Menanam Benih Berkah di Tahun Baru

Jurnalis : Sphatika Winursita, Henny Yohannes, Triana Putri (He Qi Pluit), Fotografer : Aries Widjaja, Joe Suati, Bachtiar Loka, Kevin Tan (He Qi Angke), Stephen Ang (He Qi Pluit)

Komunitas He Qi Angke & Pluit mengadakannya Pemberkahan akhir tahun di Ruang Xi She Ting, Tzu Chi Center PIK, pada 5 Januari 2025. Acara ini dihadiri oleh 298 peserta, termasuk donatur dan Gan En Hu (penerima bantuan) serta 137 relawan.

Menyambut Tahun Baru 2025, Tzu Chi Indonesia kerap mengadakan acara tahunan yaitu Pemberkatan Akhir Tahun. Tzu Chi komunitas He Qi Angke & Pluit mengadakannya pada hari Minggu, 5 Januari 2025 di Ruang Xi She Ting, Tzu Chi Center PIK, Jakarta Utara yang dihadiri oleh 298 peserta, termasuk donatur dan Gan En Hu (penerima bantuan) serta 137 relawan yang berkumpul dengan khidmat.

Menurut Melliza Suhartono selaku penanggung jawab acara, tujuan acara ini diadakan yaitu untuk mengucapkan rasa syukur kepada semuanya atas sumbangsihnya di tahun 2024, terima kasih kepada donatur atas dukungan donasinya, kepada relawan atas pendampingannya, dan bersyukur terhadap keluarga yang telah kita bantu.

Tahun ini, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia memberikan arahan agar setiap komunitas bisa mengadakan sendiri secara mandiri supaya lebih dekat, lebih hangat, dan bisa saling berinteraksi. Master Cheng Yen (pendiri Tzu Chi) mengatakan jika di Tzu Chi, kita semua sama dan tidak membeda-bedakan. Begitu pula dengan Gan En Hu kita yang merupakan bagian dari keluarga besar Tzu Chi, jadi ini adalah kesempatan yang sangat bagus.

Melihat Penderitaan Memunculkan Rasa Syukur
“Kita semua pada dasarnya ada cinta kasih dalam diri. Namun, Master Cheng Yen ingin kita lebih satu langkah lagi, tidak hanya donasi. Kita semua harus terjun ke masyarakat untuk melihat penderitaan,” kata Anie Widjaja, relawan Tzu Chi yang juga Ketua He Qi Angke saat membuka acara. Pemberkahan ini juga diadakan untuk Berdoa Bersama untuk tahun 2025 dengan hati yang tenang dan damai. Karena dengan ketenangan hati barulah timbul cinta kasih yang murni tanpa noda. Master Cheng Yen pun berulang kali mengatakan kita harus bersungguh-sungguh dalam menghargai waktu untuk menciptakan berkah kembali, terus belajar di jalan kebaikan hingga mencapai kesadaran. Jadi hati manusia harus terlebih dahulu tersucikan, barulah terwujud masyarakat aman dan tenteram serta dunia bebas dari bencana.

Anie Widjaja (sebelah kiri), Ketua He Qi Angke mengungkapan kalau Kita semua pada dasarnya ada cinta kasih dalam diri. Namun, Master Cheng Yen (pendiri Tzu Chi) ingin kita lebih satu langkah lagi, tidak hanya donasi. Kita semua harus terjun ke masyarakat untuk melihat penderitaan.

Setelah video ceramah Master selesai, para anak teratai menampilkan pertunjukkan isyarat tangan (Shou Yu) dengan lagu Xing Fu De Lian yang berarti Wajah Yang Bahagia. Sekumpulan anak asuh tersebut dinamai dengan anak teratai karena tahun lalu mereka mengikuti ajang perlombaan Teratai Cup dan mendapat juara 2. Ini juga merupakan bukti nyata bahwa bantuan berupa anak asuh sungguh sangat membantu anak-anak yang kurang mampu, terutama dalam hal pendidikan dan kini mereka bisa berkembang menjadi anak yang lebih baik lagi.

Kasih Ibu Sepanjang Jalan
Misi amal merupakan misi yang membantu orang-orang yang membutuhkan, juga misi bagi mereka yang mampu untuk menanam berkah. Misi ini adalah misi pertama dari 4 Misi dan 8 Jejak Dharma Tzu Chi. Hoklay membagikan kisah dari salah satu Gan En Hu inspiratif yang dibantu Tzu Chi, yang bernama Muhammad Reihan Effendi, yang mengidap penyakit cerebral palsy sejak usianya satu tahun. Penyakit tersebut mengakibatkan kondisi fisik dan mental Reihan tidak seperti pada umumnya, membuatnya tidak bisa beraktivitas dan belajar seperti anak-anak lainnya.

“Saya sangat bersyukur dan senang atas dukungan dari semua relawan. Saya ucapkan terima kasih atas sumbangsih dana dan waktu untuk Reihan dan keluarga kami. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian,” ucap Bu Cici penuh syukur dalam acara.

Bu Cici selaku ibu dari Reihan tergolong tidak mampu, apalagi kondisi putranya membuatnya keluar dari pekerjaan. Sampai usia Reihan 17 tahun, Bu Cici telah mengusahakan semua alternatif pengobatan. Awal mula dibantu Tzu Chi yaitu karena biaya terapi tidak dicover BPJS. Ibunya juga berjuang untuk mengantar Reihan kemana-mana dengan memakaikan gendongan di motor untuk memboncengnya. 

Jenny Leo, salah satu relawan pun merasa penuh berkah bisa mendampingi mereka. “Saya sangat bersyukur dan senang atas dukungan dari semua relawan. Saya ucapkan terima kasih atas sumbangsih dana dan waktu untuk Reihan dan keluarga kami. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian,” ucap Bu Cici penuh syukur dalam acara.

Kita Satu Keluarga
Tak hanya relawan yang bersatu menjadi keluarga, para donatur yang membantu dan Gan En Hu yang dibantu pun juga merupakan keluarga. Setelah sama-sama menyaksikan dan mengikuti gerakan penampilan isyarat tangan dari Gege jie jie (anak-anak kelas budi pekerti yang telah melewati 3 kelas, yang selanjutnya akan menjadi Tzu Ching dan relawan Tzu Chi), para peserta diajak untuk mengikuti kegiatan yang bertujuan meningkatkan keakraban.

kelompok 2 menjadi juara 1 dalam games membuat lampion.

Kegiatan yang dipandu Novita ini adalah misi membuat lampion. Kelompok 2 akhirnya menjadi juara pertama. Firda (19), yang merupakan anggota termuda di kelompok tersebut, merasa senang. Ia menceritakan strategi tim mereka, yaitu dengan membagi tugas secara efisien. Firda menilai acara hari ini sangat seru karena dengan adanya acara ini jadi mempererat hubungan antar anggota, sehingga membuat mereka saling mengenal, bersosialisasi, dan bekerja sama dengan baik.

Kegembiraan dalam Berbagi Berkah
Dalam sesi sharing berikutnya, Teksan berbagi bahwa Tzu Chi telah melaksanakan program Bebenah Kampung DKI Jakarta yang salah satunya di Kamal Muara, Jakarta Utara. Berawal dari keinginan untuk renovasi masjid, Tzu Chi merasa rumah warga dan sekolah juga membutuhkan perhatian. Tak hanya program pembangunan, dokter dari TIMA Indonesia juga memeriksa warga, pengadaan beasiswa bagi anak-anak yang kurang mampu, dan pemberian bantuan gerobak dagang, peralatan modal dagang.

Per hari ini untuk bedah rumah telah serah terima kurang lebih 36 unit, salah satunya untuk Nenek Salmah yang kini telah berpulang. Bantuan seperti ini tentunya memerlukan biaya yang besar, jadi disinilah ada kesempatan bagi kita untuk berdana. Prinsip “Galang Hati, Galang Dana” bisa dimulai dari dini. Contohnya adalah para murid SMA dari Tzu Chi School PIK memberikan meja dan kursi guru, mendonasikan buku untuk perpustakaan.

Melliza Suhartono selaku penanggung jawab acara mengucapkan rasa syukur kepada semuanya atas sumbangsihnya di tahun 2024, terima kasih kepada donatur atas dukungan donasinya, kepada relawan atas pendampingannya, dan bersyukur terhadap keluarga yang telah kita bantu.

Bersyukur Ada Tzu Chi
Hadirnya Tzu Chi di tengah masyarakat sangat menimbulkan rasa syukur, baik dari yang dibantu maupun yang membantu. Ketika menemukan kesulitan biaya untuk melanjutkan sekolah, saran dari tetangga yang sering melihat tayangan DAAI TV untuk datang ke yayasan Tzu Chi menjadi sinar terang bagi Sri Nurelinda Putri (17), seorang siswa SMA Fatahillah Jakarta. Dengan bantuan anak asuh Elin dapat melanjutkan sekolah. Dan dari Tzu Chi, Elin belajar banyak. 

“Di Tzu Chi, saya belajar tentang toleransi karena disini banyak yang berbeda tapi tetap dibantu. Saya juga belajar tentang kasih, menebar cinta kasih. Perasaan saya sangat bahagia,” ungkapnya. Elin juga mempunyai banyak teman di Tzu Chi, apalagi saat berlatih bersama untuk tampil isyarat tangan di acara ini. Elin berharap anak asuh diikutsertakan dalam kegiatan mengunjungi panti jompo, atau panti anak-anak supaya mereka bisa merasakan bersyukur dan berbagi cinta kasih juga.

Elin (berbaju merah marun) berkata, “Di Tzu Chi, saya belajar tentang toleransi karena disini banyak yang berbeda tapi tetap dibantu. Saya juga belajar tentang kasih, menebar cinta kasih. Perasaan saya sangat bahagia.”

Panitia membagikan angpau dari Master Cheng Yen kepada para donatur dan Gan En Hu (Penerima bantuan).

Perasaan syukur dan tentram juga disampaikan oleh Ching Fung yang telah menjadi donatur Tzu Chi melalui seorang relawan. “Dengan menjadi donatur Tzu Chi perasaan saya sangat senang dan menimbulkan perasaan tenteram dari dalam diri saya. Saya selalu bahagia,” ungkapnya. Setiap ada undangan dari relawan tentang acara Tzu Chi ibu Vhing Fung berusaha untuk datang. Seperti di Pemberkahan Akhir Tahun, beliau datang bersama dengan suaminya.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Menanam Benih Berkah di Tahun Baru

Menanam Benih Berkah di Tahun Baru

08 Januari 2025

Menyambut Tahun Baru 2025, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Angke & Pluit mengadakn Pemberkahan Akhir Tahun pada Minggu, 5 Januari 2025. Kegiatan ini dihadiri 298 peserta, termasuk donatur dan Gan En Hu serta 137 relawan.

Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -