Memupuk Welas Asih Pada Anak
Jurnalis : Yogie Prasetyo (Tzu Chi Tj. Balai Karimun), Fotografer : Yogie Prasetyo (tzu Chi Tj. Balai Karimun)Para peserta mengikuti intruksi untuk menempelkan kata perenungan di buku mereka. Mereka antusias mengikutinya.
"Cinta kasih tidak cukup hanya ada di dalam hati saja, tetapi juga harus diwujudkan dalam perilaku.” (Kata Perenungan Master Cheng Yen).
Cinta kasih harus ditanamkan pada anak sejak usia dini, mengapa? Karena pada usia inilah, anak sedang mengalami masa perkembangan baik secara kognitif (pengetahuan), afektif (perilaku), maupun psikomotorik (keterampilan). Tentu semua orang tua menginginkan agar anaknya menjadi anak yang baik dan berbakti pada orang tua dan memiliki rasa welas asih kepada semua makhluk. Untuk itu peran orang tua dalam mendidik anak-anaknya sangat diperlukan.
Minggu, 19 Oktober 2014 kelas budi pekerti kembali dilaksanakan. Meskipun cuaca mendung, namun para siswa pun tetap bersemangat mengikuti kegiatan. Semangat inilah yang menunjukkan bahwa mereka ingin belajar dan memahami Dharma untuk dipraktikkan dalam perilaku sehari-hari.
Jurman Papa memberikan materi tentang cara mengembangkan cinta kasih dan kasih sayang kepada peserta kelas budi pekerti tanggal 19 Oktober 2014.
Semua peserta dengan tenang dan khidmat memanjarkan doa bersama usai kelas.
Lissa Mama mengajak para peserta untuk memberikan penghormatan pada Master Cheng Yen yang telah membimbing dan menuntun kita ke jalan yang benar. Kali ini, Jurman Papa memberikan materi bagaimana mengembangkan cinta kasih kepada semua makhluk. Riuh tepuk tengan pun menggema di ruangan menyambut Jurman Papa. “Selamat pagi, Namo Amithofo,” sapa Jurman Papa dengan sikap anjali (merangkapkan tangan di depan dada). “Hari ini kita akan belajar cara mengembangkan cinta kasih dan kasih sayang, siapa yang sudah mengembangkan cinta kasih? Dengan cara apa mengembangkan cinta kasih?” Tanyanya kepada seluruh peserta. Tanpa ragu salah satu peserta, Steven, mengangkat tangan dan menjawab, “Dengan membantu orang tua dan menuruti perintahnya.”
Jurman Papa menuturkan cinta kasih dan kasih sayang harus dikembangkan kepada orang tua dengan cara membantu, menyayangi, dan merawat mereka. Barulah cinta kasih dikembangkan kepada semua makhluk tanpa batas. “Cinta kasih tidak akan habis karena dibagikan, melainkan cinta kasih yang kita berikan pada semua makhluk akan bertambah,” ujar Jurman Papa. Ia menambahkan, “Ibarat sumur, apabila air dalam sumur tidak kita ambil, air akan bertambah tidak? Tentu tidak akan bertambah airnya justru air akan tetap seperti semula, bilamana air sumur ini kita ambil apa yang terjadi? Keesokan harinya pasti air ini akan bertambah dengan sendirinya. Begitu pula dengan cinta kasih bilamana kita kembangkan dalam hati dan perilaku, kita realisasikan untuk orang lain maka akan memberikan kebahagiaan bagi diri sendiri maupun makhluk lain.”
Mendengar penjelasan dari Jurman Papa, peserta pun mulai memahami arti cinta kasih. “Siapa yang ingin bahagia?” tanya Jurman Papa. Semua peserta mengangkat tangan dengan serentak menjawab, “Saya”. Mereka juga diajarkan untuk mempraktikkan cinta kasih kepada orang tua, saudara bahkan semua makhluk agar mereka juga dapat merasakan kebahagiaan.
Teri (kaos hijau) memberikan sharing pengalaman hidupnya kaitannya dengan Kata perenungan Master Cheng Yen.
Para orang tua dengan antusias mengikuti sharing tentang kata perenungan Master Cheng Yen di ruang yang berbeda dengan kelas budi pekerti.
Memberi dan Menerima
Sementara itu, orang tua peserta kelas budi pekerti memiliki agenda yang berbeda. Mereka diajak berkumpul di salah satu ruang kantor Tzu Chi Tanjung balai Karimun untuk sharing kata perenungan Master Cheng Yen. Mereka begitu antusias ketika mengikuti sharing ini.
Salah satu orang tua siswa, Teri, memberikan sharing tentang kata perenungan Master Cheng Yen yang berbunyi, “Apa yang kita lakukan akan memberikan manfaat bagi diri sendiri.” Ia berbagi pengalaman yang dirasakan berkaitan dengan usaha yang dijalaninya. “Saya memiliki usaha penjualan alat-alat elektronik, namun dalam usaha saya selama ini ada saja kendala dan hambatan yang kami hadapi, nah saya mendapat saran dari seorang teman untuk memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan. Waktu itu saya pergi ke rumah sakit dan bertemu orang yang benar-benar membutuhkan bantuan, tanpa pikir panjang saya langsung memberikan biaya untuk dia berobat, walaupun saya tidak kenal. Setelah kejadian itu, saya merasa usaha saya hampir tidak ada kendala dalam menjalankannya,” kata Teri. “Mungkin ini yang dimaksud dari kata perenungan Master Cheng Yen, ketika kita memberi, pasti akan ada manfaat yang kita terima,” tukasnya.
Artikel Terkait
Di Kelas Budi Pekerti Belajar Tata Krama, dan Menggali Potensi Diri
26 Juli 2024Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Palembang kembali membuka kelas budi pekerti dalam misi pendidikannya pada Minggu, 14 Juli 2024. Dibukanya kelas budi pekerti ini diharapkan dapat membentuk anak-anak seutuhnya yang selalu bersyukur dan terus belajar menggali potensi diri.
Belajar Melestarikan Lingkungan Melalui Kelas Budi Pekerti
26 April 2024Kelas Budi Pekerti di Tzu Chi Bandung kali ini bertema pelestarian lingkungan. Anak-anak belajar bagaimana menjaga lingkungan, yang salah satu caranya adalah dengan mengelola sampah.
Pendidikan karakter Kelas Budi Pekerti
04 Oktober 2021Relawan Tzu Chi komunitas He qi Utara 2 mengadakan kelas budi pekerti (Qin Zi Ban) pada Minggu, 26 September 2021. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring (zoom/online) karena masih dalam situasi pandemi Covid 19.