Menanamkan Nilai Baik Sejak Dini

Jurnalis : Asokavati Ira (He Qi Barat), Fotografer : James (He Qi Barat)
 
 

foto
Kegiatan Kelas Budi Pekerti yang diadakan tiap bulan guna memberikan nilai-nilai budi pekerti yang mulai hilang dalam pelajaran kurikulum.

Waktu menunjukan pukul 07. 40 WIB, namun di Aula lantai 2 Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat sudah terlihat aktivitas yang ramai. Para tim relawan kelas budi pekerti Qin zi ban (umur 5 – 8 tahun) terlihat sibuk merapikan kursi dan meja untuk para xiao pu sa belajar budi pekerti. Kegiatan ini diadakan sebulan sekali pada minggu ke-4.

 

 

Pada hari tersebut, tepatnya tanggal 28 April 2013, Elly Shijie sebagai panitia pelaksana kegiatan memulai kegiatan  dengan mengingatkan tugas-tugas yang perlu diperhatikan oleh para Duifu mama (relawan pendamping wanita) maupun tim lainnya. Kelas budi pekerti Qin Zi ban diperuntukkan anak-anak dengan batas usia 5-8 tahun. Kegiatan ini merupakan salah satu perwujudan dari misi pendidikan Tzu Chi, yang diadakan di komunitas He Qi Barat. Melalui kelas Qin zi banxiao pu sa diajak belajar isyarat tangan, dongeng inspiratif, permainan, dan kata Perenungan Master Cheng Yen, yang kelak  bisa menjadi bekal para xiao pu sa mengisi hidup mereka dengan hal-hal yang positif.

Keuletan dan Kegigihan
Waktu terus melaju dan tanpa terasa sudah hampir pukul 09.00 WIB, terlihat para xiao pu sa sudah berdatangan. Ada yang ditemani oleh papa-mamanya bahkan ada juga yang mengajak omanya.  Mereka berbodong-bondong menuju tempat absensi, dengan membawa serta celengan bambu dan juga barang daur ulang yang dibawa dari rumah masing-masing . "Xiao pu sa, zao an (selamat pagi), mana senyumnya." ujar Jusui Shijie, relawan yang bertugas di bagian absensi. Dengan polos para xiao pu sa tersipu malu dan menyapa "Zao an (selamat pagi) shiqu." Di pembelajaran kelas budi pekerti pada tahun ini ada sesuatu yang berbeda, setiap xiao pu sa yang memberi greeting - Salam Selamat Pagi, maka mereka akan diberi sticker bulat bergambar senyumanyang langsung ditempelkan di baju mereka. Sticker senyum ini senantiasa mengingatkan mereka untuk rajin bertegur sapa tiap bertemu dengan para relawan Tzu Chi  dan melatih mereka untuk murah senyum. 

Tema pembelajaran budi pekerti kali ini adalah tentang Keuletan dan Kegigihan. Kebetulan pada minggu tersebut, saya berkesempatan mengisi sesi cerita yang mengisahkan tentang seorang anak dari Taiwan yang bernama Wei Qi. Pada usia 8 tahun tangan dan kaki Wei Qi harus diamputasi karena sakit.  Kini Wei Qi sudah berusia 14 tahun, walaupun tidak mempunyai jari kaki dan tangan, ia bercita-cita  untuk menjadi penari dan pemain piano. Ia terus berlatih tanpa mengenal lelah. Di saat teman-temannya pergi jalan-jalan usai pulang sekolah, ia dengan tekun belajar piano dan latihan menari.  Perjuangan Wei Qi sunggguh luar biasa, walaupun tidak memiliki anggota tubuh yang lengkap, ia dengan gigih dan rasa percaya diri menunjukkan kepada orang tuanya, dan juga guru bahwa ia memiliki kesungguhan hati  untuk meraih apa yang diinginkannya.

foto   foto

Keterangan :

  • Nathan yang terinspirasi setelah menyaksikan cuplikan kisa Wei Qi (kiri).
  • Cuplikan kisah Wei Qi. walaupun tidak mempunyai jari kaki dan tangan, Wei Qi bercita-cita cita untuk menjadi penari dan pemain piano, ia dengan semangat terus berlatih tanpa mengenal lelah (kanan).

Semangat Wei Qi yang luar biasa ini juga menjadi inspirasi bagi Dewi, ibunda Nathan, salah satu xiao pu sa. Nathan yang telah berusia 6 tahun, menurut Mamanya sangat menikmati kelas budi pekerti.  Bahkan Nathan sempat digoda oleh omanya yang ingin mengajaknya jalan-jalan ke mal kesukaannya, pada waktu yang bersamaan dengan kelas budi pekerti. Tetapi Nathan dengan tegas menolak ajakan tersebut. “Pho pho (panggilan oma dalam bahasa Mandarin), nanti aja setelah selesai ikut kelas qin zi ban, baru kita ke Mal,” ujar Nathan. Dari  kisah Wei Qi dan juga cerita tentang anak yang kurang beruntung lainnya membuat Nathan lebih semangat untuk belajar. “Than-Than (panggilan kecil untuk Nathan) harus lebih rajin lagi ya Ma, karena punya tangan yang lengkap, yang tidak punya tangan aja mereka mau usaha ya,” celoteh Nathan. Walaupun masih berusia anak-anak, Nathan dengan kepolosannya telah menunjukkan semangat yang tinggi untuk belajar.

Belajar dari Kata Perenungan
Suasana kelas budi pekerti  pada hari itu makin ramai, pada saat xiao pu sa dipandu oleh Elly dan Jusui untuk membuat topi dari bahan kertas Origami. Setelah selesai mengikuti  instruksi, mereka dengan bangga menunjukkan hasil karya mereka. Ada juga xiao pu sa yang tidak begitu mahir melipat kertas origami tersebut, namun para duifu mama dengan sabar mengajari mereka cara membuatnya.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 lebih,  relawan dengan sigap mengambil microphone untuk memberikan pembelajaran budi pekerti melalui kata Perenungan dari Master Cheng Yen dan mengajak para xiao pu sa untuk melafalkan sama-sama; “Dalam belajar harus memiliki semangat seekor anak burung terbang, tidak takut jatuh, tidak takut kalah, berusaha hingga berhasil.”  Dengan suara yang lantang para xiao pu sa pun turut membaca nya bersama-sama.  Sesi penutup ini semoga bisa juga memberi inspirasi kepada para xiao pu sa tatkala mereka mengalami kesulitan dalam hal belajar atau masalah apapun.  Semoga para xiao pu sa kelak memiliki daya juang, keuletan dan kegigihan dalam meraih apa yang mereka inginkan,  di tengah era modernisasi saat ini, yang mana nilai-nilai tersebut  kadang terabaikan dan lebih mementingkan hasil langsung.

  
 

Artikel Terkait

Silaturahmi dengan Warga Kampung Belakang

Silaturahmi dengan Warga Kampung Belakang

31 Agustus 2009 Sabtu, 29 Agustus 2009, sebanyak 54 warga kampung belakang telah berkumpul di Sasana Krida Karang Taruna, Kelurahan Kamal, Jakarta Barat. Kehadiran mereka pada sore itu adalah untuk mengikuti kegiatan doa bersama dan penyerahan dana bagi korban bencana alam di Taiwan.
Bakti untuk Mama

Bakti untuk Mama

18 Maret 2009 Sejak bergabung di Tzu Chi, sedikitnya mereka telah mengikuti tiga kegiatan sosial Tzu Chi: penanaman pohon mangrove, pemilahan daur ulang, dan penempelan kata perenungan. Keteguhan hati, kasih sayang, dan pengorbanan Alex kepada orangtuanya patut untuk dijadikan contoh.
Training 4 in 1

Training 4 in 1

03 September 2010 Selama dua hari, Sabtu dan Minggu (28 -29 Agustus 2010), Aula Lantai 3 RSKB Cinta Kasih dipenuhi oleh para relawan fungsional 4 in 1 dari berbagai kota. Dua sesi pelatihan 4 in 1 pun terbagi atas dua bahasa.
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -