Tim dokter Tzu Chi Hospital bersiap melakukan operasi distraction osteogenesis mandibula pada Abidzar Akbar.
Keberadaan Tzu Chi Hospital telah memberikan harapan dan menjadi jalan keluar untuk banyak kasus penyakit yang umum maupun langka sekalipun. Yang terbaru adalah kisah dari Abidzar Akbar, pasien anak berusia 4 tahun baru saja melalui tindakan operasi pemasangan distraktor di Tzu Chi Hospital, akhir pekan lalu 12 Oktober 2024.
Abidzar atau Abi, panggilan akrabnya, menderita penyakit hipoplasia mandibula yang ditandai dengan rahang bawah yang kurang berkembang). Penyakit ini terbilang ada, tapi jarang ditemukan hingga masuk dalam kategori langka. Drg. Henri Mudjono Sp.BM, Dokter Gigi spesialis Bedah Mulut di Tzu Chi Hospital menuturkan prevalensinya mungkin satu dari 14.000 kelahiran.
Lebih lanjut drg. Henri menjelaskan, selain masalah estetik pada wajah, kondisi sindrom yang berpengaruh pada terhentinya pertumbuhan rahang bawah ini berdampak pada kemampuan manusia dalam mengunyah makanan. Seperti Abi, selama dua tahun awal hidupnya hanya mengonsumsi makanan melalui selang NGT. Setelah dirasa siap betul, Abi baru dikenalkan dengan makanan lunak dan hingga sekarang masih kesulitan mengonsumsi makanan keluarga.
Drg. Henri Mudjono Sp.BM, Dokter Gigi spesialis Bedah Mulut di Tzu Chi Hospital memeriksa kondisi rahang, gigi, dan area mulut Abidzar pada awal pemeriksaan.
Dokter menambahkan, kondisi rahang bawah yang sangat kecil memang menyebabkan pasien kesulitan untuk mengunyah karena gigitan antara gigi rahang atas dan bawah tidak bertemu sehingga sangat berimbas pada asupan gizi dan makanan.
Dengan berbagai kondisi tersebut, Abi diharuskan untuk melakukan tindakan pemasangan distraktor. Distraktor sendiri adalah alat yang digunakan untuk pemanjangan atau pemindahan tulang guna memperbaiki defisiensi bawaan atau cacat, salah satunya yang terjadi pada mandibula (rahang bawah). Pemasangan distraktor ini nantinya memungkinkan pembentukan tulang baru dan adaptasi jaringan lunak secara bertahap.
Melalui operasi ini, tim dokter berusaha membentuk struktur yang jauh lebih baik hingga nantinya Abi bisa memperoleh gigitan yang pas dan bisa makan seperti anak-anak normal lainnya, sehingga bisa mengejar ketinggalan berat badannya.
“Dengan tindakan ini, kami berusaha merangsang pertumbuhan rahang bawahnya supaya bisa mengejar pertumbuhan rahang atasnya,” ucap drg. Henri.
Kondisi Abidzar sebelum menjalani operasi. Abidzar menderita penyakit langka hipoplasia mandibula, yakni cacat lahir yang ditandai dengan rahang bawah yang kurang berkembang.
Setelah operasi yang bernama distraction osteogenesis mandibula itu dilakukan, selama 30 hari ke depan sejak pengaktifannya pada 16 Oktober 2024, sekrup yang ada pada alat distraktor itu akan diputar sebesar satu millimeter setiap harinya hingga mencapai angka yang ditentukan oleh dokter. Pada Abi, akan mencapai tiga sentimeter, menyesuaikan panjang rahang anak seusianya saat ini. Selanjutnya, diharapkan tulang baru akan tumbuh dengan sempurna dan mengikuti pertumbuhan anak nantinya.
Empat Tahun Berjuang Berbekal Angan
Tindakan ini menjadi satu langkah besar yang sudah lama ditunggu semua keluarga, termasuk relawan Tzu Chi Medan yang sudah sejak 4 tahun lalu mendampingi Abidzar.
“Saya merasa keluarga ini sangat luar biasa, karena melihat perjuangan Ayah dan Bunda Abi yang sejak awal bertemu Tzu Chi tidak meminta bantuan lain selain untuk mencarikan dokter. Untuk itu kami, Tzu Chi Medan sebisa kami selalu mendampingi untuk mencarikan dokter,” kata Juniaty, relawan pendamping Abidzar. “Sangat bersyukur karena jodohnya ada di Tzu Chi Hospital,” imbuh relawan komite Tzu Chi Medan ini.
Rasa syukur keluarga pun amat besar karena sejauh mereka mencari, akhirnya bisa bertemu dengan pengobatan yang tepat untuk anak kedua mereka. Nazaruddin, ayah Abi menuturkan kebahagiaan yang tak terkira karena penantian selama 4 tahun ini akhirnya terjawab. “Alhamdulilah kami sangat bersyukur dan mengucapkan banyak terima kasih,” kata Nazaruddin menyiratkan haru.
Juniaty, relawan Tzu Chi Medan pendamping Abidzar dan keluarganya hadir menemani sebelum operasi dilakukan.
Sejak Abi berusia empat bulan (tahun 2020), Nazaruddin dan Erni Lestari Handayani (ibu dari Abi) sudah mengenal Tzu Chi. Mereka membawa kisah yang tidak biasa hingga relawan Tzu Chi Medan langsung memberikan sandaran, dua hari setelah pengajuan bantuan dilakukan.
Sejauh cerita mereka, masa pandemi kala itu memberikan kendala yang besar, baik dari akses untuk pemeriksaan hingga konsultasi medis. Di sisi lain, perekonomian keluarga kecil ini sempat goyah karena sang tulang punggung keluarga mengalami pemutusan kerja.
Sebelum mengenal Tzu Chi, Nazaruddin dan Erni mengaku sempat merasa putus asa karena rumah sakit di Medan sudah tak sanggup dan menyarankan keluarga untuk melanjutkan pengobatan ke Jakarta. “Tapi sarannya tanpa kejelasan kami harus pergi ke mana, ke bagian apa, jadi kami buta arah,” kenang Erni.
Dari masa itu, mereka mencoba berhenti dan menenangkan hati untuk mencari jalan keluar. Saudaranya lah yang kemudian memperkenalkannya ke Tzu Chi hingga memperoleh pendampingan yang berarti. Walaupun tak kunjung ada kabar yang melegakan, namun pendampingan relawan selalu membawa kebahagiaan karena perhatian yang tulus terus berjalan.
Tak hanya Juniaty, relawan Tzu Chi Medan lainnya juga hadir untuk memberikan semangat, kekuatan, dan dukungan kepada pihak keluarga.
Selama masa pencarian itu pula, berbagai konsultasi ke macam-macam rumah sakit sudah tak bisa dihitung jumlahnya. Kegiatan medis yang ada di Medan, juga kerap meraka ikuti demi mencari informasi dokter yang mumpuni dan mampu membantu sang anak. “Pernah lho ada dokter dari Belanda, beliau bedah plastik, ada kegiatan di Medan waktu itu, kami datangi dan tanya langsung. Tapi memang beliau bilang ini harus ke spesialis bedah mulut,” cerita Erni.
Sempat pula ada dokter dari India yang menyatakan bisa mengobati Abi, tapi banyak hal yang perlu dipersiapkan mulai dari bahasa hingga akomodasi yang jauh lebih besar. Relawan pun mencari opsi lain lagi.
“Awalnya kami pikir, pokoknya kalau sudah ketemu dokter, sudah langsung bisa ada tindakan. Ternyata tidak semudah itu. Banyak juga tahapannya dan ternyata alatnya tidak ada. Mau bagaimana? Lalu karena belum menemukan titik terang, akhirnya sempat tuh kasus Abi ditutup. Tapi walaupun ditutup, relawan Tzu Chi terus mencari jalan keluar dan solusi lain,” terang Nazaruddin.
“Makanya setelah penantian 4 tahun, relawan Tzu Chi mengajak kami untuk mencoba konsultasi ke Tzu Chi Hospital. Alhamdulilah ada jodoh. Dari sekian lama kami berusaha, diberi jodoh sama Tzu Chi. Tzu Chi lah yang sampai sekarang mendampingi kami, membantu anak kami bisa dioperasi,” lanjut Nazaruddin tersentuh.
Semangat yang Menular
Selama proses pengobatan Abi di Tzu Chi Hospital, relawan Tzu Chi Medan juga terus memberikan pendampingan. Sejak tiga pekan sebelum operasi dilakukan, relawan Tzu Chi Medan mengantar dan membimbing orang tua Abi di Jakarta. Saat proses operasi pun demikian, mereka kembali datang untuk memberikan semangat dan menemani orang tua Abi.
Drg. Henri Mudjono Sp.BM, Dokter Gigi spesialis Bedah Mulut di Tzu Chi Hospital (ketiga dari kiri) dan tim dokter menyapa keluarga sebelum operasi dilakukan.
Selama proses operasi yang dilakukan kurang lebih 3 hingga 4 jam, relawan Tzu Chi Medan ikut menunggu seluruh prosesnya dan menemani keluarga Abidzar.
Juniaty menuturkan, niat relawan sejak awal adalah untuk memberikan pendampingan, untuk itu mereka pun hadir langsung untuk datang mendampingi. Apalagi melihat perjuangan Abi dan orang tuanya yang sangat keras, relawan Tzu Chi Medan tentu merasa tergerak untuk terus hadir di berbagai momen penting mereka.
“Ini adalah satu dukungan dan kekuatan untuk orang tuanya karena kami pun merasakan bagaimana menjadi orang tua Abi. Terutama ibu ya, pasti berat mengantarkan anak masuk ruang operasi. Itu sudah menjadi satu bayangan yang mungkin ditakuti. Makanya kami datang menemani memberikan semangat,” ungkap Juniaty.
Relawan berkaca pada semangat dan keceriaan Abi yang selama ini terus tercermin dari kesehariannya. Itulah yang mereka bawa untuk kembali dibagikan kepada orang tua Abi.
Menunggu Abi Kembali Ceria
Kini, melihat operasi yang dengan lancar dilakukan dan kondisi Abi yang kian hari kian membaik, membuat lelah kedua orang tua mereka seperti hilang begitu saja. Mereka merasa tak sia-sia menanti selama empat tahun lamanya untuk tindakan yang istimewa ini.
Nazaruddin berharap setelah menjalani pengobatan yang panjang ini, anak laki-lakinya itu bisa makan dengan normal dan bersosialisasi dengan baik. Ia juga ingin anaknya bisa menjadi orang yang bermanfaat untuk masyarakat banyak, juga bisa berbagi seperti yang dilakukan oleh Tzu Chi kepada orang banyak.
Empat hari pascaoperasi, dokter mengaktifkan distraktor yang telah dipasang di rahang bawah Abidzar. Nantinya alat ini harus diputar sebesar satu millimeter setiap harinya hingga 30 hari dan mencapai angka yang telah ditentukan oleh dokter.
Relawan pendamping di Tzu Chi Hospital menjenguk dan melihat keadaan Abidzar pascaoperasi. Untuk menghibur anak empat tahun itu, para relawan membawakan boneka besar sebagai hadiah keberaniannya menghadapi operasi besar.
“Semoga dia jadi anak yang sabar dan senang berbagi, seperti yang diberikan dan diajarkan oleh relawan Tzu Chi kepada kami,” doa Nazaruddin. “Mereka sangat betul-betul, mereka membantu itu tulus. Dari segi materi, tenaga, makanya saya nggak berhenti. Saya nggak berhenti mengucapkan terima kasih kepada relawan Tzu Chi yang banyak membantu sampai Abi ini bisa menjalankan operasi ini di sini. Mereka tanpa pamrih, tanpa memandang suku, agama, mereka tetap membantu tanpa pilh kasih,” lanjut ayah tiga anak ini.
“Semoga Abi juga nanti tidak memandang rendah orang lain ya,” imbuh ibunya. Hal ini diungkapkan karena Erni ingin berterima kasih kepada kerabat, saudara, maupun tetangga yang terus memberikan dukungan. Walaupun sempat down karena banyak yang tidak tahu dan menganggap Abi aneh, tapi seiring berjalannya waktu, semuanya tetap menerima dengan penuh kasih serta memperlakukan Abi dengan baik.
Juniaty juga membubuhkan doa terbaik untuk Abi dan keluarga. Semangat dan keceriaan yang dibawa oleh Abi tak lama lagi akan pulih kembali pascaoperasi. “Semoga semua tekad dan niat baik bisa terwujud dan membawa Abi serta keluarganya menjalani keseharian dengan lebih indah,” harap Juniaty.
Editor: Arimami Suryo A.