Mempraktikkan Bahasa Kasih dalam Perayaan Hari Ibu

Jurnalis : Rosy Velly Salim (He Qi Pusat), Fotografer : Rosy Velly Salim, Susi C, Vibryan O (He Qi Pusat)
Murid-murid belajar merangkai bunga hidup yang dibimbing oleh Alexander, seorang Daai Papa.

Kelas Budi Pekerti di He Qi Pusat kali ini, Minggu 8 Desember 2024 mengajarkan materi merangkai bunga. Sejak pukul 8 pagi, tim relawan sudah mempersiapkan beberapa hal guna mendukung proses belajar mengajar dan menyiapkan perayaan Hari Ibu.

Sebanyak 11 murid Qing Zi Ban Besar dan 10 murid Tzu Shao Ban mengikuti belajar merangkai bunga di kelasnya masing-masing. Qing Zi Ban Besar berada di Gallery Daai dan Tzu Shao Ban berada di ruang meeting besar Tzu Chi Center, PIK.

Rina Maharani Yoniton, guru bimbingan konseling dan guru psikolog Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng menjelaskan tips membina keluarga dengan cinta kasih buat para orang tua.

Di waktu yang bersamaan, sebanyak 22 orang tua murid turut bersama mendengarkan sesi parenting yang dibawakan oleh Rina Maharani Yoniton, guru bimbingan konseling dan guru psikolog Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng. Ia mengajak para orang tua membina keluarga dengan cinta kasih, memahami peranan sebuah keluarga yang menjadi pertama dan utama bagi pertumbuhan, perkembangan pribadi individu.

Ketika berperan sebagai orang tua adalah tugas, tanggung jawab sepanjang hidup, di mana perannya penting dalam proses pembelajaran anak dengan cinta kasih, dedikasi, dukungan baik dalam memenuhi kebutuhan anak secara fisik, kognitif, emosional, maupun sosial. Belajar untuk memahami kebutuhan anak, dapat membantu orang tua memberikan yang tepat untuk membangun hubungan yang harmonis dan membentuk pribadi anak yang well-being.

Prosesi utama dari peringatan Hari Ibu yakni mencuci dan membasuh kaki orang tua. Saat anak membasuh kaki ibunya, ia akan berusaha mengingat jasa dan kebajikan luhur kedua orang tua mereka.

Terdapat lima kebutuhan dasar dalam perilaku manusia seperti adanya cinta dan hubungan, pencapaian, kesenangan, kelangsungan hidup, kebebasan. Ia mengajak para orang tua mampu memahami hal tersebut dalam proses mendidik, juga mengevaluasi diri apakah telah menjadi pribadi dengan indentitas berhasil atau gagal dalam menjadi panutan anak.

Lenny Lim (42), orang tua dari Lyndon Lie dan Kaynan Lie mengapresiasi sesi parenting ini karena sangat bermanfaat. “Ini mengingatkan kami bagaimana mendampingi anak dapat berperan juga sebagai sahabatnya. Misalnya, kita sepulang kerja lelah kemudian lihat anak-anak pada bermain gadget lantas langsung marah. Padahal mereka mungkin lagi istirahat sebentar dengan hal tersebut, jadi lebih ke memahami mereka dahulu, tidak otoriter,” ujarnya.

Bunga yang sudah dirangkai oleh Calista, diberikan kepada orang tuanya.

Pun bagi Vivian (42), ibu dari Calista. “Ketika Calista pulang sekolah dan ia terlihat badmood, maka kita lebih perhatian samperin dan dia akan cerita. Saya anggap dia teman, jadi dia bisa cerita. Jadi anak bisa jujur dengan kita. Jika anak ada kesalahan kami tegur, dan ia akan menerimanya,” katanya.

Pada kelas budi pekerti kali ini, Calista (9) mengaku senang dan menyukai sesi membasuh kaki ibu. Ini mengajarkannya cara menyayangi ibu. “Mama telah melahirkan saya, sering memberikan saya makan, menyayangi, memasak, membersihkan rumah. Saya akan terus berusaha mematuhi apa yang Mama nasehatkan. Terimakasih Mama telah membesarkan, melahirkan saya dengan usaha-usaha yang keras. I Love You Mama,” ujarnya.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Kreasi Generasi Penyelamat Bumi

Kreasi Generasi Penyelamat Bumi

13 Juli 2021
Via aplikasi Zoom, siswa–siswi kelas Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Medan mendapat pelatihan mendaur ulang kaus bekas menjadi tas kantong yang unik, lucu, dan bermanfaat. “Menurut saya cukup kreatif karena membuat sesuatu yang tidak terpakai menjadi berguna kembali,” ujar Frederick Chandra, salah satu siswa.
Menanamkan Nilai-nilai Luhur Sejak Dini

Menanamkan Nilai-nilai Luhur Sejak Dini

01 Oktober 2015

Sebanyak 18 anak mengikuti Kelas Budi Pekerti Tzu Chi pada Minggu, 20 September 2015 di Mal Ciputra Seraya, Pekanbaru . Tema kali ini adalah “Menjadi Bodhisatwa”. Anak-anak diajarkan untuk berpikir dengan niat yang baik, bertutur kata yang baik, dan melakukan perbuatan baik yang juga ditampilkan melalui pementasan drama.

Membangkitkan dan Mempraktikkan Welas Asih dari Dini

Membangkitkan dan Mempraktikkan Welas Asih dari Dini

14 April 2014 Topik yang diajarkan di kelas pertemuan kali ini adalah welas asih. Para murid diajarkan untuk membangkitkan rasa welas asih dalam diri Mereka melalui beberapa tayangan video anak yang tidak memiliki kaki dan tangan.
Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -