Memulai dari Diri Sendiri (Bag. 1)
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
|
| ||
Berawal dari Drama DAAI TV
Ket : - Sebelum ada depo pelestarian lingkungan, Arifin dan Mariani mengelola sampah daur ulang, dan menjualnya. Hasilnya mereka sumbangkan ke Tzu Chi. (kiri) Jalinan jodoh Arifin dengan Tzu Chi makin kuat ketika tanpa sengaja di tahun 2007 Arifin melihat ada logo dan poster-poster kegiatan Tzu Chi di Sekolah Tinggi Kristen di kawasan Gading Serpong. Merasa penasaran, Arifin pun mencoba menanyakan hal itu kepada salah seorang relawan di sana. “Saya tanya apa Tzu Chi buka cabang di sini?” Oleh Lan Fang, relawan Tzu Chi Tangerang dijelaskan kalau mereka sedang mengadakan sosialisasi pelestarian lingkungan. Saat itu Lan Fang, juga meminta alamat dan nomor telepon. “Nggak lama kemudian, saya diminta datang ke Karawaci, Kantor Tzu Chi Tangerang untuk meeting kasus,” terang Arifin. Meski awalnya sempat ragu, namun Arifin dengan mengajak istrinya langsung mandatangi kantor yayasan. “Nah dari situ saya makin tersentuh, ternyata di Indonesia masih banyak yang harus dibantu. Dari situ kita mulai masuk “dunia Tzu Chi”,” ujar Arifin. Meski belum menyandang status sebagai relawan, Arifin dan Mariani sudah mulai aktif mengikuti berbagai kegiatan Tzu Chi. Bulan Desember 2007, Arifin dan Mariani mengikuti training relawan Tzu Chi yang pertama. Keduanya mengaku tertarik untuk menjadi relawan karena merasa tersentuh dengan banyaknya orang yang terbantu oleh Tzu Chi. “Saya pikir kita juga bisa ikut membantu orang yang membutuhkan,” kata Arifin. Sementara Mariani, “Sama, kita pikir kalau kita ada waktu untuk berbuat baik kenapa tidak.”
Ket : - Salah satu donatur daur ulang tetap mereka adalah Supratman dan Juswati. Pasangan yang sudah berusia lanjut ini mengumpulkan sampah-sampah plastik di rumahnya untuk kemudian disumbangkan ke Tzu Chi. (kiri) Relawan Daur Ulang Dalam berbagai kesempatan ia juga menjelaskan kepada para tetangga mengapa sampah-sampah ini harus dibersihkan, “Kita sarankan ke relawan kalau sampah-sampah ini harus dibersihkan, karena kalau nggak kita harus gaji orang untuk bersihin di depo, padahal sampah ini harganya kan nggak seberapa. Kalau juga harus gaji orang, niat kita yang mau bantu orang akhirnya nggak kesampaian karena justru harus bayar orang. Dari situ kemudian relawan dan orang-orang pada ngerti,” terangnya. Bahkan terkadang Arifin dan istrinya harus bekerja hingga larut malam untuk membereskan sampah-sampah itu. “Tapi akhirnya kita batasi jangan sampai malam, kenapa? Soalnya kalau sampai malam nanti orang malah ngira kerja relawan Tzu Chi itu berat, nggak ada istirahatnya,” canda Arifin. Mariani menambahkan, “Memang sempat ada yang bilang, ‘kenapa mau rumahnya dijadiin tempat penampungan sampah, itu kan bau.’ Saya bilang kalau nggak dari kita sendiri siapa lagi. Lagi pula sampah-sampah itu dah bersih kok dan nggak berbau. Lagi pula sampah itu sebenarnya menandakan (masih) adanya kekotoran batin. Selama masih banyak sampah, berarti batin kita juga masih kotor,” ungkap Arifin. | |||
Artikel Terkait
.jpg)
Donor Darah, Dapat Berkah
08 Oktober 2019Dion Afriyand (20), seorang donor yang bahagia karena bisa mendonorkan darahnya. “Ini ibaratnya sama halnya seperti menolong orang tua. Saya merasa acara ini sangat bagus karena bisa mengajak orang lain untuk membantu orang yang sedang membutuhkan darah atau orang yang kesusahan,” ungkapnya.

Sosialisasi Tzu Ching di Makassar
12 Juli 2013 Terinspirasi dari kata perenungan Master Cheng Yen di atas, Tzu Ching Makassar yang hanya beberapa orang berpikir untuk memperbanyak anggota mereka dengan mengadakan acara sosialisasi dan perekrutan Tzu Ching Makassar, di kantor Yayasan Tzu Chi Makassar.Inspirasi Belajar Melalui Pelestarian Lingkungan
23 April 2019Relawan Tzu Chi di komunitas Hu Ai Medan Selatan mengadakan sosialisasi Misi Pelestarian Lingkungan sekaligus Peresmian Titik Kumpul Barang Daur Ulang Tzu Chi di Singapore International School (SIS), Minggu 14 April 2019.