Mendengar Dharma Menjadi Bagian Dari Hidup

Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Juliana Santy


Pada hari Sabtu, 26 April 2014, sebanyak 137 relawan datang ke Aula Jing Si sejak pukul 5 pagi untuk Xun Fa Xiang.

Sabtu, 26 April 2014, sejak pukul 5 pagi, relawan mulai berdatangan ke Aula Jing Si. Apa yang akan mereka lakukan di pagi hari seperti itu? Jawabannya adalah Xun Fa Xiang, menghirup keharuman Dharma dengan cara mendengarkan ceramah pagi yang dibabarkan oleh Master Cheng Yen. Kegiatan ini sudah dijalankan oleh insan Tzu Chi di berbagai negara, mereka bersama-sama bangun pagi dan berkumpul di satu tempat untuk mendengarkan ceramah Master Cheng Yen secara langsung.  Di Indonesia sendiri, terutama Jakarta, kegiatan ini baru dimulai, ceramah pagi yang didengarkan pun tidak langsung (live) karena kendala bahasa. Pada ceramah pagi tersebut, Master Cheng Yen menggunakan bahasa Tai Yu (bahasa Taiwan) sehingga banyak relawan di Jakarta sendiri yang sulit mengerti.

Banyak kendala yang menjadi alasan untuk tidak ikut Xun Fa Xiang, seperti sulit untuk bangun pagi, tidak ada kendaraan, tidak mengerti bahasa yang diucapkan, tapi jalinan jodoh antara guru dan murid, membuat 137 relawan tetap datang dan mendengarkan ceramah pagi.  Mereka yang mengerti saling berbagi mengenai isi ceramah tersebut sehingga yang lain pun menjadi paham. Kegiatan seperti ini akan diadakan setiap hari sabtu pagi, dimulai dari seminggu sekali, dengan harapan nantinya di setiap komunitas dapat menjalankannya setiap hari di wilayah masing-masing.


Xun Fa Xiang yang berarti menghirup keharuman Dharma. Kegiatan ini sudah dilakukan insan Tzu Chi di berbagai negara.


Relawan mencatat dengan seksama apa pesan yang disampaikan dalam ceramah pagi tersebut.

Salah satu relawan yang ikut serta dalam kegiatan ini adalah Marisa Stephanie. Ternyata sudah sejak awal tahun ia belajar untuk bangun pagi dan mendengarkan ceramah yang disampaikan oleh guru. Apa yang melatarbelakanginya? Pada awal tahun di bulan Januari, ia melihat ceramah Master dalam Lentera Kehidupan, beberapa hari berturut-turut Master Cheng Yen berbicara mengenai menonton ceramah pagi. Dari sana ia merasa Master sudah berkali-kali berkata kepada muridnya untuk melakukan hal tersebut, kenapa sebagai murid tidak bisa menjalankan yang guru imbau? Sejak saat itu ia berusaha untuk selalu tidur lebih awal dan bangun lebih pagi untuk mendengarkan Dharma yang dibabarkan oleh Master Cheng Yen.


Melalui catatan ini relawan dapat mengingat ajaran yang disampaikan oleh guru dan dapat berbagi dengan orang lainnya.


Marisa Stephanie menularkan semangat bangun pagi untuk Xun Fa Xiang kepada teman-temannya di Tzu Chi.

“Pernah waktu itu saya pikir saya kerja, trus saya pulang malam, kadang saya masih kasih alasan sendiri, capeklah. Tapi setelah saya baca buku teladan cinta kasih, saya tahu Master jadwalnya sangat padat. Nah dari situ saya merubah satu pikiran, bahwa kalau saya terus berpikiran seperti itu, saya nggak akan pernah maju. Dharma yang Master ajarkan itu benar-benar bisa dipakai dalam kesaharian, hanya dengan saya meluangkan beberapa jam bangun lebih awal, itu bisa berdampak untuk hidup saya. Saya mau menjalin jodoh dengan Master dan menjalin jodoh dengan Dharma Buddha.  Dulu biasanya tidur malam-malam dan bangun siang, sekarang punya waktu lebih banyak, bangun dan tidur teratur. Merasa lebih dekat dengan ajaran Buddha. Semakin belajar memahami kehidupan. Pokoknya bersyukur setiap bangun pagi bisa dengar ceramah dari Master, sebuah berkah dalam hidup yang baru disadari,” ucap relawan yang juga merupakan alumni Tzu Ching atau muda-mudi Tzu Chi.

Apa yang dilakukannya menginspirasi relawan-relawan lainnya untuk ikut bangun pagi dan menghirup harumnya Dharma. Dimulai dari satu orang, kini setiap hari semakin bertambah orang yang mau bersama-sama xun fa xiang. Walau dari tempat yang berbeda-beda, tapi semua mendengarkan satu ajaran yang sama. Ia membentuk satu grup dalam jejaring sosial, usai mendengarkan ceramah, relawan yang berada di dalamnya akan bergantian berbagi inti sari mengenai ceramah yang ditonton dan saling menambahkan jika ada kekurangan. Sesuai dengan harapan Master kepada murid di seluruh dunia, selain menggarap ladang berkah hendaknya kita juga memupuk kebijaksanaan, melalui Xun Fa Xiang kita mempuk kebijaksanaan. Kita harus menjadikan aktivitas mendengar Dharma sebagai bagian dari hidup kita. Jadi sudahkan Anda menghirup harumnya Dharma di pagi ini?

Sabtu, 26 April 2014, sejak pukul 5 pagi, relawan mulai berdatangan ke Aula Jing Si. Apa yang akan mereka lakukan di pagi hari seperti itu? Jawabannya adalah Xun Fa Xiang, menghirup keharuman Dharma dengan cara mendengarkan ceramah pagi yang dibabarkan oleh Master Cheng Yen. Kegiatan ini sudah dijalankan oleh insan Tzu Chi di berbagai negara, mereka bersama-sama bangun pagi dan berkumpul di satu tempat untuk mendengarkan ceramah Master Cheng Yen secara langsung.  Di Indonesia sendiri, terutama Jakarta, kegiatan ini baru dimulai, ceramah pagi yang didengarkan pun tidak langsung (live) karena kendala bahasa. Pada ceramah pagi tersebut, Master Cheng Yen menggunakan bahasa Tai Yu (bahasa Taiwan) sehingga banyak relawan di Jakarta sendiri yang sulit mengerti.

Banyak kendala yang menjadi alasan untuk tidak ikut Xun Fa Xiang, seperti sulit untuk bangun pagi, tidak ada kendaraan, tidak mengerti bahasa yang diucapkan, tapi jalinan jodoh antara guru dan murid, membuat 137 relawan tetap datang dan mendengarkan ceramah pagi.  Mereka yang mengerti saling berbagi mengenai isi ceramah tersebut sehingga yang lain pun menjadi paham. Kegiatan seperti ini akan diadakan setiap hari sabtu pagi, dimulai dari seminggu sekali, dengan harapan nantinya di setiap komunitas dapat menjalankannya setiap hari di wilayah masing-masing.

Salah satu relawan yang ikut serta dalam kegiatan ini adalah Marisa Stephanie. Ternyata sudah sejak awal tahun ia belajar untuk bangun pagi dan mendengarkan ceramah yang disampaikan oleh guru. Apa yang melatarbelakanginya? Pada awal tahun di bulan Januari, ia melihat ceramah Master dalam Lentera Kehidupan, beberapa hari berturut-turut Master Cheng Yen berbicara mengenai menonton ceramah pagi. Dari sana ia merasa Master sudah berkali-kali berkata kepada muridnya untuk melakukan hal tersebut, kenapa sebagai murid tidak bisa menjalankan yang guru imbau? Sejak saat itu ia berusaha untuk selalu tidur lebih awal dan bangun lebih pagi untuk mendengarkan Dharma yang dibabarkan oleh Master Cheng Yen.

“Pernah waktu itu saya pikir saya kerja, trus saya pulang malam, kadang saya masih kasih alasan sendiri, capeklah. Tapi setelah saya baca buku teladan cinta kasih, saya tahu Master jadwalnya sangat padat. Nah dari situ saya merubah satu pikiran, bahwa kalau saya terus berpikiran seperti itu, saya nggak akan pernah maju. Dharma yang Master ajarkan itu benar-benar bisa dipakai dalam kesaharian, hanya dengan saya meluangkan beberapa jam bangun lebih awal, itu bisa berdampak untuk hidup saya. Saya mau menjalin jodoh dengan Master dan menjalin jodoh dengan Dharma Buddha.  Dulu biasanya tidur malam-malam dan bangun siang, sekarang punya waktu lebih banyak, bangun dan tidur teratur. Merasa lebih dekat dengan ajaran Buddha. Semakin belajar memahami kehidupan. Pokoknya bersyukur setiap bangun pagi bisa dengar ceramah dari Master, sebuah berkah dalam hidup yang baru disadari,” ucap relawan yang juga merupakan alumni Tzu Ching atau muda-mudi Tzu Chi.

Apa yang dilakukannya menginspirasi relawan-relawan lainnya untuk ikut bangun pagi dan menghirup harumnya Dharma. Dimulai dari satu orang, kini setiap hari semakin bertambah orang yang mau bersama-sama xun fa xiang. Walau dari tempat yang berbeda-beda, tapi semua mendengarkan satu ajaran yang sama. Ia membentuk satu grup dalam jejaring sosial, usai mendengarkan ceramah, relawan yang berada di dalamnya akan bergantian berbagi inti sari mengenai ceramah yang ditonton dan saling menambahkan jika ada kekurangan. Sesuai dengan harapan Master kepada murid di seluruh dunia, selain menggarap ladang berkah hendaknya kita juga memupuk kebijaksanaan, melalui Xun Fa Xiang kita mempuk kebijaksanaan. Kita harus menjadikan aktivitas mendengar Dharma sebagai bagian dari hidup kita. Jadi sudahkan Anda menghirup harumnya Dharma di pagi ini?

Sabtu, 26 April 2014, sejak pukul 5 pagi, relawan mulai berdatangan ke Aula Jing Si. Apa yang akan mereka lakukan di pagi hari seperti itu? Jawabannya adalah Xun Fa Xiang, menghirup keharuman Dharma dengan cara mendengarkan ceramah pagi yang dibabarkan oleh Master Cheng Yen. Kegiatan ini sudah dijalankan oleh insan Tzu Chi di berbagai negara, mereka bersama-sama bangun pagi dan berkumpul di satu tempat untuk mendengarkan ceramah Master Cheng Yen secara langsung.  Di Indonesia sendiri, terutama Jakarta, kegiatan ini baru dimulai, ceramah pagi yang didengarkan pun tidak langsung (live) karena kendala bahasa. Pada ceramah pagi tersebut, Master Cheng Yen menggunakan bahasa Tai Yu (bahasa Taiwan) sehingga banyak relawan di Jakarta sendiri yang sulit mengerti.

Banyak kendala yang menjadi alasan untuk tidak ikut Xun Fa Xiang, seperti sulit untuk bangun pagi, tidak ada kendaraan, tidak mengerti bahasa yang diucapkan, tapi jalinan jodoh antara guru dan murid, membuat 137 relawan tetap datang dan mendengarkan ceramah pagi.  Mereka yang mengerti saling berbagi mengenai isi ceramah tersebut sehingga yang lain pun menjadi paham. Kegiatan seperti ini akan diadakan setiap hari sabtu pagi, dimulai dari seminggu sekali, dengan harapan nantinya di setiap komunitas dapat menjalankannya setiap hari di wilayah masing-masing.

Salah satu relawan yang ikut serta dalam kegiatan ini adalah Marisa Stephanie. Ternyata sudah sejak awal tahun ia belajar untuk bangun pagi dan mendengarkan ceramah yang disampaikan oleh guru. Apa yang melatarbelakanginya? Pada awal tahun di bulan Januari, ia melihat ceramah Master dalam Lentera Kehidupan, beberapa hari berturut-turut Master Cheng Yen berbicara mengenai menonton ceramah pagi. Dari sana ia merasa Master sudah berkali-kali berkata kepada muridnya untuk melakukan hal tersebut, kenapa sebagai murid tidak bisa menjalankan yang guru imbau? Sejak saat itu ia berusaha untuk selalu tidur lebih awal dan bangun lebih pagi untuk mendengarkan Dharma yang dibabarkan oleh Master Cheng Yen.

“Pernah waktu itu saya pikir saya kerja, trus saya pulang malam, kadang saya masih kasih alasan sendiri, capeklah. Tapi setelah saya baca buku teladan cinta kasih, saya tahu Master jadwalnya sangat padat. Nah dari situ saya merubah satu pikiran, bahwa kalau saya terus berpikiran seperti itu, saya nggak akan pernah maju. Dharma yang Master ajarkan itu benar-benar bisa dipakai dalam kesaharian, hanya dengan saya meluangkan beberapa jam bangun lebih awal, itu bisa berdampak untuk hidup saya. Saya mau menjalin jodoh dengan Master dan menjalin jodoh dengan Dharma Buddha.  Dulu biasanya tidur malam-malam dan bangun siang, sekarang punya waktu lebih banyak, bangun dan tidur teratur. Merasa lebih dekat dengan ajaran Buddha. Semakin belajar memahami kehidupan. Pokoknya bersyukur setiap bangun pagi bisa dengar ceramah dari Master, sebuah berkah dalam hidup yang baru disadari,” ucap relawan yang juga merupakan alumni Tzu Ching atau muda-mudi Tzu Chi.

Apa yang dilakukannya menginspirasi relawan-relawan lainnya untuk ikut bangun pagi dan menghirup harumnya Dharma. Dimulai dari satu orang, kini setiap hari semakin bertambah orang yang mau bersama-sama xun fa xiang. Walau dari tempat yang berbeda-beda, tapi semua mendengarkan satu ajaran yang sama. Ia membentuk satu grup dalam jejaring sosial, usai mendengarkan ceramah, relawan yang berada di dalamnya akan bergantian berbagi inti sari mengenai ceramah yang ditonton dan saling menambahkan jika ada kekurangan. Sesuai dengan harapan Master kepada murid di seluruh dunia, selain menggarap ladang berkah hendaknya kita juga memupuk kebijaksanaan, melalui Xun Fa Xiang kita mempuk kebijaksanaan. Kita harus menjadikan aktivitas mendengar Dharma sebagai bagian dari hidup kita. Jadi sudahkan Anda menghirup harumnya Dharma di pagi ini?

 

Sabtu, 26 April 2014, sejak pukul 5 pagi, relawan mulai berdatangan ke Aula Jing Si. Apa yang akan mereka lakukan di pagi hari seperti itu? Jawabannya adalah Xun Fa Xiang, menghirup keharuman Dharma dengan cara mendengarkan ceramah pagi yang dibabarkan oleh Master Cheng Yen. Kegiatan ini sudah dijalankan oleh insan Tzu Chi di berbagai negara, mereka bersama-sama bangun pagi dan berkumpul di satu tempat untuk mendengarkan ceramah Master Cheng Yen secara langsung.  Di Indonesia sendiri, terutama Jakarta, kegiatan ini baru dimulai, ceramah pagi yang didengarkan pun tidak langsung (live) karena kendala bahasa. Pada ceramah pagi tersebut, Master Cheng Yen menggunakan bahasa Tai Yu (bahasa Taiwan) sehingga banyak relawan di Jakarta sendiri yang sulit mengerti.

Banyak kendala yang menjadi alasan untuk tidak ikut Xun Fa Xiang, seperti sulit untuk bangun pagi, tidak ada kendaraan, tidak mengerti bahasa yang diucapkan, tapi jalinan jodoh antara guru dan murid, membuat 137 relawan tetap datang dan mendengarkan ceramah pagi.  Mereka yang mengerti saling berbagi mengenai isi ceramah tersebut sehingga yang lain pun menjadi paham. Kegiatan seperti ini akan diadakan setiap hari sabtu pagi, dimulai dari seminggu sekali, dengan harapan nantinya di setiap komunitas dapat menjalankannya setiap hari di wilayah masing-masing.

Salah satu relawan yang ikut serta dalam kegiatan ini adalah Marisa Stephanie. Ternyata sudah sejak awal tahun ia belajar untuk bangun pagi dan mendengarkan ceramah yang disampaikan oleh guru. Apa yang melatarbelakanginya? Pada awal tahun di bulan Januari, ia melihat ceramah Master dalam Lentera Kehidupan, beberapa hari berturut-turut Master Cheng Yen berbicara mengenai menonton ceramah pagi. Dari sana ia merasa Master sudah berkali-kali berkata kepada muridnya untuk melakukan hal tersebut, kenapa sebagai murid tidak bisa menjalankan yang guru imbau? Sejak saat itu ia berusaha untuk selalu tidur lebih awal dan bangun lebih pagi untuk mendengarkan Dharma yang dibabarkan oleh Master Cheng Yen.

“Pernah waktu itu saya pikir saya kerja, trus saya pulang malam, kadang saya masih kasih alasan sendiri, capeklah. Tapi setelah saya baca buku teladan cinta kasih, saya tahu Master jadwalnya sangat padat. Nah dari situ saya merubah satu pikiran, bahwa kalau saya terus berpikiran seperti itu, saya nggak akan pernah maju. Dharma yang Master ajarkan itu benar-benar bisa dipakai dalam kesaharian, hanya dengan saya meluangkan beberapa jam bangun lebih awal, itu bisa berdampak untuk hidup saya. Saya mau menjalin jodoh dengan Master dan menjalin jodoh dengan Dharma Buddha.  Dulu biasanya tidur malam-malam dan bangun siang, sekarang punya waktu lebih banyak, bangun dan tidur teratur. Merasa lebih dekat dengan ajaran Buddha. Semakin belajar memahami kehidupan. Pokoknya bersyukur setiap bangun pagi bisa dengar ceramah dari Master, sebuah berkah dalam hidup yang baru disadari,” ucap relawan yang juga merupakan alumni Tzu Ching atau muda-mudi Tzu Chi.

Apa yang dilakukannya menginspirasi relawan-relawan lainnya untuk ikut bangun pagi dan menghirup harumnya Dharma. Dimulai dari satu orang, kini setiap hari semakin bertambah orang yang mau bersama-sama xun fa xiang. Walau dari tempat yang berbeda-beda, tapi semua mendengarkan satu ajaran yang sama. Ia membentuk satu grup dalam jejaring sosial, usai mendengarkan ceramah, relawan yang berada di dalamnya akan bergantian berbagi inti sari mengenai ceramah yang ditonton dan saling menambahkan jika ada kekurangan. Sesuai dengan harapan Master kepada murid di seluruh dunia, selain menggarap ladang berkah hendaknya kita juga memupuk kebijaksanaan, melalui Xun Fa Xiang kita mempuk kebijaksanaan. Kita harus menjadikan aktivitas mendengar Dharma sebagai bagian dari hidup kita. Jadi sudahkan Anda menghirup harumnya Dharma di pagi ini?


Artikel Terkait

Saat  Mata Mendengar, Telinga Melihat

Saat Mata Mendengar, Telinga Melihat

05 Mei 2014
Master Cheng Yen mengingatkan kita: “Kejahatan dan kebaikan sedang tarik menarik adu kekuatan, kita harus mengembangkan kebajikan dan meninggalkan kejahatan agar Tzu Chi dapat mewujudkan sebuah kekuatan besar untuk menentramkan masyarakat.
Camp Zhen Shan Mei , Menyamakan Persepsi

Camp Zhen Shan Mei , Menyamakan Persepsi

30 April 2014 Sejak tahun 2000, Zhen Shan Mei Indonesia mulai menerbitkan laporan dalam bentuk media cetak. Fungsinya adalah merekam jejak sejarah Tzu Chi Indonesia dan menyebarkan semangat cinta kasih Tzu Chi kepada masyarakat.
Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -