Mencurahkan Kasih Sayang
Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Metta Wulandari |
| ||
Masa-masa di SMP adalah masa belia yang penuh keceriaan. Tapi bagi Ricky sebaliknya, di usia inilah ia harus berusaha keras memulihkan kondisi tubuhnya yang sempat mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan. Ketika duduk di bangku kelas 2 SMP, tepatnya tanggal 6 Desember 2011, Kiki bersama kawan sekolahnya pergi dengan mengendarai sepeda motor di daerah Karanganyar. Ketika motor dikendarai dan melaju di jalan raya, terlihat seseorang menyeberang melintasi jalan tersebut. Bermaksud menghindari sesosok orang penyeberang tersebut, Kiki kemudian terjatuh bersama kawan yang diboncengnya. Teman kiki pun jatuh pingsan, yang oleh Kiki langsung dibawa ke Rumah Sakit Husada. Selang beberapa waktu Kiki merasakan sakit dalam tubuhnya. “Mata Kiki tertup dan merasakan sakit gigi, terus muntah darah 4 kali,” cerita Cun Kuk ibunda Kiki. Gejala awal inilah yang menyebabkan Kiki harus dirawat di rumah sakit selama lebih kurang 2 bulan. Cun Kuk merasa khawatir melihat kondisi anak semata wayangnya. Kiki pun harus di CT-Scan untuk mengetahui sakit yang dirasakan. “Ada pendarahan di kepala Kiki, dokter menyarankan untuk dioperasi malam itu juga,” Ibunda Kiki kembali menuturkan. Setelah berunding dengan keluarga, Kiki menjalani operasinya yang pertama. Selang beberapa waktu, belum terlihat perkembangan pada tubuh Kiki dan dilakukan CT-Scan untuk yang kedua. Hasil CT-Scan yang kedua ini, Kiki harus menjalani operasi yang kedua dengan membuka tempurung lantaran masih ada pendarahan di kepala. Ibunda Kiki merasa berat atas biaya yang harus ditanggung, akhirnya Cun Kuk menggalang bantuan dengan broadcast melalui Blackberry Messenger, hingga akhirnya berjodoh dengan Yayasan Buddha Tzu Chi. Setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit selama 2 bulan, Kiki menjalani operasi yang ketiga yaitu menutup tempurung. Mata kiki sebelah kanan juga mengalami gangguan akibat kecelakaan kala itu. Kiki menjalani masa-masa operasi dan perawatan didampingi seorang ibu yang penuh kasih sayang. Setelah beberapa kali operasi, tubuh Kiki mengalami kelumpuhan pada syarafnya. Kiki tidak berdaya untuk menggerakkan tangan, kaki, dan tubuhnya. Menangis hanya bisa dilakukan oleh Kiki selama berjuang keras melawan sakit yang dirasakannya. Selama perawatan, Kiki tidak pernah bicara sepatah kata pun hingga akhirnya harus merelakan agar lehernya di bolong agar pita suara tidak mengalami kerusakan. Apapun dilakukan ibu Cun Kuk demi kesembuhan anak tercintanya agar bisa kembali menjalani hari-hari seperti sedia kala. “Saya selalu doa Ta Pei Cou terus. Tiap pagi malam saya doa”, uangkap ibu Cun Kuk. Selain itu ibu Cun Kuk juga membuatkan bubur yang diberi ikan gabus setiap hari untuk menu makan Kiki. Selang dua minggu setelah operasi pemasangan tempurung, Kiki di bawa pulang dan menjalani perawatan di rumah bersama ibu tercinta dan saudara sepupunya. Jalinan jodoh Kiki bertemu dengan Yayasan Buddha Tzu Chi berawal dari saran tetangga-tetangga Cun Kuk untuk mengajukan bantuan ke Tzu Chi. Cun Kuk kemudian mengajukan bantuan dengan memberikan berkas-berkas yang dibutuhkan Yayasan Buddha Tzu Chi. Berkat jalinan jodoh yang baik ini, Kiki mendapatkan bantuan pengobatan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Keterangan :
Turut Bersumbangsih Cun Kuk yang sehari-harinya berjualan nasi uduk, bubur, bihun, kwetiaw, kacang ijo, kue-kue, dan lainnya di daerah Pinangsia bekerja keras demi mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Cun Kuk seorang ibu rumah tangga sekaligus sebagai kepala rumah tangga harus bangun tengah malam untuk mempersiapkan barang jualannya dan harus merawat anak satu-satunya dengan penuh kasih sayang tanpa mengeluh sedikitpun. Kiki sudah mulai kembali menjalani hari-harinya di sekolah bersama-sama kawan seumurannya yang sempat terhenti beberapa bulan akibat kecelakaan yang dialaminya. “Ingatan Kiki masih bagus, bisa mengikuti pelajaran dengan baik,” cerita Cun Kuk menirukan penjelasan guru yang mengajar Kiki saat ditanya di sekolah waktu itu. Akibat kecelakaan Kiki juga harus mengikuti ujian kenaikan kelas dengan ujian khusus di rumah. Dengan segala kemampuannya, Kiki tetap melanjutkan sekolahnya di bangku sekolah kelas tiga SMP dengan belajar, menulis sudah mulai lancar dan mengikuti pelajaran dengan baik. Jalinan jodoh Kiki dengan Yayasan Buddha Tzu Chi tidak terhenti setelah tidak mendapat bantuan pengobatan dari Yayasan Buddha Tzu Chi lagi, melainkan dilanjutkan dengan menjalin jodoh melalui celengan bambu. Niat Kiki untuk membantu orang lain yang membutuhkan disampaikan kepada mamanya sehingga ibu Cun Kuk membelikan celengan di pasar. Kiki menyisihkan sebagian uang yang di peroleh dari orang-orang yang menjenguk Kiki ke dalam celengan. Begitu pula Cun Kuk menyisihkan sebagian keuntungan dari hasil jualannya setiap harinya. Kiki juga menunjukkan rasa terima kasih dan rasa sayangnya kepada mama tercinta ibu Cun Kuk sudah merawat dan memberikan kasih sayang kepadanya tanpa kenal lelah. “Mama, terima kasih. Kiki sayang mama,” ungkap Kiki dengan nada sedikit cedal akibat kecelakaan. Tidak hanya melalui kata-kata saja, Kiki pun mencium mama tercintanya. | |||
Artikel Terkait
Pentingnya Kesehatan di Usia Senja
07 Juni 2016Menyadari pentingnya kesehatan di usia senja, insan Tzu Chi komunitas Pusat Grosir Cililitan (PGC) kembali mengundang para pasien lanjut usia dari Dusun 01, 02, dan 03, Karang Baru, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi untuk datang memeriksa kesehatan mereka pada kegiatan follow up kedua penyakit degeneratif.

Meriahnya Bazar Pekan Amal Tzu Chi di Banda Aceh
20 September 2024Tzu Chi Aceh menggelar bazar pekan amal yang menghadirkan 68 stan. Keuntungan dari bazar ini akan digunakan untuk mengadakan Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi dalam rangka memperingati 20 tahun Tsunami Aceh, Desember mendatang.

Wujud Kepedulian Melalui Donor Darah
16 September 2022Relawan Tzu Chi Palembang bekerja sama dengan PMI Kota Palembang mengadakan kegiatan donor darah. Dalam kegiatan ini, relawan berhasil menggalang 47 kantong darah.