Mendampingi dengan Kasih Sayang
Jurnalis : Leo Samuel Salim (Relawan Tzu Chi Medan), Fotografer : Leo Samuel Salim (Relawan Tzu Chi Medan)
|
| ||
Selama menjadi anak asuh Tzu Chi, prestasi Antony selalu saja membanggakan orang tuanya dan ini merupakan cara Antony dan keluarganya berterima kasih kepada Tzu Chi. “Saya sendiri yang selalu mendampinginya sewaktu belajar dan memberikan pengarahan jika ada pelajaran yang tidak dimengertinya,” kata Sri Hariyanti. Terkadang selaku orang tua, Sri Hariyanti yang kesehariannya di panggil Po Eng oleh tetangganya ini, harus dapat berbuat lebih demi prestasi anak semata wayangnya. “Semenjak naik ke kelas lima ini, mungkin Antony tidak mengerti apa yang dijabarkan oleh guru matematika-nya, jadinya saya harus ke sekolah untuk mencari tahu,” tambah Po Eng. Hal tersebut harus dilakukannya karena Antony tidak berhasil menemukan jawaban bagaimana menyelesaikan tugas-tugas matematika dari teman-teman sekelasnya. Po Eng juga mengatakan “Kami tidak punya dana lebih seperti keluarga lain yang dapat memberikan anak mereka les tambahan dan dikarenakan pendidikan kami sendiri tidak begitu tinggi, jadinya kami yang harus ke sekolah.” Pekerjaan dari Tan Siu Kho yang dipanggil A-Ho ini adalah tukang kayu dengan pendapatan yang tidak menentu karena tergantung pesanan perabot. A-Ho yang memiliki ketidaksempurnaan pada tubuhnya yakni pada kakinya ini hanya mahir dalam membuat perabot. Meski dirinya adalah seorang tukang kayu, perabotan yang dimiliki A-Ho adalah perabotan sederhana. Ada sebagian perabotan rumahnya adalah perabot-perabot yang rusak, yang diperbaiki dan digunakan kembali. Po Eng yang selalu setia dan bertanggung jawab menjalani tugasnya sebagai seorang istri dan seorang ibu bagi Antony Salim. Dengan pemasukan yang tidak menentu dari suaminya ini, Po Eng harus pintar-pintar dalam mengolah keuangan keluarga. Pemasukan yang terkadang tidak sebanding dengan pengeluaran, terkadang membuat suasana di rumah menjadi tidak nyaman dan tidak jarang emosi-pun tidak terkendali karena sudah ada beberapa pos pengeluaran yang tetap seperti air, listrik, dan kebutuhan sehari-hari. Rumah yang mereka tinggali adalah rumah yang dipinjamkan oleh salah satu pemilik toko perabot yang selalu meminta A-Ho untuk membuat perabot pesanan dari langganannya. Dikarenakan citra seorang A-Ho yang baik di mata pemilik toko perabot tersebut maka mereka bertiga dapat tinggal di sana dalam waktu yang lama. “Kami dikasih tinggal di sini dan sekaligus menjaga dan merawat rumahnya, “ ujar A-Ho kepada relawan.
Keterangan :
Pada saat relawan lain sedang bercengkrama dengan orang tua Antony, relawan lain yang mendengar kalau Antony yang agak sedikit kewalahan di mata pelajaran matematika-nya, langsung berinisiatif mengajaknya untuk mengulangi pelajarannya yakni Bilangan Bulat. “Ini kurang kalau ketemu kurang, seharusnya diapakan ?”, tanya relawan. “Ditambah !,” jawab Antony dengan percaya diri. “Betul !”. Relawan tersebut langsung membuat sebuah soal dan mengajarkan Antony bagaimana menyelesaikannya. Melihat antusias Antony yang tinggi, relawan yang mendampinginya itu pun semakin bersemangat. “Dia (Antony) juga pintar di Mandarin,” ujar A-Ho kepada relawan. Kebetulan memang A-Ho dan istrinya pernah mengecap pendidikan Mandarin di masa sekolahnya sehingga dapat mengajarkan Antony dengan baik. A-Ho dan Po Eng berharap di kemudian hari anaknya ini dapat memiliki masa depan yang lebih baik. Po Eng juga mengatakan dirinya tidak pernah memanjakannya. “Yang namanya anak kecil, terkadang muncul bandel-nya. Yah, kita harus tegas ! Kalau dari kecil tidak dididik dengan baik, nanti besarnya jadi apa,” ujarnya. Dalam pembicaraan antara relawan dengan orang tua Antony, relawan selalu menceritakan perkembangan Tzu Chi agar mereka pun tahu apa yang dilakukan oleh Tzu Chi. Keluarga ini juga merupakan pengikut DaAi TV dan sering menonton ceramah Master Cheng Yen. Tak lupa, relawan juga membawa majalah Dunia Tzu Chi dan buletin Tzu Chi Indonesia dan memberikannya kepada mereka. Di samping itu, relawan juga terus mengajak keluarga ini agar dapat bersama-sama menciptakan berkah. Salah satunya adalah dengan mengumpulkan barang-barang daur ulang dan menyumbangkanya kepada Tzu Chi agar dapat menyokong DaAi TV sehingga semakin banyak orang yang mendapatkan siraman Dharma. Dikarenakan waktu yang terbatas dan harus menuju ke rumah anak-anak asuh lainnya, relawan pun harus mohon diri. Sebuah kegiatan yang sederhana tetapi berkesan di diri setiap relawan. Master Cheng Yen selalu berharap relawan Tzu Chi hendaknya dapat selalu memberi pendampingan kepada penerima bantuan Tzu Chi sehingga kebijaksanaan batin semua orang, baik penerima bantuan dan relawan itu sendiri dapat berkembang. Inilah tindakan nyata dari tekad Master Cheng Yen yang pertama yakni menyucikan hati manusia. Yang terlebih dahulu harus disucikan adalah hati diri sendiri barulah menyucikan hati orang lain. Dengan melakukan kunjungan kasih secara berkala dapat memberikan kesempatan kepada masing-masing relawan untuk bersumbangsih dan menanam ladang berkah. |
| ||
Artikel Terkait

Buliran Cinta Kasih Tanpa Pamrih
19 Desember 2012 Mengingat pesan Master Cheng Yen bahwa sumber kemiskinan adalah penyakit, kali ini Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dalam menjalankan misi kesehatan bekerja sama dengan Kostrad Divisi I bersama bergandengan tangan mengalirkan cinta kasih membantu meringankan penderitaan sesama dengan mengadakan bakti sosial kesehatan.
Perayaan Hari Bidan Nasional di Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi
05 Juli 2022Menyambut Hari Bidan Nasional, Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi memberikan apresiasi kepada para bidan yang bertugas meningkatkan kesehatan ibu dan anak di Indonesia.

Langkah Kecil, Dampak Besar
19 Desember 2024Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan pelatihan relawan abu putih ke 1 pada Minggu, 8 Desember 2024 yang dihadiri 49 relawan. Kegiatan dengan tema "Langkah Kecil, Dampak Besar," mengajak relawan memahami segala sesuatu dimulai dari tindakan sederhana.