Mendalami Sutra, Mendalami Batin Sendiri
Jurnalis : Marianie (He Qi Utara 1), Fotografer : Marianie (He Qi Utara 1)Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 berkumpul di rumah salah satu relawan mengadakan
kegaitan bedah buku membahas Sutra Wu Liang Yi Jing dan mendengar ceramah
Master Cheng Yen.
“Di Tzu Chi kita belajar banyak, bagaimana kita bisa menerima semua kondisi dan bagaimana cara kita ngomong sama orang supaya kita tetap bisa jie hao yuan (menjalin jodoh baik). Setiap kegiatan tidak ada yang sempurna, tujuan kita bagaimana agar semua berakhir dengan harmonis. Jika semuanya happy dan harmonis, itulah yang sempurna,” demikian penuturan Yuli Natalia saat sharing di kegiatan bedah buku relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1.
Kegiatan bedah buku ini berlangsung pada Rabu, 18 Juli 2018 pukul 19.00-21.00 WIB. Sebanyak 39 relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 berkumpul bersama dalam acara bedah buku dan latihan isyarat tangan dengan topik “Wu Liang Yi Jing” Bab Sifat Luhur, di rumah salah satu relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Haryo Suparmun (kemeja) menyemangati relawan
untuk tetap teguh di jalan Bodhisatwa dan selalu berintrospeksi diri.
Dalam bedah buku ini dibahas tentang “Hatinya Hening dan Jernih, Tekadnya Luas dan Luhur.” Relawan juga mendengarkan ceramah Master Cheng Yen yang menceritakan tentang “Mesti mempunyai hati yang tentram baru memiliki hati yang suka cita. Karena memiliki fisik, dan batin yang hening dan jernih, memiliki pengetahuan, pandangan, dan pikiran yang benar, serta selalu dalam keadaan Samadhi, maka meski di tengah umat yang penuh kekacauan, hati Bodhisatwa tetap sangat tenang. Dan Kehidupan tentram bersahaja, terlepas dari berbagai kondisi dan nafsu. Noda batin menimbulkan pikiran yang bukan-bukan saat menghadapi godaan kondisi luar meliputi rupa, suara, aroma, rasa, dan sentuhan, sehingga sering kali timbul ketamakan, kebencian, dan kebodohan di dalam diri kita.”
Setelah membaca bait sutra dan mendengarkan ceramah Master Cheng Yen melalui tayangan video, relawan kemudian menggelar diskusi dengan tema “Hal kecil seperti apa yang pernah membuat Anda marah besar? Apakah kita mengendalikan suasana hati sendiri? Bagaimana caranya?”
Herinda (tengah) memberikan sharing mengenai perubahan dirinya dan cara pandangnya setelah
mempraktikkan ajaran Master Cheng Yen.
Haryo Suparmun, relawan komite Tzu Chi yang hadir dalam kegiatan ini pun menyemangati para relawan melalui sharing-nya. “Kita sudah berjalan di jalan Bodhisatwa maka harus benar-benar melatih diri dalam menghadapi kendala, jangan pernah mundur dan kita juga harus introspeksi diri sendiri dalam berkesadaran diri. Maka kita harus menyadari keserakahan, kebencian, kebodohan, sehingga kita harus bisa mengontrol lima pintu indra kita,” jelas Haryo.
Menurut penuturan Haryo, dari lima indra ini juga dapat membuat kita sadar untuk membedakan mana yang benar dan tidak benar. “Dari sana kita bisa introspeksi diri dan memperkuat cinta kasih, dan selalu berpikiran positif, jangan selalu berpikir negatif. Karena berpikiran negatif akan membuat kita merasa orang lain itu jahat atau tidak benar,” sambung Haryo.
Menanggapi kutipan ceramah Master Cheng Yen yang disaksikan di kegiatan bedah buku ini, bahwa “Pertikaian tidak membawa ketenangan, cara meredamkan pertikaian tentu saja membutuhkan pelatihan diri agar dapat mengahadapi masalah dengan tenang dan damai,” para peserta bedah buku juga sharing pengalaman, salah satunya adalah Herinda.
Usai membahas sutra, semua relawan yang hadir dalam
kegiatan melakukan latihan isyarat tangan lagu sutra Wu Liang Yi Jing.
Sejak adik perempuannya meninggal, Herinda dan keluarga kerap menghadapi masalah terutama dengan suami dari mendiang adiknya. Berbagai cobaan pun berujung pada retaknya hubungan persaudaraan. “Setelah bergabung di Tzu Chi, memahami ajaran dan kata-kata Master Cheng Yen yang menerangkan “Di dunia ini tidak ada yang tidak saya maafkan” hati saya pun terbuka untuk memaafkan adik ipar saya dan mengundang adik ipar saya dan keluarganya ke rumah,” ungkap Herinda. Sejak saat itu hubungan Herinda kembali terjalin baik dengan keluarga adik iparnya.
Dari ajaran Master Cheng Yen, Herinda menyadari kalau adik perempuannya sudah selesai menjalankan karmanya. “Dengan memaafkan, saya merasakan lebih lega dan lebih bahagia. Intinya karena ajaran Master Cheng Yen membuat hati dan mata saya terbuka untuk menerima bahwa semua ini adalah karma yang harus dijalani,” tutur Herinda.
Setelah membahas Wu Liang Yi Jing, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 kemudian bersama-sama belajar isyarat tangan lagu sutra Wu Liang Yi Jing yang dipimpin oleh relawan Wiping, Tjitra, Hartini, dan Sese. Para relawan pun belajar dengan penuh semangat dan perasaan bahagia.