Memupuk Budi Pekerti Luhur Sejak Dini.

Jurnalis : Imelda (Relawan Tzu Chi Surabaya), Fotografer : Hari Tedjo (Relawan Tzu Chi Surabaya)
 
 

fotoPara murid kelas budi pekerti yang akan melanjutkan pelajaran budi pekerti melakukan pendaftaran ulang kepada para relawan Tzu Chi.

Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa. Untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki pengetahuan  dan berbudi pekerti luhur, pendidikan yang terbaik perlu diberikan  bagi anak-anak sejak usia dini. Pendidikan yang diberikan oleh Tzu Chi adalah pendidikan untuk menjadi manusia seutuhnya, tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan keterampilan semata, namun juga mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan.  Pada hari Minggu, tanggal 18 November 2012, mulai pukul 09.00 WIB, Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Perwakilan Surabaya membuka kelas Budi Pekerti  di kantor Yayasan  Buddha Tzu Chi, Mangga Dua  Centre  - Surabaya .  Kelas Budi Pekerti ini merupakan kelas perdana di tahun 2012.

Dalam kelas Budi Pekerti, anak-anak diajarkan tentang nilai-nilai budi pekerti luhur  seperti tata krama, sopan santun,  toleransi, berbakti, kejujuran dan  cinta kasih. Untuk memudahkan penyampaian pesan budi pekerti bagi anak-anak, pelaksanaan pengajaran  dilakukan dengan puppet show (pertunjukan boneka tangan), yang mengisahkan tentang teladan tata krama dan sopan santun bagi anak-anak.

Sekitar 20 orang anak dengan cakupan usia 6 – 12 tahun hadir bersama orang tua mereka untuk mengikuti kelas budi pekerti ini. Sebagian anak-anak yang hadir adalah putra dan putri para relawan juga putra-putri dari  para Zhao Gu Hu (Penerima bantuan dari Tzu Chi). Yang unik adalah, pendidikan budi pekerti ini juga merupakan pendidikan bagi orang tua dalam mendidik anak. Diharapkan orang tua juga memperhatikan pendidikan moral  dan budi pekerti bagi putra-putrinya. Mengingat di jaman yang modern ini, pendidikan lebih diarahkan pada ilmu pengetahuan semata.

foto   foto

Keterangan :

  • Untuk dapat menarik minat anak-anak dalam pendidikan bud pekerti, pengajaran dilakukan dalam bentuk pertunjukan boneka tangan (Puppet show) (kiri).
  • Ida Sabrina Shij ie memberikan penjelasan tentang tata krama, budi pekerti, dan sopan santun kepada para murid kelas budi pekerti (kanan).

Ming Fong Shijie, penanggung  jawab kelas  Budi Pekerti  Yayasan Buddha Tzu Chi  Surabaya mengungkapkan harapannya agar kelas Budi Pekerti ini dapat terus berkembang  dan dari sini kita dapat  belajar, dan mendapat pengalaman yang lebih banyak dalam pendidikan anak.

Untuk menarik minat anak-anak dalam pengajaran budaya humanis Tzu Chi, pelaksanaan kelas Budi Pekerti ini juga dilengkapi dengan games permainan perkenalan anak-anak, untuk saling berkenalan satu sama lain dan juga pembelajaran bahasa isyarat tangan (shou yu) sebagai salah satu budaya humanis Tzu  Chi. 
  
 

Artikel Terkait

Bakti Sosial yang Dinantikan Warga

Bakti Sosial yang Dinantikan Warga

12 Juli 2017

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan Polsek Metro Penjaringan mengadakan Bakti Sosial Degeneratif. Baksos ini berhasil melayani 185 warga yang kebanyakan berasal dari area Tanah Pasir dan Tanah Merah, Jakarta Utara. Selanjutnya, baksos degeneratif ke-2 akan dilaksanakan pada 6 Agustus 2017. Ada 69 pasien yang perlu kembali memeriksa kesehatan secara lanjut dan 11 pasien yang perlu dirujuk ke proses berikutnya.

Banjir Jakarta: Mempraktikkan Jalan Bodhisatwa

Banjir Jakarta: Mempraktikkan Jalan Bodhisatwa

22 Januari 2013 Tjoeng Hasanudin yang kerap disapa dengan sebutan nama Posan salah satu relawan komite Tzu Chi menghampiri para pengungsi korban bencana banjir yang juga kawan mengungsinya di posko pengungsian Yayasan Buddha Tzu Chi.
Inspirasi Menuju Ketahanan Pangan Keluarga

Inspirasi Menuju Ketahanan Pangan Keluarga

07 Oktober 2019

Bukan hanya relawan yang sudah lama saja loh yang semangat menyambut Pekan Amal Tzu Chi 2019 ini, di Xie Li Cikarang, Darma Kumara, seorang relawan kembang (relawan yang baru bergabung) juga tengah menyiapkan sumbangsihnya untuk Pekan Amal Tzu Chi 2019.


Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -