Mencerahkan dalam Kebersamaan

Jurnalis : Cindy Kusuma, Fotografer : Cindy Kusuma
 
 

foto
Lebih dari 50 relawan pria berlatih keras membentuk formasi kapal, membawa sang Mahabhiksu Jian Zhen menyebrangi lautan.

Sekali mengucapkan ikrar, tidak ada kata mundur meski berbagai tantangan menghadang. Itulah semangat Mahabhiksu Jian Zhen dalam melakukan perjalanan mengarungi lautan yang ganas hingga akhirnya mencapai tujuan. Semangat inilah yang ditiru oleh para relawan Tzu Chi yang bergabung dalam formasi kapal “Xing Yuan”. Tantangan fisik, keterbatasan waktu, lanjutnya usia, dan sebagainya tidak menyurutkan niat para relawan dalam berlatih.

 

Pada momen yang semakin mendekati hari yang ditunggu-tunggu, komitmen dan kesungguhan hati para peserta semakin diuji. 30 September 2012, tujuh hari sebelum peresmian Aula Jing Si, para Bodhisatwa pemeran Xing Yuan berkumpul di Jiang Jing Tang (Auditorium Pembabaran Sutra) untuk berlatih dan menyempurnakan gerakan.

You Xin Jiu Bu Nan (Ada Niat, Maka Tidak Terasa Sulit)
Seperti yang diungkapkan oleh pelatih, Andy Wang Shixiong, salah satu tantangan terbesar selama keseluruhan proses latihan adalah usia dari beberapa pemain yang sudah tidak muda lagi, bahkan ada yang sudah berusia lebih dari setengah abad. Padahal, pementasan ini mempunyai tuntutan fisik yang cukup tinggi. “Dengan kondisi usia mereka yang cukup tinggi, mereka tetap optimis. Seperti kata Master, ‘mencerahkan dalam kebersamaan’. Setiap orang dalam kelompok punya kekuatan masing-masing. Satu orang bisa menginspirasi dan memotivasi yang lainnya.”

Dua bulan silam ketika baru mulai berlatih, tak dipungkiri ada yang mengeluhkan gerakan fisik yang menantang, terutama gerakan “menyeret” kapal, “Ada yang bilang lutut sudah nggak kuat seret-seret. Tapi demi kebersamaan, mereka mau saling berkorban. Saat bersumbangsih ini mereka ikut bersukacita. Bahkan ada relawan lain yang melihat dan ingin ikut bergabung,” kata Andy.

foto  foto

Keterangan :

  • Para relawan memanfaatkan setiap sarana dan kesempatan yang ada untuk menyempurnakan formasi (kiri).
  • Keterbatasan tidak menghambat Julisman (ketiga dari kiri) turut serta dalam rangkaian acara peresmian. Begitu pula dengan Hendro Wiyogo (paling kanan), yang giat berlatih di sela-sela kesibukan kerjanya. (kanan).

Lain halnya dengan Julisman, kata sulit tidak ditemukan dalam kamusnya. Relawan muda ini mempunyai tantangan tersendiri dalam tugas ini karena kemampuan mendengar dan berbicaranya sangatlah minim, tapi ia tidak merasa sulit mengemban tanggung jawab ini. Alhasil, ketika dalam formasi Xing Yuan, Julisman tidak tampak berbeda dengan relawan lain. Saat rehat, terlihat Julisman dan Lili, sang ibunda berlatih isyarat tangan berdampingan. Lili, mengungkapkan bahwa isyarat tangan adalah kegiatan Tzu Chi favoritnya, “Kalau shou yu (isyarat tangan), dia lebih jago dari saya. Bahkan dia yang ngajarin saya,” ujarnya bangga. “Sebenarnya dia masih ingin ikut pementasan shou yu yang satu lagi, tapi diminta untuk tidak merangkap, makanya dia ikut yang Xing Yuan,” tambah Lili.

Komitmen pada Tanggung Jawab
“Keindahan kelompok terletak pada pembinaan diri masing-masing individunya”. Kata perenungan Master Cheng Yen ini terealisasi pada pertunjukkan “Xing Yuan” kali ini. Karena tuntutan pekerjaan, Hendro Wiyogo harus banyak melakukan perjalanan bisnis ke luar kota maupun luar negeri sehingga membuatnya tidak sempat latihan bersama. Meski demikian, di tengah-tengah kesibukannya, ia tetap meluangkan waktunya untuk berlatih sendiri, “Saya atur-atur waktu agar bisa latihan, pagi hari saya latihan dulu di rumah. Akhirnya, belajar sedikit demi sedikit, lama kelamaan jadi kebiasaan.” Ia memikul tanggung jawab ini bukan tanpa alasan, “Demi orang banyak. Kalau kita nggak mau jalan duluan, mungkin orang nggak mau seperti kita,” ujarnya.

Komitmen yang besar juga ditunjukkan oleh Surya yang berperan sebagai Mahabhiksu Jian Zhen. Perannya ini mengharuskannya untuk memangkas habis seluruh rambut di kepalanya, padahal awalnya ia sudah mempunyai rencana untuk mengadakan pemotretan prewedding hanya beberapa hari sesudah acara peresmian. “Kalau foto rambut nggak ada, rasanya lucu juga ya…” Ujarnya sambil tersenyum. “Pertama dari calon shijie (istri) juga sedikit keberatan, tapi kami rundingkan. Kebetulan tanggal foto juga masih bisa diubah.” Pada akhirnya, relawan komite alumni Tzu Ching ini tanpa ragu-ragu memangkas seluruh rambut di kepalanya tanpa tersisa satu helai pun.

foto  foto

Keterangan :

  • Setiap orang yang ikut dalam formasi kapal Xing Yuan wajib untuk memangkas rambutnya sebagai wujud melepaskan kemelekatan (kiri).
  • Surya (tengah), teguh pada komitmennya berperan sebagai Mahabhiksu Jian Zhen, rela mengesampingkan kepentingan pribadinya untuk sementara demi suksesnya acara peresmian Aula Jing Si (kanan).

Pada hari itu pula datang beberapa relawan yang membantu memangkas rambut para pemeran “Xing Yuan”. Terlihat beberapa pemeran yang masih enggan untuk memangkas rambutnya dengan berbagai alasan. Namun, Surya-lah yang menyemangati setiap orang untuk rela dipangkas rambutnya. “Gunting sekali, lepas satu kemelekatan…” serunya kepada sesama pemeran. Saling mendukung satu sama lain akhirnya menyebabkan tidak ada satupun pemeran yang terlewatkan dalam memangkas rambut. Hal ini mengharukan orang-orang yang melihatnya, “Ini adalah he xin (kesatuan hati). Mereka bersedia dipangkas rambutnya tanpa cermin dan dipangkas oleh orang yang tidak dikenal. Ini semua demi kekompakan and keindahan tim,” ujar Andy.
 
Terus Berjuang Sampai Detik Terakhir
Meski formasi sudah terbentuk dan latihan intensif sudah sering dilakukan, para pemain “Xing Yuan” masih terus berjuang untuk mempersembahkan yang terbaik dari yang terbaik. Meski sudah selesai sesi latihan, para pemain memanfaatkan ruang kosong di samping aula untuk berlatih ekstra. Tanpa sound system yang memadai, mereka berlatih mengikuti lagu yang menggema melalui loudspeaker di ponsel, berulang kali tanpa ada kata ‘bosan’, ‘jenuh’, maupun ‘lelah’.

“Dilihat dari teknis, 90% sudah siap untuk pentas. Sisanya tinggal bagaimana supaya bisa benar-benar seirama, sehingga penonton dapat melihat 54 orang ini bagai 1 orang,” kata Andy.

Saat yang dinanti selama bertahun-tahun tinggal tersisa beberapa hari lagi. Maju, maju, maju! Semoga setiap Bodhisatwa yang ambil bagian dalam rangkaian acara peresmian tetap memegang semangat dengan teguh tak tergoyahkan, hingga acara bisa berlangsung dengan lancar dan sempurna. 

  
 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Bersatu Hati Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan

Suara Kasih: Bersatu Hati Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan

29 Juli 2013 Tujuan utama kita adalah semoga melalui proses akreditasi, para pasien di rumah sakit kita bisa merasa lebih aman dan menerima pelayanan yang lebih baik. Inilah tujuan yang paling penting.
Waisak Tzu Chi 2018: Doa Jutaan Insan Untuk Kedamaian dan Keamanan Surabaya

Waisak Tzu Chi 2018: Doa Jutaan Insan Untuk Kedamaian dan Keamanan Surabaya

14 Mei 2018
Kabar duka datang di pagi hari saat relawan Tzu Chi Surabaya mempersiapkan kegiatan Waisak. Di sejumlah titik di Gereja Surabaya terjadi serangan bom yang memporak-porandakan ketenangan warga Surabaya. Dalam prosesi kali ini, insan Tzu Chi menyelipkan sesi berdoa, semoga masyarakat Surabaya, korban dan keluarga yang ditinggalkan bisa ditenteramkan batinnya agar senantiasa damai dan sentosa.
Setiap Tetes Darah Untuk Sesama

Setiap Tetes Darah Untuk Sesama

22 November 2013 Dari setiap tetes darah yang kita donorkan selain bisa memberikan kesempatan hidup kepada mereka yang membutuhkan, juga bermanfaat bagi diri kita sendiri dan merupakan berkah yang tak terhingga bagi kita karena masih mempunyai kesempatan untuk bisa menyumbangkan darah bagi sesama.
Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -