Menanamkan Sifat Murah Hati pada Anak-anak
Jurnalis : Yogie Prasetyo (Tzu Chi Tj Balai Karimun), Fotografer : Calvin, Abdul Rahim (Tzu Chi Tj Balai Karimun)Sebanyak 54 anak didampingi
orang tua mereka mengikuti kelas ini.
Setiap orang memiliki sifat baik, tetapi tidak semua orang dapat mengembangkan sifat baiknya, jika tidak ada niat untuk melakukannya. Itulah salah satu inti materi yang diajarkan dalam Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Tanjung Balai Karimun, Minggu, 8 September 2019.
Kegiatan rutin kelas budi pekerti (Xiao Tai Yang), memang hanya sebulan sekali diadakan. Namun jangan salah, antusiasme anak-anak mengikuti kelas ini sangat terlihat. Kali ini ada 54 siswa-siswi yang hadir.
Tepat pukul 09.00 WIB, kelas pun diawali dengan penghormatan kepada Master Cheng Yen dan dilanjutkan dengan penempelan Kata Perenungan Master Cheng Yen yang berbunyi "Berdana bukan hak orang kaya, namun merupakan wujud persembahan kasih sayang yang tulus."
“Murah hati sama halnya dengan suka menolong, suka memberi dan tidak pelit,” jelas Yogie, pemateri pada kelas budi pekerti pekan itu.
Murah hati juga bisa diartikan sebagai berdana, dengan obyek orang yang membutuhkan. Begitu yang dijelaskan Yogie.
Anak-anak didampingi Yogie
Papa belajar membuat lampion.
“Murah hati juga bisa diartikan sebagai berdana, dengan obyek orang yang membutuhkan,” imbuhnya. Memberi tidak hanya dengan uang, tetapi juga bisa dengan tenaga, nasihat, memaafkan dan memberi rasa aman, karena sesama makhluk hidup layaknya saling menolong.
Dalam hal ini, ia juga menjelaskan bahwa di Tzu Chi ada celengan bambu, untuk kita berdana dan melatih kemurahan hati dalam mengikis keserakahan. Setiap hari sisihkan uang jajan Rp 500 atau bahkan Rp 100 untuk dimasukkan dalam celengan sambil berdoa dalam hati semoga semua makhluk berbahagia.
Bennedict (11) tahu manfaat berdana sangatlah baik baginya tapi ia masih belum menjadikan ini sebagai rutinitasnya setiap hari. Setelah mengikuti kegiatan ini ia pun akan berusaha menjadikan berdana sebagai rutinitasnya setiap hari.
Setelah mengikuti kegiatan ini, Bennedict akan berusaha menjadikan berdana sebagai rutinitasnya setiap hari.
Ryan jadi paham bahwa semua
orang harus saling membantu.
“Berdana tidak boleh ragu, harus dengan tulus. Jika berdana kita akan dapat manfaat seperti mengikis keserakahan, kebencian. Di rumah saya juga ada celengan bambu tapi kadang-kadang saja saya masukkan koin, tidak setiap hari. Tapi mulai hari ini setelah sampai rumah saya mau masukkan koin ke celengan. Nanti uangnya mau kasih orang yang membutuhkan,” jelas Bennedict yang baru menginjak kelas 6 SD ini.
Ryan (11) juga senada dengan Bennedict. “kita harus saling membantu dan memberi kasih sayang kepada orang yang membutuhkan,” ungkapnya.
Melakukan kebaikan tidak mengenal usia dan derajat seseorang. Selagi bisa dan mampu melakukan saat ini, maka lakukanlah. Kebaikan yang kita lakukan suatu saat pasti akan kembali pada diri kita.
Siswa-siswi berfoto bersama
setelah selesai membuat lampion.
Sementara itu di kelas lainnya yakni kelas bawah, Rini Mama selaku pembawa materi menjelaskan materi tentang murah hati, sifat yang suka menolong, suka memberi, dan suka senyum. Rini Mama memberikan satu contoh sifat murah hati dengan berdana, yakni dalam berdana jangan ada rasa ragu-ragu, sekiranya ingin berdana langsung saja berdana, dan jangan ada rasa menyesal dalam berdana, kita harus menanamkan rasa ikhlas. Ia juga memberitahukan kepada siswa-siswi jika ingin berdana jangan meminta uang kepada orang tua, tetapi sisihkan dari uang jajan sendiri.
"Kalau meminta dari orang tua itu berarti orang tua yang berdana," jelas dari Rini Mama.
Pada kegiatan kali ini siswa-siswi kelas atas dan bawah juga diajarkan salah satu kerajinan tangan membuat lampion supaya mereka tidak membeli lampion saat merayakan Kue Bulan.
Editor: Khusnul Khotimah
Artikel Terkait
Penutupan Tahun Ajaran Kelas Budi Pekerti
20 Juni 2016Krayon Kehidupan
15 November 2018Krayon Kehidupan diangkat menjadi tema dalam penutupan Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan, Minggu 11 November 2018. Sebanyak 58 Xiao Pu Sa kelas lanjutan, serta 21 Xiao Pu Sa kelas baru hadir dalam penutupan kelas ini. Tak ketinggalan para orang tua juga hadir menyaksikan anak-anak mereka tampil dalam acara ini.
Penutupan Kelas Budi Pekerti Er Tong Ban
04 Oktober 2016Anak-anak Kelas Budi Pekerti Er Tong Ban menutup tahun dengan keceriaan. Mereka berpacu, saling bekerja sama dalam sebuah permainan yang menantang namun mengandung pesan moral.