Memupuk Berkah di Bulan 7 (Imlek)

Jurnalis : Meiliana, Mettayani (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Hoon Tai Peng (Tzu Chi PekanBaru)
 
 

foto
Peringatan Bulan Tujuh Penuh Berkah tahun 2013 ini, murid kelas budi pekerti mendapat ladang berkah sebagai pembawa puja dalam kebaktian doa bersama bulan 7 penuh berkah.

Pekanbaru merupakan salah satu daerah yang multi etnis. Salah satunya adalah etnis Tionghoayang berasal dari berbagai daerah di kepulauan Riau dan daerah tetangga seperti  Bengkalis, Selat Panjang, Bagan Siapi-api, Medan, Padang, dan lain-lain. Etnis Tionghoa terkenal dan sarat dengan tradisi yang dilestarikan secara turun temurun. Salah satu budaya yang diperingati pada bulan tujuh penanggalan Lunar adalah Sembahyang Bulan Tujuh (Chit Gwe Pua). Bulan tujuh diyakini sebagai “Bulan Hantu” dan menghindari melakukan kegiataan besar seperti pernikahan, membuka usaha baru, pindah rumah baru, dan lain-lain.

Pada sembahyang bulan tujuh dilakukan pembakaran kertas sembahyang secara besar-besaran dan menyajikan sajian yang berasal dari makhluk hidup seperti daging babi, ikan, dan ayam yang bahkan disajikan dalam wujud utuh. Semua pembakaran kertas dan sesajian ini dikirimkan untuk arwah para leluhur agar terbebas dari penderitaan. Kertas sembahyang diyakini bisa menjadi “alat tukar atau uang.” Apakah sungguh bisa menyelamatkan mereka dari alam penderitaan?

Dalam ajaran Buddha, penderitaan yang dialami adalah buah dari karma buruk yang dilakukan pada kehidupan masa lampau. Dan untuk dapat mengurangi karma buruk tersebut dengan melakukan lebih banyak kebajikan. Kita bisa membantu menyelamatkan arwah leluhur di alam penderitaan dengan melakukan pelimpahan jasa (Melakukan kebajikan atas nama leluhur  yang sering dikenal dengan istilah Pattidana atau Ullambana). Hal ini dilakukan untuk mendoakan leluhur dan sanak keluarga yang telah meninggal dunia agar terlahir di alam yang lebih bahagia.

foto   foto

Keterangan :

  • Yayasan Buddha Tzu Chi Pekanbaru secara rutin mengadakan acara doa bersama Bulan Tujuh Penuh Berkah setiap tahunnya. Kali ini acara dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2013 (kiri).
  • Para peserta acara bulan tujuh penuh berkah mendengarkan sharing dari para relawan Tzu Chi agar tidak melakukan budaya membakar kertas sembahyang dan manfaat bervegetaris (kanan).

Masih ingatkah dengan kisah Maudgalyayana murid Buddha yang menyelamatkan ibunya?Maudgalyayana yang menggunakan kemampuan batinnya untuk  melihat alam-alam lain selain alam manusia dan mendapati ibunya terlahir di alam Setan Kelaparan. Ibunya terlihat begitu kurus dan tanpa busana. Maudgalyayana berusaha menolong ibunya. Beliau mencoba memberikan makanan dan minuman namun segala pemberiannya justru menambah penderitaan ibunya. Akhirnya beliau menghadap Buddha dan menanyakan kegagalan yang dilakukan untuk menolong ibunya. Buddha menjelaskan bahwa bila akan menolong makhluk di alam menderita hendaknya orang melakukannya dengan cara pelimpahan jasa. Pelimpahan jasa adalah melakukan perbuatan baik atas nama orang yang telah meninggal. Atas saran Buddha, beliau kemudian memberikan persembahan jubah dan makanan kepada para Bhiksu Sangha atas nama ibunya. Dan setelah itu dengan kekuatan batinnya Maudgalyayana melihat ibunya sudah terlahir di alam yang lebih baik.

Dalam upaya mengurai kekeliruan akan tradisi tersebut, Yayasan Buddha Tzu Chi Pekanbaru secara rutin mengadakan acara doa bersama Bulan Tujuh Penuh Berkah, dengan sebuah hati yang bersih dan niat yang tulus menanamkan berkah bagi diri sendiri, seluruh dunia dan semua makhluk, merubah permohonan berwujud menjadi semerbak batin yang jernih. Menyebarkan cinta kasih kepada semua mahkluk dengan bervegetaris, bersama-sama menerapkan pelestarian lingkungan dengan tindakan nyata. Dan terus memberikan respon untuk ikut bervegetaris, serta mengubah dana untuk pembelian sesajen dan kertas sembahyang menjadi dana sumbangan amal yang akan memberikan manfaat tak terhingga bagi mereka yang membutuhkan.

Kegiatan ini dihadiri oleh murid-murid kelas budi pekerti beserta orangtua dan tamu undangan. Kegiatan dibagi menjadi 2 sesi (sesi pertama jam 10.30 – 12.00 dan sesi kedua jam 13.30 – 16.00). Dalam kesempatan ini dipaparkan berbagai himbauan untuk tidak melakukan budaya membakar kertas sembahyang dan manfaat bervegetaris. Dana untuk pembakaran kertas dapat dialihkan untuk membantu orang lain dan melimpahkan jasa kebajikan tersebut buat leluhur. Mengembangkan cinta kasih kepada makhluk lain dan menyelamatkan bumi  dengan pola hidup bervegetaris. Dan diakhir acara, peserta berkesempatan mencicipi makanan vegetarian yang lezat dari segi rasa dan gizinya. Semoga kita semua dapat tercerahkan dan kembali ke konsep kebenaran yang hakiki agar dapat membebaskan semua makhluk dari penderitaan dan karma buruk.

 

 
 

Artikel Terkait

Berbuka Puasa Bersama, Merajut Tali Silaturahmi

Berbuka Puasa Bersama, Merajut Tali Silaturahmi

21 April 2022

Insan Tzu Chi Singkawang menyelenggarakan acara buka puasa bersama di Panti Asuhan Achmad Yani Singkawang, disertai ramah tamah dan melibatkan relawan dari Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Singkawang.

Gempa Lombok: Bantuan untuk Warga Lombok Utara

Gempa Lombok: Bantuan untuk Warga Lombok Utara

09 Agustus 2018
Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi Indonesia dan Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia memberikan bantuan kepada warga yang terkena dampak gempa berkekuatan 7 SR yang mengguncang Lombok pada 5 Agustus 2018. 
Semangat Mariam Melawan Kanker Serviks

Semangat Mariam Melawan Kanker Serviks

05 Maret 2018
Mariam, wanita asal Teluk Betung Selatan, salah satu penerima bantuan Tzu Chi yang menderita kanker serviks. Bantuan diberikan pertama kali pada 14 September 2017, mulai dari pengobatan, biaya makan, dan biaya transportasi.
Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -