Menampilkan Cinta Kasih dari Dalam dan Luar

Jurnalis : Tri Yudha Kasman, Fotografer : Anand Yahya
 
 

foto
Pelajaran pertama yang diberikan Wen Shijie yaitu mengenai cara berpenampilan yang baik ala Tzu Chi.

Berpenampilan rapi disertai dengan bahasa tubuh yang anggun merupakan salah satu unsur pokok di dalam budaya humanis Tzu Chi. Bagi insan Tzu Chi, penampilan dan bahasa tubuh yang baik adalah salah satu bagian hidup yang tak bisa dipisahkan di dalam kehidupan Tzu Chi. Maka, pelatihan dalam kelas kepribadian ini, yang juga merupakan lanjutan dari serangkaian acara Pelatihan Pengembangan Pendidikan Masyarakat oleh Tzu Chi Indonesia,  bisa dibilang cukup penting.

Di sini, kita ditunjukan bagian-bagian mana saja yang perlu diperhatikan. Misal, dalam berpakaian, untuk para Shixiong (relawan laki-laki), posisi dasi harus benar-benar pas di tengah, dasi lurus ke bawah, tidak boleh terlalu panjang, tetapi juga tidak boleh terlalu pendek. Peraturan ini mengacu pada salah satu prinsip Tzu Chi yaitu: keseimbangan.

Setelah mempresentasikan kepada para murid mengenai cara berpakaian, Wen Shijie mulai mengajar tentang bahasa tubuh yang baik dan anggun. Pertama-tama dia menjelaskan bahwa setiap maksud hati dan pikiran sesungguhnya selalu tercermin dari setiap gerakan bahasa tubuh kita. ”Saya percaya dengan ungkapan ’lidah bisa berbohong, tapi mata tidak pernah bisa berbohong’ dan itu memang sungguh tepat,” ungkapnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Terlihat beberapa Shijie yang antusias mendengarkan dan mencatat. Bahkan ada Shixiong  yang langsung menata dasinya setelah diajar cara berpenampilan yang baik (kiri).
  • Para peserta diajak menepuk bagian perutnya. Bila suara perut yang dihasilkan sudah tepat sesuai yang diminta Wen Shijie, artinya posisi berdiri juga sudah tepat (kanan).

Empat  Kriteria Dasar
Ada 4 kriteria mendasar dalam berpenampilan dan berbahasa tubuh di Tzu Chi, yaitu sikap yang tulus, sikap tubuh yang tegap, gerakan yang seimbang, dan reaksi yang tangkas. Wen Shijiemenjelaskan bahwa 4  kriteria tersebut sangat penting dan harus selalu ada di dalam penampilan dan bahasa tubuh kita. Jadi, sebenarnya asal kita berpegang pada 4 kriteria ini maka tidaklah sulit untuk menguasai teknik berbahasa tubuh yang tepat. ”Misal, saat sedang berdiri, tenaga yang dipakai untuk berdiri sebenarnya tidak dititikberatkan di kaki, melainkan di bagian pinggang dan pinggul. Saat duduk, sikap tubuh harus tetap tegap dan tidak bersandar pada kursi, serta posisi duduk tidak boleh terlalu ke belakang, tapi harus maju sedikit (kira-kira setengah kursi). Saat sedang berjalan, tubuh juga harus tegap, dada dibusungkan, perut dikencangkan seperti sedang menahan napas, langkah tidak boleh terlalu cepat seperti sedang terburu-buru dan tidak boleh terlalu lambat, langkah kaki tidak boleh terlalu lebar ataupun sempit. Saat sedang menoleh ke belakang pun tidak boleh hanya kepala saja yang menengok, tapi harus sambil memutar badan juga. Semua teknik ini didasari dengan 4 kriteria di atas tersebut,” kata Wen Shijie mengajar sambil mempraktikkan supaya para peserta bisa lebih cepat paham.

Teknik bahasa tubuh di Tzu Chi tidaklah sedikit, namun Wen Shijie mengajarkan pada dasarnya meliputi: cara duduk, cara berdiri, cara berjalan, cara tertawa, cara bertepuk tangan, dan cara membungkuk. Para peserta sangat antusias dengan pengetahuan baru ini. Ada yang langsung mempraktikkan cara duduknya setelah diajar Wen Shijie, ketika sedang bertepuk tangan WenShijie juga langsung memberi tahu bagaimana bertepuk tangan yang benar. Setelah mengajar beberapa teknik dasar, Wen Shijie memberi ”ujian” kepada beberapa Shijie dan Shixiong. WenShijie menunjuk sambil berkata, ”Barisan yang keempat, tolong berdiri lalu maju berbaris ke depan sini, lalu duduklah di depan. Ingat dan praktikkan teknik yang baru saja saya ajarkan.” Spontan para Shijie yang ditunjuk tersebut tersenyum malu-malu, tapi tidak lama mereka pun langsung berdiri, berjalan berbaris sampai ke depan seperti yang telah dikatakan Wen Shijie. Terlihat para Shijie begitu canggung karena sedang berusaha mempraktikkan teknik-teknik yang sudah diajarkan. Dimulai dari berdiri, setelah itu berjalan. Saat berjalan, terlihat mereka berusaha menyamai langkah Shijie yang di depan maupun di belakang mereka, tapi alhasil yang terjadi malah ada yang jarak Shijie terlalu jauh, ada yang malah terlalu dekat. ”Ingat jangan jalan terlalu cepat maupun terlalu lambat, usahakan membuat barisan yang rapi,” ujar Wen Shijiemengingatkan sambil tersenyum melihat para relawan begitu antusias mempelajari hal baru ini. Sampailah para Shijie di depan, teknik sebelum duduk juga bukanlah teknik yang mudah. ”Sebelum duduk, pertama-tama kita tidak boleh memegang kursi. Kita harus tetap dalam posisi badan tegak ke depan, maju ke depan kursi, lalu baru secara perlahan duduk turun. Ingat setelah duduk, posisi badan tetap tegap, jangan bersandar pada kursi dan jangan menyilangkan kaki,” Wen Shijie kembali mengingatkan. Para Shijie terlihat ada yang masih canggung, ada yang terlihat agak takut-takut saat mencoba duduk. Hal ini mengundang tawa para Shixiong danShijie  lain yang melihat dari bangku peserta. Saat mereka sedang tertawa, Wen Shijie kembali mengingatkan, ”Ingat saat tertawa usahakan gigi di rahang bawah jangan sampai terlihat, saat membuka mulut jangan terlalu lebar. Saat tepuk tangan, buatlah jari-jaripada satu tangan menghadap ke atas, dan jari-jari pada tangan yang satu lagi menghadap ke orang yang diberi tepuk tangan. Dan jari-jari tersebut hendaklah ditutup, jangan terbuka.”

foto  foto

Keterangan :

  • Terlihat beberapa Shijie yang dites di depan. Wen Shijie selalu mengingatkan dan memberi tahu cara berdiri yang baik agar para Shixiong dan  Shijie bisa cepat paham (kiri).
  • Para peserta memberi tepuk tangan kepada para Shijie sudah dites oleh Wen Shijie. Senyuman merekah di wajah semua peserta, disertai dengan cara tepuk tangan yang baru saja diajarkan (kanan).

Senyuman Sebagai Simbol Cinta Kasih
Pelajaran saat hari itu berjalan amat seru bagi para Shixiong dan Shijie. Setiap teknik bahasa tubuh yang diajarkan sebenarnya berputar di kehidupan kita sehari-hari, namun bahasa tubuh yang diajarkan di Tzu Chi memang berbeda dan umumnya berdasarkan atas prinsip-prinsip cinta kasih Tzu Chi sendiri. Saat sudah mencapai akhir pelatihan, Wen Shijie mengajarkan satu lagi teknik bahasa tubuh yang tidak kalah pentingnya, yaitu cara membungkuk. ”Setiap tingkatan membungkuk memiliki makna yang berbeda-beda. Membungkuk 5 derajat berarti kita sedang mengangguk. Membungkuk 10 derajat biasa dipakai untuk menyapa orang seperti selamat pagi. Membungkuk 30 derajat biasa dipakai saat sedang menyambut kedatangan tamu atau sedang mengucapkan ’selamat datang’. Membungkuk 90 derajat artinya sedang memberi hormat kepada orang-orang penting dan membungkuk 180 derajat adalah membungkuk sampai mencium tanah, ini adalah saat kita mau memberi hormat terdalam seperti kepada Master,” Wen Shijie melanjutkan, ”Dan ingat, dalam setiap gerakan-gerakan bahasa tubuh kita, baik dalam membungkuk sampai duduk, sertakan selalu senyuman kita. Karena senyuman adalah ciri khas insan-insan Tzu Chi.”
 
Setelah Wen Shijie selesai mengajar, para peserta memberi tepuk tangan, tentu dengan teknik baru yang baru saja mereka dapat. Seorang Shijie yang menjadi MC juga mengajak para peserta untuk mengucapkan Gan En, Lao shi! Yang berarti, ”Terima Kasih Guru!” disertai dengan senyuman yang indah dan membungkuk 90 derajat.

 

 
 

Artikel Terkait

Menyerap Metode Pembelajaran Budi Pekerti

Menyerap Metode Pembelajaran Budi Pekerti

24 Desember 2013 Karakter seseorang baik atau buruk dipengaruhi oleh lingkungan. Untuk membentuk karakter anak menjadi lebih dewasa membutuhkan pendidikan budi pekerti sejak dini.
Tibalah Hari yang Dinanti-nanti

Tibalah Hari yang Dinanti-nanti

30 Maret 2023

Kegembiraan tengah menyelimuti hati para guru dan murid-murid Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam. Tak lama lagi gedung madrasah mereka akan segera dibangun oleh Tzu Chi Indonesia. 

Mengunjungi Opa-Oma

Mengunjungi Opa-Oma

09 Desember 2013 Acara pertama dimulai dengan memeragakan shou yu (isyarat tangan) “Satu Keluarga”  di mana para opa-oma terbawa suasana dan ikut memeragakan. 
Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -