Menanam Pohon Kebajikan
Jurnalis : Dok. Tzu Chi Indonesia, Fotografer : Dok. Tzu Chi Indonesia Anak-anak menerima celengan berstiker sebagai pengganti celengan bambu yang telah dibuka. | Menanam Pohon Kebajikan |
Tanpa canggung, beberapa patah kata segera meluncur dari bibir Munawaroh. Namun ia tak kuasa mengucapkan banyak kata karena bola matanya tiba-tiba basah dan air mata segera bergulir. Dengan tersedu ia berucap, “Saya merasa bangga dengan cinta kasih Tzu Chi yang sangat besar, kasih sayang yang begitu tulus yang membuat hati saya tergugah untuk ikut menjadi relawan Tzu Chi. Dengan itu, saya ikut membuat celengan bambu meskipun isinya tidak seberapa tapi asal hati kita tulus mengisinya akan dapat membantu saudara-saudara kita yang tidak mampu.” Ia tak mampu lagi meneruskan ucapannya. Orang-orang yang sedang mendengarkannya bertepuk tangan memberinya semangat untuk terus bercerita. Munawaroh mulai menabung dalam celengan bambu sejak Februari 2007 bersama-sama dengan 3 teman sekelasnya yang merupakan umat vihara tersebut, yaitu Liswati, Yayah, dan Sulis. Sebelum ia sharing, air matanya telah menetes terlebih dahulu ketika diperdengarkan lagu Satu Keluarga yang disertai pertunjukan bahasa isyarat tangan. Rupanya ia bisa memperagakannya juga karena selama ini sering diajari oleh 3 temannya tersebut. “Saya teringat betapa besarnya rasa cinta kasih Tzu Chi, rasa kekeluargaannya sangat besar,” jelasnya. Munawaroh mengisi celengan bambunya dari sisa uang jajannya setiap hari. Tidak setiap hari ia mengisi celengan bambunya, tergantung ada sisa atau tidak. Uang jajannya hanya Rp 5.000,- setiap hari dan sisa uang yang ia tabung hanya sekitar Rp 100,- atau Rp 500,- namun ia melakukannya dengan tulus dan yakin. “Biarpun seratus kalau setiap hari, pahalanya jadi lebih banyak,” ungkapnya. Temannya, Yayah, lebih rajin dalam mengisi celengan bambunya. “Setiap sore mau belajar sembahyang dulu, setelah sembahyang baru masukin,” tutur gadis yang sebentar lagi berencana meneruskan kuliah di Yogyakarta ini. Menurutnya, ketika memasukkan uang ke celengan bambu, ia selalu bilang, “Semoga semua makhluk hidup berbahagia.” Awalnya Hanya Anak Asuh Tzu Chi Siapapun tak akan menduga jikalau orang yang ikut menabung di celengan bambu meningkat pesat seperti saat ini. Awalnya menabung di celengan bambu hanya dilakukan oleh para anak asuh Tzu Chi di daerah tersebut yang saat itu berjumlah sekitar 90 anak sebagai bentuk rasa terima kasih kepada Tzu Chi sekitar setahun lalu. Uang tabungan tersebut kemudian didanakan kepada Tzu Chi untuk disalurkan kepada orang yang membutuhkan. Lama-kelamaan teman-teman penerima bea siswa juga melakukan hal yang sama, begitu pula dengan anggota keluarga mereka. Karena Tzu Chi memulai membantu anak asuh dengan difasilitasi oleh pengurus-pengurus vihara yang banyak terdapat di Pati, orang-orang yang mengikuti program celengan bambu kebanyakan adalah umat dari berbagai vihara. Namun kini masyarakat umum pun mulai ikut serta, dan Munawaroh adalah salah satunya. Ket : - "Saya ingin membantu orang yang kesulitan" Ujar Novianti. Yang lebih membanggakan, di antara warga yang menyumbang celengan bambu, lebih dari separuhnya masih anak-anak. Namun mereka paham betul tindakan yang mereka lakukan. “Saya ingin membantu orang yang kesulitan,” ujar Novita Dewi Murtini (9 tahun), umat Vihara Dhamma Metta, Bleber, Cluwak yang kini duduk di kelas 4 SD. Ia juga tidak merasa keberatan uang yang ia kumpulkan bukan ia sendiri yang pergunakan untuk membeli barang yang ia inginkan, seperti lazimnya tujuan anak-anak menabung. “Cara ini bisa menanam pohon kebajikan,” ujarnya bijaksana namun polos. Tak berlebihan jika Master Cheng Yen pernah mengatakan bahwa walaupun jumlah dana mereka kecil, namun nilainya setara dengan sumbangan seorang milyarder Amerika Serikat yang pernah menyumbangkan setengah hartanya untuk sebuah yayasan sosial. Malah, Tjoeng Hasanudin, seorang relawan Tzu Chi dari Jakarta, menyebutnya nilai dana masyarakat Pati lebih besar. “Ini lebih mulia daripada donatur yang di Amerika itu,” ujarnya. “Mata saya terbuka,” ia menambahkan, “bahkan mata hati saya juga terbuka bahwa untuk melakukan kebajikan bukan hak orang kaya, bukan hak orang pintar, tapi semua orang bisa melakukan.” | |
Artikel Terkait
Perayaan Waisak di He Qi Pusat
06 Juni 2024Untuk membuka kesempatan bagi masyarakat yang belum pernah mengikuti prosesi Waisak Tzu Chi, komunitas He Qi Pusat mengadakan perayaan doa bersama memperingati tiga Hari Besar di ITC Mangga Dua.
Jalinan Jodoh bajik dalam Rangkulan Cinta Kasih
29 April 2013 Suasana kebersamaan selalu meninggalkan kesan tersendiri dan menumbuhkan semangat baru. Berbagi dan menerima, keduanya sama penting dan memiliki sebuah jalinan jodoh bajik dalam rangkulan penuh cinta kasih.Waisak 2019: Mari Menopang Bumi dengan Dua Tangan Kita
14 Mei 20193.232 botol plastik tersusun dari tiga warna, merepresentasikan Bumi. Sesuai tema Perayaan Tiga Hari Besar: Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia, Pelestarian Lingkungan dan Vegetarian, bola dunia dibuat untuk menunjukkan wajah Bumi yang kian mengkhawatirkan.