chi jika sedang di Jakarta. Saat itu Indra sempat menetap di Kota Malang, Jawa Timur. 


Indrahastuti bersungguh-sungguh mengikuti tiap sesi materi dalam pelatihan ini, menjadi bekal untuk pelantikannya sebagai relawan Komite, pada 21-27 Oktober mendatang.

Pada Februari 2013, Indrahastuti menjalani tes mamografi di Rumah Sakit Dharmais Jakarta. Di situlah ia mengetahui bahwa ia terkena kanker payudara. Indra lalu mencari second opinion ke Singapura dan akhirnya berobat di Rumah Sakit Mount Elizabeth. Di sana dilakukan banyak evaluasi termasuk biopsi. Dari biopsi itulah ditemukan ada keganasan dan massa sekitar 2-5 centimeter atau masuk stadium 2. Dokter menyatakan Indra harus segera dioperasi.

“Setelah saya dinyatakan kanker, saya koordinasi dengan keluarga, keluarga menyatakan ya sudahlah kalau begitu harus segera dioperasi, dilaksanakanlah saya operasi di Singapura tanggal 28 Maret 2013,” terangnya.

Sejak itulah hilir mudik Indra ke Singapura-Jakarta-Singapura berobat selama 6 bulan pertama, melakukan kemoterapi sebanyak 4 kali, sinar 18 kali. Evaluasi terus dilakukan bertahap dengan hasil yang terus membaik.

Berjumpa dengan Master Cheng Yen untuk Pertama Kalinya

 

 

Indrahastuti ingin terus mengikuti jejak langkah Master Cheng Yen, terutama dalam hal mengasihi orang lain.

Di tahun 2014, Indra bersama Jen Jen bepergian ke Taiwan dan mampir ke Griya Jing Si. Saat itu hari ulang tahun Master Cheng Yen. Indra berbincang-bincang dengan salah seorang Shifu di sana. Indra pun menyampaikan keinginannya apakah mungkin untuk berjumpa dengan Master Cheng Yen.

Singkat kata, Indra sempat bertemu dengan Master Cheng Yen meski sekilas saat Master Cheng Yen keluar dari griya menuju mobil. Dari jarak 10 meter, Indra menyapa Master Cheng Yen, dan Master pun melambaikan tangan.

“Terharu, lihat saja saya terharu welas asihnya, sosok teladan yang penuh cinta kasih,” kesan yang Indra rasakan.

Esok paginya Indra kembali ke Griya Jing Si untuk mengikuti doa pagi, ia pun dipersilahkan duduk di barisan kelima.

“Jadi saya bisa menatap Master Cheng Yen. Saya juga ikut sarapan pagi di sana dan bantu Shifu membungkus sumpit,” kenang Indra sumringah.  

Di sana Indra juga berbincang dengan para relawan, salah satunya dari Malaysia. Diperlakukan seperti keluarga sendiri dan menjumpai insan-insan teladan, Indra pun makin mantap untuk menjadi relawan Tzu Chi dan berikrar untuk bisa kembali ke Griya Jing Si setiap dua tahun.

Sepulang dari Griya Jing Si, Indra mulai aktif di Tzu Chi, meski dengan kondisi yang belum terlalu fit. Hingga saat ini, ia fokus di Misi Amal, utamanya di pemberian bantuan dan pendampingan para penerima bantuan Tzu Chi. Dengan sabar, Indra menyemangati para penerima bantuan agar selalu optimis menjalani hidup.

“Saya sampaikan, kalaupun ibu-bapak sakit, saya pun sudah menjalani, saya pasien Dharmais. Kalau dibilang Dharmais kan orang sudah paham bahwa saya adalah termasuk survivor kanker. Jangan putus asa, kita semua adalah karunia Tuhan, hidup dan mati milik Tuhan,” begitu ia menyemangati para penerima bantuan yang sedang dirundung cobaan.

Ada hal yang selalu menjadi keyakinan Indra sehingga meskipun berjuang sepenuhnya untuk sembuh dari kanker, ia dapat selalu berbaik sangka pada hidup itu sendiri. Saat ini, dokter menyatakan tidak ada kekambuhan, tidak ada penyebaran, dan Indra dinyatakan sudah lulus untuk lima tahun pertama.

“Apapun yang kita dapatkan harus syukuri. Kalau kita sakit ya itulah proses kehidupan. Lahir, dewasa, sakit, tua dan mati, kita melalui semua proses itu yang mana kita tetap harus bersemangat, bisa hidup lebih berguna dan bermanfaat untuk orang lain,” sikap hidupnya.

Jelang Pelantikan Relawan Komite

 

Livia Tjin, memaparkan materi tentang bahagianya mempraktikkan budaya humanis dan tata krama Tzu Chi.

Pada tanggal 21-27 Oktober mendatang, Indra dan 145 relawan Tzu Chi Indonesia dari berbagai kota bakal dilantik oleh Master  Cheng Yen menjadi relawan Komite Tzu Chi. Untuk membekali para calon relawan Komite ini, akhir pekan yang lalu, 28-29 September 2019, Tzu Chi Indonesia mengadakan training yang diikuti oleh 55 peserta. Sebagian besar adalah relawan dari Jakarta, namun ada juga yang datang dari Cianjur, Jawa Barat serta Pekanbaru.

 

Topik utama dalam training ini adalah keindahan dan kebajikan di jalan Tzu Chi. “Training ini sebenarnya mengulang materi yang mungkin sudah pernah didengar oleh relawan, agar relawan benar-benar mempraktikkan budaya humanis, termasuk ketika saat dilantik nanti,” terang Haryo Suparmun, salah satu penanggung jawab pelatihan kali ini.

Budaya humanis sering diartikan budaya dan interaksi antarmanusia sebagai teladan yang diwariskan turun temurun. Dengan mempraktikkan budaya humanis dalam kehidupan sehari-hari, seseorang dapat menjalin banyak jodoh baik.

Master Cheng Yen pernah mengatakan, di Tzu Chi, relawan mengasah kepribadian menjadi lebih baik, dengan berpuas diri, bersyukur, bersikap penuh pengertian dan berlapang dada. Semua ini dapat tercermin dalam penampilan, tata krama dan perilaku. Budaya humanis Tzu Chi juga memegang tiga pilar, yaitu bersyukur (Gan En), menghormati (zhun Zhong), dan menyayangi (ai).

Livia Tjin, dalam pemaparannya tentang Bahagia Mempraktikkan Budaya Humanis dan Tata Krama Tzu Chi mengingatkan para relawan agar selalu mempraktikkan budaya humanis yang sudah dipelajari di Tzu Chi, agar juga dapat menjadi contoh dan inspirasi bagi orang lain.

“Kita ini harus menjadi teladan. Relawan komite mempunyai kewajiban untuk mewariskan. Setidaknya kita ingat bahwa kita sebagai insan Tzu Chi harus memiliki karakter baik sesuai dengan harapan Master Cheng Yen,” kata Livia.

Hati Buddha, Tekad Guru

 

 

Dr. Tonny Christianto mengartikan pelantikan komite selain sebagai kesungguhan hati dalam ber-Tzu Chi, juga bagaimana ia dapat memberikan teladanan bagi relawan baru.

Materi lainnya adalah tentang Hubungan Guru dan Murid. Dalam pemaparannya, Hendry Zhou mengatakan, pada dasarnya, insan Tzu Chi yang dilantik oleh Master Cheng Yen, berarti sudah berkomitmen untuk menjadi murid Master Cheng Yen, bukan sekedar menjadi relawan Tzu Chi. Master Cheng Yen dalam setiap hati insan Tzu Chi adalah sosok yang sangat penting. Ini disebabkan, pertama, Tzu Chi ada karena Master Cheng Yen. Kedua, insan Tzu Chi telah melihat apa yang Master Cheng Yen jalankan dan bagaimana tekad beliau.

Insan Tzu Chi yang akan dilantik, ke depannya tentu memiliki rasa menghargai jalinan jodoh dengan Master Cheng Yen. “Jalinan jodoh kita dengan Master Cheng Yen sebenarnya tidak terbatas. Sebagai murid Master, sesungguhnya ajaran Master harus kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari, ada atau tidak ada Tzu Chi, pakai atau tidak pakai seragam Tzu Chi. Di manapun kita berada,  Master adalah guru saya,” papar Hendry.

Dalam training kali ini, ada dua calon relawan komite yang adalah Direktur Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi, Dr. Tonny Christianto (62) dan Freddy Ong (34), Direktur Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi.

Bagi dokter Tonny Christanto, Master Cheng Yen adalah sandaran batin, inspirasi dan kekuatan dalam menjalankan kehidupan dengan penuh cinta kasih.

“Semangat, kesungguhan hati, membulatkan hati dan tekad untuk bisa dilantik oleh Master,” ujar dokter Tonny.

Dr. Tonny Christianto bertekad untuk lebih banyak memberikan cinta kasih bagi semua orang dengan penuh ketulusan. Ia mengartikan pelantikan komite selain sebagai kesungguhan hati dalam ber-Tzu Chi, juga harus dapat memberikan keteladanan bagi relawan baru.

“Ini tidaklah mudah menjadi teladan bagi orang lain. Saya akan berusaha agar bisa membimbing mereka menjadi murid Master juga,” tutupnya.


Freddy saat ini menjadi wakil Xie Li di komunitas He Qi Barat 1, dan juga menjadi penanggungjawab bedah buku dan xin fa xiang di komunitasnya.

Hal yang sama dirasakan Freddy Ong, ia sangat senang akhirnya segera dilantik menjadi murid Master Cheng Yen. Freddy bertekad untuk lebih banyak melibatkan diri dalam kegiatan Tzu Chi, khususnya di Misi Pendidikan, dengan terus mengembangkan dunia pendidikan karakter (budi pekerti dan budaya humanis).

Freddy yang berjodoh dengan Tzu Chi pada tahun 2014, awalnya sebagai kepala sekolah dasar. Dua tahun selanjutnya, ia menjadi Direktur Sekolah Cinta Kasih. Freddy Ong merasakan inilah jodoh yang harus ia jalani, harus ia tempuh dan dipegang erat hingga saat ini. Dengan dilantiknya menjadi relawan komite, ia akan lebih siap untuk menggenggam berkah, melakukan lebih banyak lagi untuk Tzu Chi.

“Saya bertekad untuk mengembangkan pendidikan ke arah yang lebih baik terutama di sekolah, untuk anak-anak yang tidak mampu, anak-anak Rusun yang butuh banyak bimbingan, perhatian lebih dari kita untuk meningkatkan potensi mereka supaya mereka bisa bersaing di dunia global.” Tekadnya setelah menjadi murid Master Cheng Yen.


Ketua Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei mengatakan, relawan Tzu harus tekun dan semangat serta selalu mempertahankan tekad awal.

Ketua Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei menunjukkan senyum yang lebar saat memberikan pesan cinta kasih kepada puluhan calon relawan Komite ini.

“Semua para Bodhisatwa ini sesungguhnya penuh keberanian, tapi selain berani juga harus tekun dan bersemangat. Tanpa ketekunan dan semangat di jalan Tzu Chi ini, mungkin kita malah ingin mundur," ujar Liu Su Mei.

Ia juga mengingatkan kembali bahwa Tzu Chi adalah tempat untuk melatih diri, di mana relawan membina batin lewat masalah-masalah yang dihadapi.

“Ketika menghadapi masalah, bagaimana kita meluruskan lagi pikiran kita. Kita semua adalah benih-benih, semoga benih-benih ini adalah benih yang penuh, berisi. Dan kita juga bisa mempertahankan tekad awal kita, mengingat tekad awal kita sampai selama-lamanya,” pesannya.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Mempertahankan Tekad Awal untuk Selama-lamanya

Mempertahankan Tekad Awal untuk Selama-lamanya

02 Oktober 2019

Pada 21-27 Oktober mendatang, Indrahastuti dan 145 relawan Tzu Chi Indonesia dari berbagai kota bakal dilantik oleh Master Cheng Yen menjadi relawan Komite Tzu Chi. Untuk membekali para calon relawan Komite ini, akhir pekan lalu, 28-29 September 2019, Tzu Chi Indonesia mengadakan Pelatihan Calon Komite.

Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -