Mempraktikkan Dharma Dalam Tindakan

Jurnalis : Stephen Ang (He Qi Utara), Fotografer : Stephen Ang, Sjukur Zhuang, Ciu Yen, Erli Tan (He Qi Utara)
 
 

foto
Pada tanggal 14 Juni hingga 20 Juni 2012, insan Tzu Chi sedunia kembali ke Taiwan untuk mengikuti pelatihan pengurus 4 in 1 sedunia.

Kamis, 14 Juni 2012, hari di mana insan Tzu Chi dari 23 Negara akan berkumpul di Taiwan untuk mengikuti Pelatihan Pengurus 4 in 1 Tzu Chi Sedunia, pelatihan yang dimaksud dimulai dari tanggal 14-20 Juni 2012.

Pukul 03.30 dini hari, saya bersama beberapa relawan menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta tepatnya di Terminal 2E. Sesampainya kami di sana, terlihat satu persatu relawan mulai berkumpul. Sekitar pukul 06.35 kami pun naik ke pesawat China Airlines dengan nomor penerbangan CI0680 dari Jakarta menuju Taipei, Taiwan.

Sekitar pukul 15.00 (waktu Taiwan), pesawat mendarat di Bandara Taoyuan, Taiwan, kami disambut oleh para Komite dan Tzu Cheng. Ketika sampai di depan Aula Jing Si, Sanchong, tim penyambutan dengan semangat menyanyikan lagu dan mempersilahkan kami untuk masuk ke dalam dan berkenalan dengan Dui Fu (Mentor) masing-masing kelompok. Sejenak setelah makan malam, kami diajak keliling sekitar lokasi dan mempersiapkan segala sesuatu untuk keperluan esok hari.

Kampung Halaman Batin
Keesokan paginya, jumat 15 Juni 2012, sekitar pukul 06.00 kami berangkat dari stasiun kereta api menuju Hualien. Ini merupakan pertama kali saya datang ke Taiwan. Sebelumnya saya hanya melihat Hualien melalui tayangan drama DAAI TV, tapi saat ini saya bisa melihat langsung. Selama perjalanan saya menatap ke luar jendela dan melihat betapa indahnya pemandangan awan, bukit, pepohonan dan pantai. Pukul 10.00 kami sampai di Kompleks Tzu Chi Hualien dan segera bersiap-siap untuk memulai kelas di hari pertama. Salah satu sharing yang membuat saya terkesan adalah Shifu (Bhiksuni) Griya Perenungan selalu mencari berbagai cara untuk dapat mewujudkan pembuatan produk makanan nasi instan. Sehingga jika terjadi bencana alam akan mempercepat proses pembagian bantuan ke masyarakat. Mulai dari mencari bahan, peralatan dan gudang, mereka mengalami kesulitan. “Kita memang menghadapi rintangan. Walaupun kita bukan lulusan dari bidang makanan dan nutrisi, selama kita memiliki keyakinan, mau belajar dan giat kerja keras, maka kita akan melewati kesulitan tersebut,” tutur para Shifu Griya Perenungan. Setelah melalui beberapa waktu, akhirnya mereka berhasil menciptakan Xiang Chi Fan. Produk ini cukup diseduh air hangat selama beberapa menit akan menjadi nasi siap saji.

foto  foto

Keterangan :

  • Sekitar 120 Insan Tzu Chi Indonesia juga mengikuti pelatihan yang diadakan setiap tahun ini(kiri).
  • Pada kegiatan ini, setiap orang dapat belajar untuk melatih diri menjadi lebih baik lagi dan  memperkuat tekad untuk terus berjalan di jalan Tzu Chi (kanan).

Perlu kita ketahui bahwa semua dana sumbangan tidak pernah dipakai untuk kebutuhan hidup dan pembangunan Jing Si. Semua seutuhnya digunakan untuk bantuan kemanusiaan. Walaupun para Shifu terlihat susah tapi sebenarnya hati mereka senang. Seperti kata perenungan Master, “Satu hari tidak bekerja, satu hari tidak makan”. Seperti yang kita ketahui Shifu-Shifu dalam griya giat bekerja. Misalnya bercocok tanam, membuat lilin yang tidak meneteskan air mata, membuat tali sepatu bayi dan juga menerima pekerjaan membuat tutup botol.

Pembangunan Griya Jing Si mengalami perubahan selama 15 tahap. Semua proses pembangunan dilakukan bersama-sama oleh para relawan dengan sepenuh hati dan rapi. Ini adalah rumah kita sendiri. “Kesusahan yang bisa kita katakan itu tidaklah termasuk susah.” Master Cheng Yen tidak pernah berhenti, selama 40 tahun lebih masih terus mengerjakan dan mengemban begitu banyak permasalahan yang ada di dunia ini. Dengan semangatnya, Master selalu keluar mencari tanah pembangunan. Melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati, disebut sebagai Profesional.

Pukul 15.30 acara dilanjutkan dengan perjalanan menuju Kampung Halaman Batin. Ketika sampai di depan Griya Jing Si, kami memberikan penghormatan sebanyak 3 kali. Kemudian kami diajak keliling untuk melihat ruangan di mana biasanya Master melalukan kebaktian dan ceramah bersama murid dan relawan. Walaupun hanya merupakan kunjungan singkat namun hati sangat damai dan terasa bahagia. Sebelum kembali ke Sanchong, kami sempat berkunjung ke Jing Si Publication Hualien. Sambil menunggu kami disediakan teh hangat dan makanan kecil. Sungguh pengalaman yang luar biasa dan tidak hanya bisa sekedar diungkapkan dengan kata-kata. Rasa senang dan terharu terpancar dari wajah setiap relawan yang berada di sana. Dalam hati saya berkata, “Master, saya telah pulang ke Hualien”.

Petani yang Menebarkan Bibit dan Sepenuh Hati Menggarap Ladang Berkah
Selama beberapa hari di Sanchong, saya mendapatkan begitu banyak hal-hal baru dan manfaat dari pelatihan ini. Master menyempatkan waktunya untuk datang dan memberikan ceramah kepada kita semua. Semua peserta pelatihan melakukan pradaksina dengan menggunakan lagu “Liu Li Tong Xin Yuan”. Dengan penuh hikmat dan konsentrasi, kami pun berjalan langkah demi langkah mengikuti setiap ketukan musik sambil melafalkan syair lagunya. Master pun menjelaskan kepada kita semua arti dari lagu tersebut. Dalam diri kita harus ada hati Buddha, hati yang penuh welas asih. Sangatlah jernih bagaikan cermin besar yang kita bersihkan. Semua pemandangan, rumput, pohon dapat dicerminkan dalam cermin. Itulah hati sebersih Buddha yang tidak menodai cermin ini. Sesuatu yang bersih tidak akan menimbulkan niat yang jelek didalamnya. Dengan hati Buddha kita dapat melihat dengan jelas. Di alam semesta yang begitu luas tidak ada batasnya. Hati Buddha seperti alam semesta itu. Setiap bintang merupakan dunia yang baru. Hati Buddha sangat luas, bening dan jernih. Inilah kebijaksanaan sang Buddha. Kita harus menyadari akan segala sesuatu yang ada di dunia ini.

foto  foto

Keterangan :

  • Kampung halaman batin di Griya Jing Si, tempat Master Cheng Yen dan murid-muridnya tinggal. Kunjungan singkat ini memberikan nuansa hati sangat damai dan terasa bahagia bagi setiap relawan (kiri).
  • Pada pelatihan ini, relawan mendengar berbagai sharing insan Tzu Chi dari berbagai Negara yang penuh dengan inspirasi (kanan).

Kita seperti sebuah bola salju yang terus bergulung-gulung semakin tebal, menimbulkan kerisauan dan banyak masalah. Kita perlu mengikis dan membersihkan kotaran batin kita. Kita harus memiliki hati yang bersih. Jika kita tahu itu salah maka jangan lakukan. Senantiasa mawas diri, berdoa dan berikrar hal-hal yang baik. Memperbanyak cinta kasih universal, mengetahui mana yang benar dan salah. Membaca sutra itu bukan hanya dari mulut, tapi harus dalam hati kita. Buddha dalam hati kita, dharma dalam tindakan kita. Kita harus menjadi seperti petani yang menebarkan bibit dan sepenuh hati menggarap ladang berkah.

Sharing relawan dari beberapa Negara juga sangat menginspirasi semua peserta. Setiap Negara mempunyai cara dan pemikiran mereka dalam menjalankan Tzu Chi. Tetapi semuanya tetap pada satu tujuan yang sama yaitu menyucikan hati manusia, masyarakat damai dan tenteram, dunia bebas dari bencana. Selain itu juga perlu diingat bahwa kita jangan sekedar menjadi relawan yang kerja sosial terus senang dan bahagia. Tapi yang terpenting kita harus bisa menjadi murid Jing Si yang juga memahami dan belajar Dharma, meningkatkan kebijaksanaan dalam diri kita, mengikis kekotoran batin dan melatih diri menjadi lebih baik lagi. Seperti kata Master, “Buddha dalam hati kita, Dharma dalam tindakan”.

Melihat Shixiong-Shijie dari Taiwan begitu giat dan sepenuh hati mempersiapkan kegiatan pelatihan ini. Setiap senyuman indah yang terpancar, kehangatan dan pelayanan yang mereka berikan, membuat saya merasakan ketulusan hati mereka. Ada pertemuan pasti ada perpisahan, tetapi bukan berarti selesai begitu saja. Jika ada kesempatan dan jodoh maka pasti akan bertemu kembali. Setelah melihat, mendengar, merasakan dan mengikuti pelatihan, kita perlu membawa semangat yang kita dapatkan bersama, kemudian kita sebarkan semangat ini kepada semua insan Tzu Chi yang ada di Indonesia. Dengan harapan setiap orang dapat lebih bersungguh hati dalam memahami Dharma dan selalu ingat bersyukur. Merangkul lebih banyak orang lagi untuk melakukan kebajikan demi Buddha Dharma dan demi semua makhluk. Seperti kata Master, “Semua kekuatan berasal dari dalam hati. Hati kalian adalah hati saya, begitu sebaliknya. Kita semua adalah He Xin (bersatu hati). Nama kita semua sama yaitu Tzu Chi. Yang membedakan hanyalah tugas dan tanggung jawab kita”.

Saya sangat bersyukur dapat bertemu dengan Master Cheng Yen dan mendengarkan ceramahnya secara langsung. Perasaan terharu dalam diri saya berubah menjadi seakan-akan saya begitu dekat dan akrab dengan Master. Oleh karena itu kita harus memiliki keyakinan terhadap guru kita, setiap saat menjalin jodoh baik dengan setiap orang dan genggam kesempatan yang ada. Melakukan Tzu Chi mulailah dari diri sendiri terlebih dahulu agar dapat menjadi contoh dan teladan orang banyak. Membuat yang lain merasakan dan terharu, lalu bersama-sama melakukannya.

  
 

Artikel Terkait

Menjamu Keluarga DAAI TV

Menjamu Keluarga DAAI TV

14 Agustus 2018
Gala Dinner Friends of DAAI merupakan bentuk rasa terima kasih DAAI TV Indonesia kepada para donatur dan mereka yang tetap berkomitmen untuk menjadi aliran jernih bagi hati dan pikiran masyarakat.
Berbagi dan Bersyukur

Berbagi dan Bersyukur

28 Mei 2013 Kegiatan ini telah memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk melakukan bakti kecil terhadap orangtua, dan mengingatkan betapa berharga dan mulianya orang tua mereka, memberikan kesempatan untuk saling mengungkapkan perasaan kasih mereka secara teori dan praktik.
Baksos NTT: Cinta Kasih di Tarimbang (Bag.2)

Baksos NTT: Cinta Kasih di Tarimbang (Bag.2)

12 April 2012
Kedatangan para relawan mendapat sambutan hangat dari kepala desa dan juga camat setempat yang turut ikut serta dalam pembagian beras cinta kasih ini.
The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -