Mendalami Ajaran Master Tentang Bulan Tujuh

Jurnalis : Chensuning (Tzu Chi Batam), Fotografer : Chensuning (Tzu Chi Batam), Helen Chua (Tzu Chi Batam)

Para Relawan Tzu Chi mempersembahkan pelita, bunga dan buah-buahan kepada Buddha sedangkan para hadirin bersikap anjali dalam peringatan Bulan Tujuh Penuh Berkah.

Yayasan Buddha Tzu Chi berusaha mengubah pandangan masyarakat Tionghoa yang sering mengidentikkan bulan tujuh dengan kesan suasana yang penuh kesuraman dan ketidak-beruntungan atau disebut dengan Bulan Hantu. Master Cheng Yen mengatakan bahwa adalah tidak benar apabila bulan tujuh adalah bulan yang suram, bulan tujuh adalah bulan bakti, bulan kebajikan, dan bulan penuh berkah karena merupakan akhir dari masa vassa (pengembangan diri para bhiksu). Untuk menyambut bulan baik ini, maka pada tanggal 19 Juli 2014 Tzu Chi Batam mengadakan “Bulan Tujuh Penuh Berkah” untuk memperbaiki pandangan masyarakat.

Tepat pukul 19.15 Wib acara dimulaikan dengan doa bersama dengan diiringi Gatha Pendupaan, para hadirin bersikap anjali sedangkan para relawan berbaris rapi dan jalan berlahan menuju ke altar untuk mempersembahkan pelita, bunga dan buah kepada Buddha. Tahun ini, persembahan pelita dibawakan oleh komisaris kehormatan, persembahan bunga dibawakan oleh relawan biru putih dan persembahan buah dibawakan oleh relawan komite. Setelah proses persembahan, Budi Shixiong dan Mega Shijie selaku MC mengajak para hadirin untuk menyanyikan Gatha Pembuka Sutra, dan dilanjutkan dengan penjelasan tentang bulan tujuh menurut ajaran Buddha. Penjelasan diterjemahkan dalam dua bahasa, yaitu mandarin dari Budi Shixiong dan bahasa indonesia dari Mega Shijie.

Relawan Tzu Chi membawakan drama tentang pembelian barang yang berlebihan, membakar uang kertas, menyembahkan daging dalam sembayang dan perilakunya yang buruk terhadap pembantunya.

Acara Seterusnya, hadirin diajak untuk menonton ceramah Master untuk membangkitkan kebijaksanaan sehingga memiliki pandangan dan pengetahuan benar, mengasihi semua makhluk dengan menjalani pola hidup vegetaris, mengenang asal mula upacara ullambana, mendalami pengetahuan tentang bulan tujuh merupakan bulan penuh berkah dan bulan bakti. Master Cheng Yen berkata, membakar uang kertas akan menghasilkan emisi, asalkan hati kita damai dan tenang. Ada baiknya jika kita bisa memanfaatkan uang tersebut untuk membantu orang yang lebih memerlukan. “Sebelumnya saya percaya pada takhayul, sering membakar uang kertas jika rumah ada yang sakit atau bisnis suami saya memburuk dan memiliki pemikiran jika semakin banyak uang kertas yang saya bakar maka akan banyak juga pendapatan. Akan tetapi, setelah mengikuti Tzu Chi dan mendengar ceramah Master. Saya tahu bahwa bulan tujuh merupakan bulan penuh berkah dan membakar uang kertas juga menyebabkan polusi udara dan sekarang saya walaupun tidak membakar uang kertas, keluarga saya juga harmonis dan sehat, bisnis juga semakin membaik,” sharing Evelyn Shijie.

Acara selanjutnya yaitu drama dari relawan yang menceritakan tentang seorang ibu yang kaya raya suka menghabiskan uang dalam membeli barang berlebihan, membakar uang kertas, sembahyang dengan persembahan daging dan perilakunya yang buruk terhadap pembantunya. Setelah rumahnya didatangi oleh dua orang relawan Tzu Chi dan menjelaskan lebih rinci tentang daur ulang, polusi udara, menghormati makhluk hidup, ajaran sebenarnya tentang bulan tujuh dan menjalin jodoh baik. Akhirnya ibu tersebut merubah pandangannya tentang hal-hal tersebut. Kegembiraan terlihat jelas oleh para hadirin karena tim drama yang tidak lupa untuk membawakan kegembiraan dan aktingnya yang berlebihan sehingga para hadirin tertawa terbahak-bahak.

Selanjutnya diputar kembali ceramah Master Cheng Yen tentang bulan tujuh merupakan bulan bakti, kebajikan dan penuh berkah, seorang dewa menjelma menjadi penggembala demi membimbing keluarganya, anak kecil mengimbau setiap orang untuk bervegetaris, melindungi semua makhluk hidup demi ketentraman hidup manusia. Master Cheng Yen berkata, bervegetarian menyehatkan tubuh dan hati kita juga melindungi bumi. mempersembahkan bunga dan buah kepada para leluhur sebagai bentuk ketulusan kita yang sudah merupakan jasa berkah tak ternilai tanpa harus mengorbankan nyawa seekor makhluk hidup.” Berikutnya yaitu 8  Tzu Ching yang menampilkan isyarat tangan Da Ai De Hai Zi.

Diana Shijie membagikan Nasi Jing si kepada para hadirin sebagai souvenir seusai acara berlangsung.

Sebelum menutup acara, Budi Shixiong sempat mengajak para hadirin untuk berdoa bersama, karena Master sudah sekitar 10 hari tidak Menghirup Harumnya Dharma di Pagi Hari karena sakit. semoga Master cepat sembuh dari sakitnya. Acara diakhiri dengan memberi penghormatan ke Buddha dan setiap hadirin mendapatkan Nasi Jing Si sebagai souvenir.


Artikel Terkait

Memahami Arti dari Bulan Tujuh Penuh Berkah

Memahami Arti dari Bulan Tujuh Penuh Berkah

15 Agustus 2019

Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan kegiatan Kelas Budi Pekerti. Siswa-siswi diberikan materi mengenai Bulan 7 Penuh Berkah agar mereka mengerti maknanya sesuai ajaran Buddha.

Memperingati Bulan Tujuh Penuh Berkah, yang Bertepatan dengan Hari Kemerdekaan RI

Memperingati Bulan Tujuh Penuh Berkah, yang Bertepatan dengan Hari Kemerdekaan RI

18 Agustus 2021
Dalam rangka Bulan Tujuh Penuh Berkah yang bertepatan dengan Hari Kemerdekaan RI, relawan Tzu Chi di Komunitas He Qi Pusat memasak nasi tumpeng mini bernuansa 17 Agustus-an.
Bulan Tujuh Penuh Berkah: Kembali ke Kehidupan yang Sederhana

Bulan Tujuh Penuh Berkah: Kembali ke Kehidupan yang Sederhana

23 Agustus 2015 Isyarat tangan "A Pa Khan Cui Gu" (Ayah menuntun kerbau) yang membuka drama dalam rangkaian acara Bulan Tujuh Penuh Berkah, Minggu 23 Agustus 2015 di Aula Jing Si Lantai 3, Tzu  Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Lagu bernada ceria dan membangkitkan semangat ini dipilih karena sesuai dengan alur drama yaitu seorang petani (kakek) yang menuntun kerbaunya melewati perkebunan yang penuh dengan sawi putih segar serta perkebunan tebu manis yang mengundang liur.
Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -