Mendalami Bab Sifat Luhur dalam Wu Liang Yi Jing
Jurnalis : Riani Purnamasari (He Qi Barat 1), Fotografer : Riani Purnamasari (He Qi Barat 1)Sebanyak 50 peserta
hadir dalam kegiatan bedah buku untuk memaknai Sutra Makna Tanpa Batas di aula
lt. 2, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng.
Esensi Sutra Makna Tanpa Batas menghasilkan semangat ajaran Jing Si dan Mazhab Tzu Chi. Master Cheng Yen berharap agar setiap orang dapat merealisasikan intisari Sutra ke dalam kehidupan sehari-hari dengan mewujudkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin ke dalam tindakan nyata.
Sutra Makna Tanpa Batas adalah sebuah sutra yang sangat sederhana, namun mendalam. Dari satu ajaran melahirkan puluhan ribu ajaran dan puluhan ribu ajaran bersumber dari satu ajaran. Ajaran yang dimaksud adalaha ajaran di dalam hati. Pada Sutra Makna Tanpa Batas ada 3 bab, yaitu Bab Sifat Luhur, Bab Pembabaran Dharma dan Bab Sepuluh Pahala.
Relawan Tzu Chi mempelajari Sutra Makna Tanpa Batas melalui bedah buku. Salah satunya kegiatan bedah buku yang dilakukan pada tanggal 28 Juni 2018. Pada kesempatan ini, relawan membedah Sutra Makna Tanpa Batas dengan dipandu oleh Hok Lay, relawan komite Tzu Chi yang membahas Bab Sifat Luhur. Kegiatan yang berlangsung di aula lt.2, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng ini diikuti oleh 50 orang relawan yang sebagian besar bertempat tinggal di Jakarta Barat dan Tangerang.
Pada Bab ini, bait yang pertama dibahas yaitu Shan Jie Tuo Feng (Membawa Angin Pembebasan), Chu Shi Ren Nao (Melenyapkan Penderitaan Dunia), Zhi Fa Qing Liang (Membawa Kesejukan Dharma), dan Yong Se Wu Ming (Mencerahkan Kegelapan Batin).
Membawa Angin Pembebasan, Melenyapkan Penderitaan Dunia
Kegiatan bedah buku
Sutra Makna Tanpa Batas dipandu oleh Hok Lay, salah satu relawan komite Tzu
Chi.
Pembahasan yang pertama, Hok Lay pun mengibaratkan jika kita bisa membuka pintu Dharma, maka sama seperti saat cuaca sangat panas, lalu kita mengipas-ngipas. Kita akan merasakan embusan angin sejuk yang membuat kita merasa tenang dan damai. Melenyapkan penderitaan dunia dengan membawa angin pembebasan. Jika kita bisa demikian, maka meski sangat panas, kita tetap memiliki cara untuk melenyapkan kerisauan dari dalam hati.
Master Cheng Yen berharap bahwa di dunia Tzu Chi, semua orang memiliki kondisi batin seperti itu, yakni kondisi batin yang hening dan jernih dengan tekad yang luas dan luhur, memiliki semangat untuk membuka pintu nirwana, membawa angin pembebasan, melenyapkan penderitaan dunia, dan membawa kesejukan Dharma. Jika setiap orang telah melakukan itu, Master Cheng Yen yakin bahwa sekarang telah tercipta Tanah Suci Bodhisatwa.
Dalam praktek berkegiatan Tzu Chi, Hok Lay mencontohkan salah seorang relawan yang bernama Suherman. Ketika Suherman menjadi ketua tim pembagian beras, di tengah kompleksitas antara koordinasi dengan aparat maupun petinggi setempat, pembagian tugas antar relawan, hiruk pikuk penerima bantuan yang perlu diperhatikan baik sistem penerimaan maupun proses survei yang mendalam. Di tengah kebisingan, Suherman selalu berusaha menjadi seorang yang penuh kedamaian dan berhasil dalam memberikan setiap solusi pada setiap permasalahan.
“Relawan Suherman ini secara tidak sadar sedang mempraktekkan Dharma dengan membawa angin pembebasan bagi setiap orang, yang bertujuan untuk melenyapkan penderitaan ataupun kesulitan dari semua orang dan semua relawan,” ungkap Hok Lay saat memberikan pemahaman kepada relawan yang hadir.
Membawa Kesejukan Dharma, Mencerahkan Kegelapan Batin
Untuk lebih memaknai, para peserta juga
diajak untuk memperagakan isyarat tangan Sutra Makna Tanpa
Batas.
Selanjutnya, Hok Lay pun menjelaskan bahwa Dharma bagaikan embun dan angin pembebasan, harus terus menerus meresap ke dalam hati baru dapat menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dan melenyapkan noda dan kegelapan batin. Untuk membantu orang agar terbebas dari penderitaan, selain memberi bimbingan yang penuh cinta kasih, juga diperlukan kesabaran untuk membimbing orang agar menyerap Dharma ke dalam hati.
Bukan hanya memberi kesejukan sesaat, melainkan harus berbagi Dharma agar dapat memberi kesejukan batin dalam jangka panjang. Ada beberapa relawan Tzu Chi yang juga pernah diliputi noda batin dan memiliki pengalaman yang tidak baik. Namun setelah mendengar Dharma, mereka mulai mengubah temperamen dan tabiat yang buruk, dalam berinteraksi antar sesama, mereka selalu tersenyum, bertutur kata lembut. Ini karena angin sejuk Dharma telah meresap ke dalam hati. Karena kondisi batin yang sejuk, maka timbullah sukacita dalam Dharma.
Bait yang kedua dibahas yaitu Hong Zhu Da Sheng, Run Zi Zhong Sheng (Mencurahkan Ajaran Mahayana Bagi Semua Makhluk), Bu Shan Zhong Zi (Menyebarkan Benih Kebajikan), dan Bian Gong De Tian (Di Seluruh Ladang Pahala Kebajikan).
Mencurahkan Ajaran Mahayana Bagi Semua Makhluk
Dalam bedah buku ini,
para peserta juga berbagi pengalamannya. Salah satunya adalah Suriani yang
bercerita bahwa di Tzu Chi banyak sekali sahabat baik yang selalu mendukung dan
mengajaknya berbuat kebajikan.
Pada bait kedua, relawan diajak untuk memahami bagaimana mencurahkan ajaran kebajikan bagi semua mahluk dengan memanfaatkan jalinan jodoh baik dan hati penuh cinta kasih untuk menciptakan berkah bagi dunia. Demi menyucikan hati manusia, kita harus membangkitkan akar kebajikan mereka dan niat bajik sendiri. Kita harus mengembangkan potensi diri untuk membina orang lain.
Pada saat bersama dengan semua mahluk, kita bagai sedang mengairi mereka. Mengairi sama seperti saat ingin makan makanan manis, kita menggunakan gula untuk mencelupkan makanan itu sehingga menjadi manis. Saat kita ingin makan makanan asin, kita mengawetkannya dengan garam sehingga lama kelamaan, makanan itu menjadi asin. Jadi arti mengairi adalah seperti itu. Jika kita sering menggunakan “makanan yang manis” yakni ajaran yang baik, untuk lebih banyak menciptakan berkah, maka itu berarti kita mengairi semua mahluk dengan kebajikan.
Kita menggunakan jalinan jodoh baik, jalinan jodoh penuh sukacita, dan cinta kasih untuk menciptakan berkah bagi dunia. Inilah yang disebut dengan mengairi akar kebajikan semua mahluk. Untuk menyucikan hati manusia, kita harus membimbing dan membina akar kebajikan mereka. Dengan niat baik di dalam hati, kita harus mengembangkan potensi di dalam diri untuk membina orang lain. Karena itu kita harus menggunakan cinta kasih, hati penuh sukacita, dan jalinan jodoh penuh berkah untuk mendukung pencapaian semua mahluk.
Menyebarkan Benih Kebajikan diSseluruh Ladang Pahala Kebajikan
Untuk menebarkan benih kebajikan dan benih bodhi di dalam hati, dibutuhkan kekuatan cinta kasih banyak orang. Ada banyak hal yang tidak bisa dilakukan sendirian. Pikiran manusia penuh dengan noda batin. Meski berjodoh untuk mendengar Dharma, tetapi karena penuh noda batin, Dharma tidak dapat meresap ke dalam hati. Karenanya, kebijaksanaan tidak dapat bertumbuh.
Master Cheng Yen selalu berkata kepada semua relawan bahwa setiap orang harus menjadi petani batin. Untuk menjadi petani dibutuhkan modal yaitu benih. Meski sudah punya tanah, tetapi jika tidak punya benih, kita juga tidak bisa memanen hasil. Ladang yang pertama ada di dalam hati kita yaitu ladang batin. Benih pertama diberikan oleh Master Cheng Yen dalam Dharma yang dipaparkan. Setelah Master Cheng Yen memberikan sebutir benih kepada seluruh relawan, para relawan harus giat menggarap batinnya sendiri.
Setelah benih itu ditanam, perlahan-lahan batin itu akan bertunas, kemudian tumbuh ranting dan daun. Perlahan-lahan tumbuh hingga akhirnya berbunga dan berbuah. Ladang batin para relawan telah ditumbuhi banyak buah dan benih. Selanjutnya, kita harus menyebarkan benih lagi. Dimana? Di ladang batin orang lain. Di dalam hati setiap orang terdapat sepetak ladang. Karena itu, mulai sekarang, kita harus menyebarkan benih di ladang batin orang lain. Jadi sebagai petani batin, Master Cheng Yen berharap kepada semua relawannya untuk lebih giat menyebarkan benih cinta kasih.
Yi Sheng Wu Liang, Wu Liang Yi Sheng
Kalimat diatas artinya cinta kasih ini dimulai dari satu orang dan menjadi tak terhingga banyaknya karena terus dikembangkan. Di dalam hati setiap orang terdapat sepetak ladang berkah dan bibit yang unggul. Lewat bimbingan mitra baik yang penuh kebijaksanaan, benih itu dapat bertunas.
Seorang bodhisatwa harus memiliki kondisi hati yang tenang, pikiran yang jernih, memiliki tekad yang luas dan luhur, mampu memahami mana yang benar dan mana yang salah, juga dapat menyelami segala sifat manusia. Apabila kita bisa menyelami sifat manusia, kita tidak akan mudah terpengaruh. Dan kita harus mampu membimbing segala mahluk dengan berbagi kebenaran.
Dalam kegiatan bedah buku ini, relawan juga sharing pengalaman mereka ketika menemukan dan bersahabat dengan mitra bajik di Tzu Chi. Mereka menyampaikan bahwa sungguh berbahagia dengan menemukan mitra bajik, banyak yang memberikan masukan untuk perubahan diri ke arah yang lebih baik.
Untuk mempermudah mengingat sutra, para relawan memperagakan isyarat tangan Sutra Makna Tanpa Batas yang dipimpin oleh Relawan Pao Chin. Memaknai sutra memang tidak mudah, namun Master Cheng Yen membimbing para relawan untuk melafalkan, mengingat dan terutama mempraktekkan sutra dalam tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Semoga ladang kebajikan setiap orang dapat tumbuh berkembang seperti harapan Master Cheng Yen sehingga kedamaian setiap orang dapat menumbuhkan keharmonisan di masyarakat dan kelak dunia dapat terbebas dari bencana.
Artikel Terkait
Bedah Buku Perdana di Sinar Mas
14 Maret 2013 Dengan tekad untuk melaksanakan misi budaya humanis Tzu Chi, ditambah dengan niat baik untuk berbagi pesan baik Master Cheng Yen kepada banyak orang, para relawan Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas bahu-membahu mempersiapkan kegiatan bedah buku perdana ini.Mendalami Dharma dengan Cara Menyenangkan
22 Agustus 2019Di Ulang Tahun Pertama kegiatan Bedah Buku Komunitas relawan Hu Ai Pluit yang jatuh pada hari Minggu, 18 Agustus 2019, panitia membuat kegiatan yang berbeda dari sebelumnya, belajar Dharma dengan cara yang menyenangkan.
Bahagia Itu Sederhana
27 Juli 2020Di tengah pandemi Covid-19, relawan Tzu Chi terus meningkatkan kualitas diri, salah satunya melalui bedah buku secara online (Zoom). Seperti yang ada di Komunitas He Qi Utara 2, tepatnya di Pluit Aixin, pada 22 Juli 2020. Kegiatan ini diikuti oleh 26 relawan di rumahnya masing-masing.