Mempraktikkan Dharma dalam Tindakan Nyata
Jurnalis : Stephen Ang 洪偉棻(He Qi Utara), Fotografer : Ivan Darren, Suparjo 蔡加輝(He Qi Utara)Relawan Tzu Chi secara konsisten melakukan kunjungan ke rumah Tan Len Nio sejak tahun 2007 dan masih terus memberikan perhatian layaknya orangtua sendiri.
“Hati penuh welas asih adalah hati Buddha; memiliki rasa cinta kasih, keuletan dan bersedia bersumbangsih bagi orang banyak adalah hati Bodhisatwa dan juga adalah langkah di jalan Bodhisatwa.” Kata perenungan dari Master Cheng Yen ini menjadi salah satu pedoman dalam melatih diri di tengah masyarakat yang plural saat ini. Tidaklah mudah, namun dengan bersatu hati dan kerjasama antara Saya, Anda, dan Dia maka segala permasalahan di dunia ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam dunia relawan Tzu Chi, para penerima bantuan yang biasa disebut Gan En Hu mengandung makna yang dalam. Mereka merupakan sebuah sutra hidup sebagai pembelajaran kehidupan bagi setiap orang. Relawan Tzu Chi dalam memberi bantuan bukan hanya secara materi, namun waktu, tenaga, dan perhatian secara batiniah. Dengan menggunakan hati bersyukur, menghormati dan cinta kasih, serta berterima kasih kepada Gan En Hu karena telah mendapatkan kesempatan saling menjalin jodoh baik satu sama lain layaknya keluarga sendiri.
Mulai dari gunting rambut sampai memandikan Tan Len Nio, relawan Tzu Chi melakukannya dengan penuh kasih sayang.
Belajar dari Sebuah Kehidupan
Tan Len Nio (64) adalah seorang Gan En Hu yang telah menjalin jodoh dengan Tzu Chi sejak tahun 2007. Karena menderita kelumpuhan sejak kecil dan kedua orang tuanya juga telah meninggal dunia, Tan Len Nio tinggal sendirian di sebuah kos di Jakarta dengan ukuran kamar 3x6 meter. Penyakitnya menyebabkan gerak tubuhnya sangat terbatas. Untuk keperluan hidup sehari-hari seperti membelikan makan dan ke kamar mandi, Tan Len Nio bergantung pada bantuan para tetangganya. Hingga saat ini Tzu Chi masih memberikan bantuan biaya hidup dan relawan secara konsisten berkunjung untuk memberikan perhatian. Tan Len Nio selalu menyambut hangat dan menyapa dengan penuh senyum.
Beberapa saat lalu ketika relawan datang mengantarkan biaya hidup, terbersit sebuah niat untuk membersihkan kamar Tan Len Nio yang sudah banyak debu dan sirkulasi udara yang kurang baik. Iea Hong, seorang relawan amal kasus yang sudah cukup lama mengamati hal ini mengajak relawan lainnya untuk melakukan diskusi lanjut melalui media chatting via handphone. “Dari situ coba kita contact relawan, mau enggak kita lakukan pembersihan secara total. Ternyata yang menyambut itu banyak sekali, relawan sangat antusias, tiap yang kita tanya mau. Satu minggu setelah itu kita langsung bertindak,” ucap Iea. Sehari sebelum hari H, tim amal He Qi Utara merencanakan persiapan apa saja yang diperlukan. Termasuk pembagian tugas dan sekaligus belanja barang kebutuhan untuk bersih-bersih.
Pada hari Minggu, 24 Januari 2016 relawan Tzu Chi sejak pukul 08.00 WIB mulai berangkat menuju titik kumpul di area sekitar Fajar Aladin, Jakarta Utara. Hujan yang mengguyur sejak malam sebelumnya tidak menyurutkan niat 15 relawan Tzu Chi untuk datang ke tempat Tan Len Nio. Bahkan beberapa relawan daur ulang datang menyusul seperti Tju Andi (Koordinator Pelestarian Lingkungan Hu Ai Pluit). Ia mengungkapkan, “rencana sih biasanya minggu ke-3 ada Pelestarian Lingkungan. Tapi karena hujan, terus lokasi tergenang air jadi dibatalkan. Karena dapat kabar dari relawan ada mau bersih-bersih rumah Tan Len Nio, kita menyusul langsung ke lokasi, membantu kegiatan bersih-bersih dan memanfaatkan waktu yang ada.”
Selain memberikan penghiburan kepada Tan Len Nio, relawan juga membantu membersihkan tempat tinggalnya. Mereka bergotong royong bersumbangsih melakukan kebajikan.
Tan Len Nio merasakan kebahagiaan tiap kali relawan Tzu Chi datang berkunjung, apalagi kamarnya kini menjadi bersih dan nyaman.
Pertama-tama, Tjoeng Mimi menggunting rambut Tan Len Nio dan kemudian bersama beberapa relawan wanita lainnya membantu memandikannya. Ada juga yang mencuci peralatan makan, membersihkan perabotan. Sedangkan para relawan pria bergotong-royong mengerjakan bagian yang butuh tenaga lebih berat, seperti memindahkan barang, memperbaiki pintu dan ranjang. Sementara itu relawan lainnya menemani Tan Len Nio di luar, sambil makan sambil bercerita sembari menunggu kamar selesai dibersihkan.
Para insan Tzu Chi yang hadir pada hari itu merasakan langsung dan melakukan praktik nyata dalam membantu sesama yang membutuhkan. Tjoeng Mimi menceritakan dirinya sering datang berkunjung ke tempat Tan Len Nio.“Seperti hari ini orang-orang Tzu Chi begitu antusias bersihin kamar Tan Len Nio. Sampai dia tadi ngomong kalian semua orang Da Ai kok baik semua. Setidaknya bisa membahagiakan dia, walaupun hanya sekejap. Dia merasa ada orang yang masih sayang sama dia, ada keluarga lain yang memperhatikan dia yaitu Yayasan Buddha Tzu Chi,”ungkapnya sambil terharu. Lo Hok Lay menambahkan, “apa yang Master Cheng Yen sebut, melihat penderitaan akan merasakan sebuah berkah. Karena kalau kita hanya mendengar saja, tidak merasakan, tidak langsung terjun, itu kita tidak bisa mendapatkan feeling itu, perasaan bersyukur. Saya harap kedepannya juga akan semakin banyak relawan yang mau belajar ikut bersama-sama lebih peduli dan terus melakukan gerakan-gerakan nyata yang bermanfaat bagi Gan En Hu kita.”
Sekitar pukul 12.30 WIB, Tan Len Nio kembali masuk ke dalam kamarnya yang
sudah bersih dan nyaman. Rasa kekeluargaan pun terlihat ketika relawan
memperagakan isyarat tangan lagu “Satu Keluarga”. Tan Len Nio sangat gembira dan mengikuti gerakan
tangan relawan. “Kamar dibersihkan, ini tidak bau lagi kamarnya. Terima kasih
ya, makasih dan banyak rejekinya ya,” ucapnya sambil senyum. Dengan terjun langsung,
kita akan merasakan betapa hidup kita sudah jauh lebih baik. Sehingga kita
tidak akan terus mengeluh akan kehidupan kita sendiri. Inilah praktik Dharma
yang sesungguhnya, Dharma tanpa kata-kata yang akan menginspirasi orang lain
untuk mengikuti apa yang kita lakukan. Semoga melalui pembelajaran ini, dapat
menumbuhkan rasa cinta kasih dan empati yang lebih dalam lagi dari para
relawan.
Artikel Terkait
Semangat Tias, Semangat Relawan Tzu Chi
06 Mei 2021Relawan Tzu Chi terus mendukung, menyemangati, serta menguatkan Tias Bekti Cahyaningsih (18) yang kedua kakinya harus diamputasi akibat efek yang ditimbulkan tumor yang bersarang di tulang belakangnya.
Sebuah Perjumpaan yang Indah, Kisah Agatta yang Kini Berdayaguna
13 Januari 2022Sepintas tak ada yang berbeda dari penampilan Agatta jika menonton Youtube Channelnya. Namun siapa sangka, penerima bantuan Tzu Chi ini melakukannya di atas kursi roda. Bagaimana kisahnya?