Menanam Pohon Kebajikan

Jurnalis : Dok. Tzu Chi Indonesia, Fotografer : Dok. Tzu Chi Indonesia
 
foto

Anak-anak menerima celengan berstiker sebagai pengganti celengan bambu yang telah dibuka.

Menanam Pohon Kebajikan
Gadis yang kini duduk di kelas 3 SMU Negeri Tayu itu memperkenalkan diri, namanya Munawaroh. Dari namanya saja terlihat jelas bahwa ia seorang Muslim. Hal itu makin jelas terlihat dari pakaian yang dikenakannya. Ia memakai jilbab berwarna ungu. Tapi sebuah pemandangan kontras terbentuk ketika ia berdiri memperkenalkan diri. Di belakang sisi kiri tempatnya berdiri adalah sebuah altar Buddha lengkap dengan patung Buddha, dan orang-orang yang sedang menatapnya hampir seratus persen adalah umat Buddha karena pada hari Minggu itu, 29 April 2007, ia sedang mengikuti acara pembukaan celengan bambu di Vihara Asoka Maura, Plaosan, Cluwak, Pati, Jawa Tengah yang diadakan oleh Tzu Chi.

Tanpa canggung, beberapa patah kata segera meluncur dari bibir Munawaroh. Namun ia tak kuasa mengucapkan banyak kata karena bola matanya tiba-tiba basah dan air mata segera bergulir. Dengan tersedu ia berucap, “Saya merasa bangga dengan cinta kasih Tzu Chi yang sangat besar, kasih sayang yang begitu tulus yang membuat hati saya tergugah untuk ikut menjadi relawan Tzu Chi. Dengan itu, saya ikut membuat celengan bambu meskipun isinya tidak seberapa tapi asal hati kita tulus mengisinya akan dapat membantu saudara-saudara kita yang tidak mampu.” Ia tak mampu lagi meneruskan ucapannya. Orang-orang yang sedang mendengarkannya bertepuk tangan memberinya semangat untuk terus bercerita.

Munawaroh mulai menabung dalam celengan bambu sejak Februari 2007 bersama-sama dengan 3 teman sekelasnya yang merupakan umat vihara tersebut, yaitu Liswati, Yayah, dan Sulis. Sebelum ia sharing, air matanya telah menetes terlebih dahulu ketika diperdengarkan lagu Satu Keluarga yang disertai pertunjukan bahasa isyarat tangan. Rupanya ia bisa memperagakannya juga karena selama ini sering diajari oleh 3 temannya tersebut. “Saya teringat betapa besarnya rasa cinta kasih Tzu Chi, rasa kekeluargaannya sangat besar,” jelasnya.

Munawaroh mengisi celengan bambunya dari sisa uang jajannya setiap hari. Tidak setiap hari ia mengisi celengan bambunya, tergantung ada sisa atau tidak. Uang jajannya hanya Rp 5.000,- setiap hari dan sisa uang yang ia tabung hanya sekitar Rp 100,- atau Rp 500,- namun ia melakukannya dengan tulus dan yakin. “Biarpun seratus kalau setiap hari, pahalanya jadi lebih banyak,” ungkapnya. Temannya, Yayah, lebih rajin dalam mengisi celengan bambunya. “Setiap sore mau belajar sembahyang dulu, setelah sembahyang baru masukin,” tutur gadis yang sebentar lagi berencana meneruskan kuliah di Yogyakarta ini. Menurutnya, ketika memasukkan uang ke celengan bambu, ia selalu bilang, “Semoga semua makhluk hidup berbahagia.”

Awalnya Hanya Anak Asuh Tzu Chi
Ini adalah kunjungan Tzu Chi yang ketiga untuk membuka celengan bambu bersama-sama setelah yang pertama pada Februari 2006 lalu. Selain menghadiri pembukaan celengan bambu, relawan Tzu Chi yang terdiri dari 13 relawan Tzu Chi dari Jakarta dan 4 relawan Tzu Chi dari Yogyakarta, juga mengunjungi beberapa mantan pasien penanganan khusus Tzu Chi yang kini telah sembuh selama 2 hari, tanggal 28-29 April 2007. Kali ini acara membuka celengan bambu diadakan dua kali, yaitu di Vihara Eka Dhamma Loka, Glagah, Kecamatan Gunung Wungkal dan Vihara Asoka Maura. Dari kedua tempat tersebut, terkumpul lebih dari 300 celengan bambu. Sebagai ganti celengan yang telah dibuka, Tzu Chi membagikan 250 celengan berstiker.

Siapapun tak akan menduga jikalau orang yang ikut menabung di celengan bambu meningkat pesat seperti saat ini. Awalnya menabung di celengan bambu hanya dilakukan oleh para anak asuh Tzu Chi di daerah tersebut yang saat itu berjumlah sekitar 90 anak sebagai bentuk rasa terima kasih kepada Tzu Chi sekitar setahun lalu. Uang tabungan tersebut kemudian didanakan kepada Tzu Chi untuk disalurkan kepada orang yang membutuhkan. Lama-kelamaan teman-teman penerima bea siswa juga melakukan hal yang sama, begitu pula dengan anggota keluarga mereka. Karena Tzu Chi memulai membantu anak asuh dengan difasilitasi oleh pengurus-pengurus vihara yang banyak terdapat di Pati, orang-orang yang mengikuti program celengan bambu kebanyakan adalah umat dari berbagai vihara. Namun kini masyarakat umum pun mulai ikut serta, dan Munawaroh adalah salah satunya.

foto

Ket : - "Saya ingin membantu orang yang kesulitan" Ujar Novianti.

Yang lebih membanggakan, di antara warga yang menyumbang celengan bambu, lebih dari separuhnya masih anak-anak. Namun mereka paham betul tindakan yang mereka lakukan. “Saya ingin membantu orang yang kesulitan,” ujar Novita Dewi Murtini (9 tahun), umat Vihara Dhamma Metta, Bleber, Cluwak yang kini duduk di kelas 4 SD. Ia juga tidak merasa keberatan uang yang ia kumpulkan bukan ia sendiri yang pergunakan untuk membeli barang yang ia inginkan, seperti lazimnya tujuan anak-anak menabung. “Cara ini bisa menanam pohon kebajikan,” ujarnya bijaksana namun polos.

Tak berlebihan jika Master Cheng Yen pernah mengatakan bahwa walaupun jumlah dana mereka kecil, namun nilainya setara dengan sumbangan seorang milyarder Amerika Serikat yang pernah menyumbangkan setengah hartanya untuk sebuah yayasan sosial. Malah, Tjoeng Hasanudin, seorang relawan Tzu Chi dari Jakarta, menyebutnya nilai dana masyarakat Pati lebih besar. “Ini lebih mulia daripada donatur yang di Amerika itu,” ujarnya. “Mata saya terbuka,” ia menambahkan, “bahkan mata hati saya juga terbuka bahwa untuk melakukan kebajikan bukan hak orang kaya, bukan hak orang pintar, tapi semua orang bisa melakukan.”

 

Artikel Terkait

Mendalami Semangat Tzu Chi

Mendalami Semangat Tzu Chi

20 Januari 2016

Pada tanggal 8-9 Januari 2016, Tzu Chi Sinar Mas kembali mengadakan kegiatan training pembentukan dan kepengurusan Xie Li  Indragiri. Sebanyak 31 relawan mengikuti kegiatan ini yang diadakan di Mess Indrasakti, Indragiri, Riau. Selain training, acara ini juga menjadi sarana untuk saling menjaga tali silaturahmmi antar relawan.

Suara Kasih: Makanan yang Sehat

Suara Kasih: Makanan yang Sehat

13 Juni 2011
Manusia sungguh telah berjalan menyimpang dari cara hidup yang alami. Orang-orang zaman sekarang tahu akan bahaya dalam produk makanan, namun mereka tetap mengonsumsinya. Kenyataan ini sungguh menyedihkan. Kita harus mengubah pola makan.
Suara Kasih: Hati yang Hening dan Jernih

Suara Kasih: Hati yang Hening dan Jernih

18 Oktober 2010 Kehidupan kita terus mengalami perubahan. Inilah yang disebut ketidakkekalan. Tubuh kita pun terus mengalami perubahan tanpa henti setiap saat. Hidup hanyalah sebatas tarikan napas. Karena itu, kita harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin karena cepat atau lambat hidup akan berakhir.
Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -