Menanamkan Nilai Baik Sejak Dini
Jurnalis : Asokavati Ira (He Qi Barat), Fotografer : James (He Qi Barat)
|
| ||
Pada hari tersebut, tepatnya tanggal 28 April 2013, Elly Shijie sebagai panitia pelaksana kegiatan memulai kegiatan dengan mengingatkan tugas-tugas yang perlu diperhatikan oleh para Duifu mama (relawan pendamping wanita) maupun tim lainnya. Kelas budi pekerti Qin Zi ban diperuntukkan anak-anak dengan batas usia 5-8 tahun. Kegiatan ini merupakan salah satu perwujudan dari misi pendidikan Tzu Chi, yang diadakan di komunitas He Qi Barat. Melalui kelas Qin zi ban, xiao pu sa diajak belajar isyarat tangan, dongeng inspiratif, permainan, dan kata Perenungan Master Cheng Yen, yang kelak bisa menjadi bekal para xiao pu sa mengisi hidup mereka dengan hal-hal yang positif. Keuletan dan Kegigihan Tema pembelajaran budi pekerti kali ini adalah tentang Keuletan dan Kegigihan. Kebetulan pada minggu tersebut, saya berkesempatan mengisi sesi cerita yang mengisahkan tentang seorang anak dari Taiwan yang bernama Wei Qi. Pada usia 8 tahun tangan dan kaki Wei Qi harus diamputasi karena sakit. Kini Wei Qi sudah berusia 14 tahun, walaupun tidak mempunyai jari kaki dan tangan, ia bercita-cita untuk menjadi penari dan pemain piano. Ia terus berlatih tanpa mengenal lelah. Di saat teman-temannya pergi jalan-jalan usai pulang sekolah, ia dengan tekun belajar piano dan latihan menari. Perjuangan Wei Qi sunggguh luar biasa, walaupun tidak memiliki anggota tubuh yang lengkap, ia dengan gigih dan rasa percaya diri menunjukkan kepada orang tuanya, dan juga guru bahwa ia memiliki kesungguhan hati untuk meraih apa yang diinginkannya.
Keterangan :
Semangat Wei Qi yang luar biasa ini juga menjadi inspirasi bagi Dewi, ibunda Nathan, salah satu xiao pu sa. Nathan yang telah berusia 6 tahun, menurut Mamanya sangat menikmati kelas budi pekerti. Bahkan Nathan sempat digoda oleh omanya yang ingin mengajaknya jalan-jalan ke mal kesukaannya, pada waktu yang bersamaan dengan kelas budi pekerti. Tetapi Nathan dengan tegas menolak ajakan tersebut. “Pho pho (panggilan oma dalam bahasa Mandarin), nanti aja setelah selesai ikut kelas qin zi ban, baru kita ke Mal,” ujar Nathan. Dari kisah Wei Qi dan juga cerita tentang anak yang kurang beruntung lainnya membuat Nathan lebih semangat untuk belajar. “Than-Than (panggilan kecil untuk Nathan) harus lebih rajin lagi ya Ma, karena punya tangan yang lengkap, yang tidak punya tangan aja mereka mau usaha ya,” celoteh Nathan. Walaupun masih berusia anak-anak, Nathan dengan kepolosannya telah menunjukkan semangat yang tinggi untuk belajar. Belajar dari Kata Perenungan Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 lebih, relawan dengan sigap mengambil microphone untuk memberikan pembelajaran budi pekerti melalui kata Perenungan dari Master Cheng Yen dan mengajak para xiao pu sa untuk melafalkan sama-sama; “Dalam belajar harus memiliki semangat seekor anak burung terbang, tidak takut jatuh, tidak takut kalah, berusaha hingga berhasil.” Dengan suara yang lantang para xiao pu sa pun turut membaca nya bersama-sama. Sesi penutup ini semoga bisa juga memberi inspirasi kepada para xiao pu sa tatkala mereka mengalami kesulitan dalam hal belajar atau masalah apapun. Semoga para xiao pu sa kelak memiliki daya juang, keuletan dan kegigihan dalam meraih apa yang mereka inginkan, di tengah era modernisasi saat ini, yang mana nilai-nilai tersebut kadang terabaikan dan lebih mementingkan hasil langsung. | |||
Artikel Terkait
Menebar Cinta Kasih Di Bulan Ramadan
07 Juni 2018Apa itu Peaceful Nutrition?
03 September 2020Berangkat dari pentingnya pemahaman mengenai keseimbangan kandungan nutrisi dalam pola makan vegan, pada 23 Agustus 2020, komunitas relawan He Qi Utara 2 berkesempatan mengundang dr. Sylvia Irawati, M.Gizi untuk berbagi pengalamannya dalam webinar. Webinar ini bertajuk “Peaceful Nutrition for Body, Mind and Soul.”