Menanamkan Nilai Budi Pekerti Pada Anak Usia Dini
Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Pusat) , Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Pusat)Pertemuan kedua kelas
Qing Zhe Ban Kecil, diawali dengan melafalkan kata
Perenungan Master Cheng Yen. Yang menjadi salah satu tema yang diusung di bulan
Maret 2019 ini adalah bersikap sopan santun.
Moral dan nilai budi pekerti harus diajarkan dan diletakkan paling dasar pada pertumbuhan anak usia dini. Ini akan menjadi benteng perlindungan yang kuat bagi anak-anak ketika mereka mulai bersentuhan dengan dunia luar, pergaulan, dan paparan teknologi. Semua ini harus menjadi perhatian dan komunikasi antar orangtua dengan anak.
Memasuki pekan kedua di bulan Maret 2019, tepatnya 10 Maret 2019, komunitas He Qi Utara 2 kembali mengadakan kelas budi pekerti Tzu Chi, yang dilaksanakan di ruang Fu Hui Ting, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara. Kelas budi pekerti ini diawali dengan melakukan pradaksina, bertujuan untuk melatih konsentrasi sebelum melaksanakan suatu aktifitas.
Beberapa anak-anak Qing Zhe Ban Kecil, dibantu relawan DaAi Mama, untuk menulis pin yin (coretan tulisan Mandarin) di atas buku tulis mereka.
Di kelas Qing Zhe Ban Kecil, sebanyak 24 anak-anak ditemani orang tua dari anak-anak budi pekerti bersama 16 insan Tzu Chi memasuki ruang kaligrafi Gan En Lou, Tzu Chi Center. Mereka mengikuti pendidikan kehidupan tentang mematuhi peraturan, dengan tujuan agar anak-anak bisa menyapa orang tua dan guru (tanpa disuruh), serta anak-anak bisa bersikap sopan santun.
Bersikap Sopan Santun
Sementara pertemuan kedua, kelas Qing Zhe Ban Kecil, diawali dengan melafalkan Kata Perenungan Master Cheng Yen ‘Cara menjadi seorang anak yang baik adalah dengan bersopan santun (You li cai you li, zuo ren de dao li you li jie biao da).’ Kata Perenungan Master inilah yang menjadi salah satu tema yang diusung di bulan Maret 2019, adalah bersikap sopan santun.
Selain melafalkan Kata Perenungan dalam bahasa Indonesia, anak-anak Qing Zhe Ban Kecil belajar melafalkannya dalam Bahasa Mandarin. Mereka juga menuangkannya dalam bentuk tulisan agar anak-anak bisa belajar kembali di rumah nantinya dengan dibantu orang tua mereka yang hadir saat itu.
Keiya Xirtulie Japarto, walau mengalami kesulitan dalam memperagakan isyarat tangan lagu Xin Xing, namun ia senang ada relawan DaAi Mama yang mau mengajarinya.
Beberapa anak-anak Qing Zhe Ban Kecil, sudah fasih berbahasa Mandarin, sehingga mereka tidak mengalami kesulitan untuk mengukir tulisan Mandarin di atas buku mereka. Namun ada beberapa di antara anak-anak harus dibantu relawan DaAi Mama, untuk menulis pin yin (coretan tulisan Mandarin) di atas buku tulis mereka.
Keisya Xirtulie Japarto (8) tidak mengalami kesulitan untuk menulis pin yin Mandarin. Ia bercerita sejak umur 6 tahun silam, ketika masih kelas Taman Kanak-Kanak A (TK A), ia sudah mendapatkan pendidikan bahasa Mandarin di salah satu sekolah informal. Lim Ai Ru, salah satu relawan komite senior di komunitas He Qi Utara 2, yang juga koordinator Kelas Budi Pekerti Tzu Chi, memuji tulisan Mandarin Keiya, sapaan akrabnya. Selain rapi, Ai Ru juga memuji coretan tulisannya sangat jelas.
Selain belajar melafalkan bahasa Mandarin melalui kata Perenungan, yang juga dituangkan dalam tulisan, anak-anak Qing Zhe Ban Kecil juga menuangkan bahasa Mandarin dalam bahasa isyarat tangan. Di bulan Maret ini, selain belajar kembali lagu ‘Kuai Le De Peng You (Teman yang Berbahagia)’ yang menjadi lagu wajib mereka selama kelas Qing Zhe Ban Kecil berlangsung, Anak-anak Qing Zhe Ban Kecil juga belajar lagu isyarat tangan ‘Xin Xing (Hati Bintang)’. Lagu Xin Xing akan diperagakan di Kamp Penutupan Qing Zhe Ban di bulan November 2019 nantinya.
Hendrik Ken Tanto senang bisa mendapatkan pendidikan Mandarin di Kelas Budi Pekerti Tzu Chi tahun ini.
Walau lagu Xin Xing, sangat pendek, namun memiliki arti yang sangat menyentuh hati. “Yang paling indah di langit adalah bintang-bintang. Hal terindah di dunia adalah kehangatan. Bintang-bintang di langit berkelap kelip. Kehangatan dunia menyentuh manusia.” adalah arti dari kutipan lagu Xin Xing. Umi, salah satu insan komite He Qi Utara 2, memberikan penjelasan singkat dari lagu Xin Xing.
“Cinta kasih dan kasih sayang orang tua terhadap anak adalah tulus, murni dan indah. Cinta kasih orang tua penuh kehangatan. Berharap anak-anak juga memiliki cinta kasih terhadap sesama, dan teman, saling membantu dan menyayangi satu dengan lainnya,” imbuh Umi.
Arti Sopan Santun
Kata sopan santun, sering diucapkan, namun untuk anak-anak Qing Zhe Ban Kecil, yang masih berusia dini, perlu diberikan pengarahan arti dari kata sopan santun. Oleh karena itu, kelas Qing Zhe Ban Kecil disuguhkan sebuah video petualangan Xiao Li Zi yang berjudul Penuh Tata Krama. Menceritakan tentang kelakuan Xiao Li Zi tidak sopan terhadap teman-temannya, saat sedang bermain petak umpet, Xiao Li Zi langsung pulang tanpa memberitahukan kepada teman-temannya sehingga teman-temannya marah dan tidak mau berteman dengan Xiao Li Zi.
Umi
(paling kiri), salah satu insan komite He
Qi Utara 2, memberikan penjelasan singkat dari lagu Xin Xing.
Dalam video petualangan Xiao Li Zi ‘Penuh Tata Krama’ mengandung arti tentang memperhatikan perasaan orang lain, pengetahuan tentang tata karma, bersopan santun dan rasa hormat kepada orangtua. Ada pula bahwa ucapan yang sopan belum bisa disebut sopan santun yang sebenarnya bila tidak dilakukan dengan bersungguh hati. Di petualangan Xiao Li Zi, juga mengajarkan kita tentang tiga hal penting yang harus dilakukan di dunia ini. Please (tolong), thanks (terima kasih), dan sorry (maaf). Tiga kata ini terkesan sangat mudah diucapkan, namun sangat sulit dalam mempraktikkannya. Setiap perbuatan haruslah berasal dari hati yang tulus.
“Bagaimana cara meminta bantuan dengan mengucapkan kata ‘tolong’ ? Setelah kita mendapatkan bantuan, kita harus mengucapkan kata ‘terima kasih’. Bila kita melakukan suatu kesalahan, kita harus mengucapkan kata ‘maaf’ dari hati yang paling dalam,” jelas Antonie, relawan abu putih komunitas He Qi Utara 2.
Hal yang sama juga telah dilakukan Keisya Xirtulie Japarto pada orang tua, adik dan teman sekolah. “Berbuat salah harus minta maaf. Meminjam barang harus bilang terima kasih. Bila minta bantuan bilang tolong,” tambah Keisya (8), tahun 2019 ikut kelas budi pekerti Tzu Chi.
Kata
sopan santun, sering diucapkan, namun untuk anak-anak Qing Zhe Ban Kecil, yang masih berusia dini, perlu diberikan
pengarahan arti dari kata sopan santun. Oleh karena itu, kelas Qing Zhe Ban Kecil disuguhkan sebuah
video petualangan Xiao Li Zi yang berjudul Penuh Tata Krama, dipandu oleh
Antonie, relawan Abu Putih, komunitas He Qi
Utara 2.
Pengertian kata ‘sopan santun’, juga telah diterapkan di sekolah maupun di rumah. “Berteman, mendengarkan guru dan membantu teman mengerjakan tugas sekolah.” kata Hendrik Ken Tanto (8).
Demikian di rumah, bila mama Kendrik, panggilan akrabnya, sakit, biasanya Kendrik berbagi pekerjaan rumah dengan abang tertuanya. “Mencuci piring, dan mencuci baju mami papi, baju koko dan baju Kendrik sendiri,” tambah Kendrik, siswa kelas 3, yang sering mendapat rangking keempat. Kendrik juga menambahkan di video petualangan Xiao Li Ze, Kendrik berharap Xiao Li Zi bisa menjadi orang yang lebih sopan terhadap orangtua dan teman.
Editor: Khusnul Khotimah
Artikel Terkait
Menyalakan Kembali Semangat Cinta Kasih
18 Januari 2017Kelas budi pekerti kembali dibuka pendaftaran lagi untuk komunitas Kelapa Gading pada tahun 2017 ini. Relawan mengadakan sosialisasi dan pengenalan tentang kelas budi pekerti Tzu Chi kepada orang tua murid pada tanggal 8 Januari 2017.
Pendidikan karakter Kelas Budi Pekerti
04 Oktober 2021Relawan Tzu Chi komunitas He qi Utara 2 mengadakan kelas budi pekerti (Qin Zi Ban) pada Minggu, 26 September 2021. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring (zoom/online) karena masih dalam situasi pandemi Covid 19.