Menanamkan Karakter Positif

Jurnalis : Rosy Velly Salim (He Qi Pusat), Fotografer : Livia C. Kasman, Rosy Velly Salim (He Qi Pusat)


Lie Fa bersama Justin Lee menikmati kebersamaannya saat membuat prakarya angpau berbentuk babi.

Pendidikan adalah hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan yang baik akan menghasilkan keindahan dan keharmonisan di tengah masyarakat. Menciptakan masyarakat yang harmonis dengan saling menghargai dan menghormati. Keindahan dari sikap yang penuh tata krama dan berperilaku baik dalam bermasyarakat.

Menyadari hal ini, maka diadakannya kelas bimbingan budi pekerti Tzu Chi. Salah satunya di komunitas He Qi Pusat yang diadakan setiap bulan pada minggu kedua. Minggu, 10 Februari 2019 merupakan kelas perdana yang mulai di tahun 2019. Terdata 25 anak qing zi ban, 28 anak tzu shao ban besar yang hadir ke kantor Tzu Chi He Qi Pusat di ITC Mangga Dua lantai 6. Para orang tua murid turut mendampingi anaknya pada minggu tersebut.

Sejak jam 7.30 pagi, sebanyak 37 orang relawan Tzu Chi sudah datang mempersiapkan segala kebutuhan kelas. Daai Papa dan Daai Mama membagi grup menjadi zhi zu, gan en, shan jie, bao rong. Kelas budi pekerti terbagi menjadi 2 jenjang yaitu Qin Zi Ban Besar (anak-anak usia 8-12 tahun) dan Tzu Shao Ban (remaja dari usia 13-16 tahun).


Keceriaan anak murid Qing Zi Ban saat mengikuti sesi permainan perkenalan.

Kelas budi pekerti diawali dengan memberikan penghormatan kepada Master Cheng Yen. Maria Fintje selaku koordinator kelas budi pekerti memperkenalkan para duifu Papa, duifu Mama, tim relawan yang bertugas bersumbangsih pada kelas bimbingan budi pekerti ini. “Selain materi pengajaran di kelas seperti kata perenungan, bahasa isyarat tangan, keterampilan prakarya, permainan, pelajaran budi pekerti.  Akan ada rencana tambahan kunjungan ke panti jompo, kunjungan kasih, dan posko daur ulang,” menurut Maria Fintje.

Kelas budi pekerti mengedepankan membangun karakter setiap individu dengan hal-hal kebaikan, mencintai, menghormati, dan bersyukur. Oleh karena itu, kelas budi pekerti menerapkan metode mempelajari dan mengalami pendidikan kehidupan.

“Semoga materi yang kita sampaikan maupun melalui kata perenungan Master Cheng Yen dapat menanamkan benih kebaikan pada anak sehingga mereka dapat berkembang menjadi anak yang berbudi luhur, berakhlak baik, saling menghargai, dapat bersyukur dan penuh cinta kasih,” harapan Maria Fintje.


Angel (baju pink) dan Kevin (baju hitam) sedang mengikuti sesi gerakan isyarat tangan.

Menurutnya, dengan sumbangsih di kelas budi pekerti merupakan ladang berkah dan berkesempatan belajar bersyukur dan ia merasakan kebahagiaan dari mendengar cerita para orang tua tentang perubahan anak didiknya menjadi lebih baik, lebih sopan, lebih dapat bersyukur, lebih mandiri, dan lebih berempati.

Kelas berlangsung pada pukul 08.00 pagi hingga 12.30 siang. Menyemarakkan suasana imlek maka sesi keterampilan tangan dengan membuat prakarya membentuk muka babi dari kertas angpau (untuk kelas qin zi ban) dan membuat hiasan nuansa imlek terbuat dari bahan daur ulang (untuk kelas tzu shao ban besar).

Wahyu (43) yang mendampingi anaknya, Leonard (10) pada kelas budi pekerti menuturkan bahwa kelas budi pekerti ini merupakan pertama kali untuk ia dan anaknya. Ia mengatakan materi yang dibawakan interaktif dan kegiatan menarik dalam pengajaran membuat anak-anak mudah menyerap pelajaran dan keterampilan. “Saya lihat hasilnya bagus dari keponakan saya yang pernah ikut kelas ini, anak saya cuek dan tidak bisa diam. Jadi saya harapkan ia bisa lebih empati terhadap sesama, lingkungannya dan mandiri,” ujarnya.


Anak murid Tzu Shao Ban sedang mengikuti sesi keterampilan tangan.

“Tadi membuat prakarya membuat babi, ujung ujung dilipat segitiga, angpau disteples. Senang bisa bersama papa menyelesaikannya. Bagus ada cara pakai baju yang rapi, cara makan. Menegangkan tadi main tebak orangnya, karena kita tidak tahu apa yang dihadapi akhirnya dibantu oleh shigu, senang bisa dapat teman baru,” ujar Leonard sambil tersipu.

Senada, Lie fa (40) bersama anaknya Justin lee (11) berharap anaknya dapat lebih mandiri dan berbakti kepada orang tua. “Anak saya tidak bisa diam, jadi semoga dengan kelas ini ia jadi lebih terarah dan berbakti,” ujarnya.

“Membuat prakarya dari kertas ampao, bentuknya babi. Senang bisa sama mama buat. Dapat pelajaran tata krama, cara pakai baju, berjalan, makan dan bisa tambah teman,” ujar Justin Lee.

Sesi perkenalan antara murid dilakukan dengan permainan mengingat nama, membuat pose khas masing masing anak dengan menebaknya melalui perantara kain biru. Keceriaan meliputi suasana pada saat permainan tersebut dilakukan oleh anak murid maupun orang tua wali.


Leonard (baju putih) bersama Lie Anne Tanjaya (Daai Mama) saat sharing untuk interakasi mengulas hasil sesi permainan.

Tini (32) membawa kedua anaknya Angel (11) dan Kevin (14) mengikuti kelas bimbingan budi pekerti. Lokasi tempat tinggalnya di Bekasi tidak menyurutkan semangatnya untuk mengantar dan menemani anaknya untuk mendapatkan pengajaran tata krama, budi pekerti. “Tadi sempat macet untungnya masih keburu sampai, saya harapkan anak-anak dapat lebih patuh kepada orang yang lebih tua, sopan santun dan lebih beriman. Bagus ada mengajarkan keterampilan tangan jadi dapat mengantikan kecenderungan main handphone dengan prakarya yang dikuasainya,” harapnya.

Kevin (14) mengatakan, “Pertama kalinya dapat melakukan gerakan tangan (isyarat tangan/shou yu sebutannya dalam Tzu Chi) dan mengenal teman-teman baru.”

Gerakan isyarat tangan yang mempunyai lirik Dharma dibaliknya dibawakan dan diajarkan dalam kelas bimbingan budi pekerti. Lagu Tzu Chi Xiao Pu Sat (untuk qin zi ban) dan Xiao Ju Ren (untuk tzu shao ban besar) yang diberikan untuk kelas pertemuan pertama ini. Mengakhiri kelas dengan memberikan penghormatan kepada Master Cheng Yen.


Editor: Yuliati


Artikel Terkait

Menjaga Diri, Wujud Bakti kepada Orangtua

Menjaga Diri, Wujud Bakti kepada Orangtua

15 Januari 2015 Sebanyak 49 anak kelas Er Tong Jing Jin Ban dan 40 anak kelas Tzu Shao Ban, pada hari Minggu, 11 Januari 2015 di Tzu Chi Pekanbaru mengikuti kelas budi pekerti dengan topik Bisa menjaga atau menyayangi diri sendiri.
Bersyukur Dan Merasa Puas Diri

Bersyukur Dan Merasa Puas Diri

15 Januari 2015 Kebiasaan bersyukur dari sejak kecil ini diharapkan dapat menjadi kebiasaan yang dapat dilakukan sampai dewasa nanti, karena bersyukur adalah rasa menghargai dan berterima kasih dengan apa yang sudah dimiliki. Namun banyak orang selalu mengeluh dan tidak bersyukur. Hal ini disebabkan karena mereka selalu membandingkan segala sesuatu yang dimilikinya dengan milik orang lain.
Membentuk Anak Berbudi Pekerti Sejak Dini

Membentuk Anak Berbudi Pekerti Sejak Dini

12 Mei 2023

Pelestarian Lingkungan menjadi tema penutupan kelas budi pekerti yang berlangsung pada Minggu, 7 Mei 2023 di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.

Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -