Mempraktikkan Dharma Dalam Tindakan
Jurnalis : Stephen Ang (He Qi Utara), Fotografer : Stephen Ang, Sjukur Zhuang, Ciu Yen, Erli Tan (He Qi Utara)
|
| ||
Pukul 03.30 dini hari, saya bersama beberapa relawan menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta tepatnya di Terminal 2E. Sesampainya kami di sana, terlihat satu persatu relawan mulai berkumpul. Sekitar pukul 06.35 kami pun naik ke pesawat China Airlines dengan nomor penerbangan CI0680 dari Jakarta menuju Taipei, Taiwan. Sekitar pukul 15.00 (waktu Taiwan), pesawat mendarat di Bandara Taoyuan, Taiwan, kami disambut oleh para Komite dan Tzu Cheng. Ketika sampai di depan Aula Jing Si, Sanchong, tim penyambutan dengan semangat menyanyikan lagu dan mempersilahkan kami untuk masuk ke dalam dan berkenalan dengan Dui Fu (Mentor) masing-masing kelompok. Sejenak setelah makan malam, kami diajak keliling sekitar lokasi dan mempersiapkan segala sesuatu untuk keperluan esok hari. Kampung Halaman Batin
Keterangan :
Perlu kita ketahui bahwa semua dana sumbangan tidak pernah dipakai untuk kebutuhan hidup dan pembangunan Jing Si. Semua seutuhnya digunakan untuk bantuan kemanusiaan. Walaupun para Shifu terlihat susah tapi sebenarnya hati mereka senang. Seperti kata perenungan Master, “Satu hari tidak bekerja, satu hari tidak makan”. Seperti yang kita ketahui Shifu-Shifu dalam griya giat bekerja. Misalnya bercocok tanam, membuat lilin yang tidak meneteskan air mata, membuat tali sepatu bayi dan juga menerima pekerjaan membuat tutup botol. Pembangunan Griya Jing Si mengalami perubahan selama 15 tahap. Semua proses pembangunan dilakukan bersama-sama oleh para relawan dengan sepenuh hati dan rapi. Ini adalah rumah kita sendiri. “Kesusahan yang bisa kita katakan itu tidaklah termasuk susah.” Master Cheng Yen tidak pernah berhenti, selama 40 tahun lebih masih terus mengerjakan dan mengemban begitu banyak permasalahan yang ada di dunia ini. Dengan semangatnya, Master selalu keluar mencari tanah pembangunan. Melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati, disebut sebagai Profesional. Pukul 15.30 acara dilanjutkan dengan perjalanan menuju Kampung Halaman Batin. Ketika sampai di depan Griya Jing Si, kami memberikan penghormatan sebanyak 3 kali. Kemudian kami diajak keliling untuk melihat ruangan di mana biasanya Master melalukan kebaktian dan ceramah bersama murid dan relawan. Walaupun hanya merupakan kunjungan singkat namun hati sangat damai dan terasa bahagia. Sebelum kembali ke Sanchong, kami sempat berkunjung ke Jing Si Publication Hualien. Sambil menunggu kami disediakan teh hangat dan makanan kecil. Sungguh pengalaman yang luar biasa dan tidak hanya bisa sekedar diungkapkan dengan kata-kata. Rasa senang dan terharu terpancar dari wajah setiap relawan yang berada di sana. Dalam hati saya berkata, “Master, saya telah pulang ke Hualien”. Petani yang Menebarkan Bibit dan Sepenuh Hati Menggarap Ladang Berkah
Keterangan :
Kita seperti sebuah bola salju yang terus bergulung-gulung semakin tebal, menimbulkan kerisauan dan banyak masalah. Kita perlu mengikis dan membersihkan kotaran batin kita. Kita harus memiliki hati yang bersih. Jika kita tahu itu salah maka jangan lakukan. Senantiasa mawas diri, berdoa dan berikrar hal-hal yang baik. Memperbanyak cinta kasih universal, mengetahui mana yang benar dan salah. Membaca sutra itu bukan hanya dari mulut, tapi harus dalam hati kita. Buddha dalam hati kita, dharma dalam tindakan kita. Kita harus menjadi seperti petani yang menebarkan bibit dan sepenuh hati menggarap ladang berkah. Sharing relawan dari beberapa Negara juga sangat menginspirasi semua peserta. Setiap Negara mempunyai cara dan pemikiran mereka dalam menjalankan Tzu Chi. Tetapi semuanya tetap pada satu tujuan yang sama yaitu menyucikan hati manusia, masyarakat damai dan tenteram, dunia bebas dari bencana. Selain itu juga perlu diingat bahwa kita jangan sekedar menjadi relawan yang kerja sosial terus senang dan bahagia. Tapi yang terpenting kita harus bisa menjadi murid Jing Si yang juga memahami dan belajar Dharma, meningkatkan kebijaksanaan dalam diri kita, mengikis kekotoran batin dan melatih diri menjadi lebih baik lagi. Seperti kata Master, “Buddha dalam hati kita, Dharma dalam tindakan”. Melihat Shixiong-Shijie dari Taiwan begitu giat dan sepenuh hati mempersiapkan kegiatan pelatihan ini. Setiap senyuman indah yang terpancar, kehangatan dan pelayanan yang mereka berikan, membuat saya merasakan ketulusan hati mereka. Ada pertemuan pasti ada perpisahan, tetapi bukan berarti selesai begitu saja. Jika ada kesempatan dan jodoh maka pasti akan bertemu kembali. Setelah melihat, mendengar, merasakan dan mengikuti pelatihan, kita perlu membawa semangat yang kita dapatkan bersama, kemudian kita sebarkan semangat ini kepada semua insan Tzu Chi yang ada di Indonesia. Dengan harapan setiap orang dapat lebih bersungguh hati dalam memahami Dharma dan selalu ingat bersyukur. Merangkul lebih banyak orang lagi untuk melakukan kebajikan demi Buddha Dharma dan demi semua makhluk. Seperti kata Master, “Semua kekuatan berasal dari dalam hati. Hati kalian adalah hati saya, begitu sebaliknya. Kita semua adalah He Xin (bersatu hati). Nama kita semua sama yaitu Tzu Chi. Yang membedakan hanyalah tugas dan tanggung jawab kita”. Saya sangat bersyukur dapat bertemu dengan Master Cheng Yen dan mendengarkan ceramahnya secara langsung. Perasaan terharu dalam diri saya berubah menjadi seakan-akan saya begitu dekat dan akrab dengan Master. Oleh karena itu kita harus memiliki keyakinan terhadap guru kita, setiap saat menjalin jodoh baik dengan setiap orang dan genggam kesempatan yang ada. Melakukan Tzu Chi mulailah dari diri sendiri terlebih dahulu agar dapat menjadi contoh dan teladan orang banyak. Membuat yang lain merasakan dan terharu, lalu bersama-sama melakukannya. | |||