Mendidik Anak-anak Kelas Budi Pekerti dengan Penuh Kasih
Jurnalis : Michelle Novenda (He Qi Barat), Fotografer : Michelle Novenda (He Qi Barat)
Relawan Hun Hun bersama anak-anak kelas Budi Pekerti. Baginya mendidik anak-anak kelas budi pekerti merupakan ladang berkah.
Kegiatan Er Tong Ban Camp digelar setiap tahun. Tahun ini kamp digelar di awal tahun supaya anak-anak kelas budi pekerti dapat mengenal teman-temannya lebih dalam lagi. Selama dua hari, 4-5 Maret 2017, anak-anak yang duduk di bangku kelas 3-6 SD ini mengikuti kamp yang digelar di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Anak-anak yang antusias serta para relawan bekerja keras dan bekerjasama menyukseskan kamp ini. Salah satu relawan yang telah bekerja keras menyelenggarakan kamp ini adalah Relawan Hun Hun. Relawan yang telah aktif di Tzu Chi selama tiga tahun terakhir ini giat mempersiapkan acara ini. Mulai dari pembagian kamar, mendata dan mengatur seluruh peserta yang berjumlah 141 siswa, Daai Mama/Papa yang berjumlah 53 orang, serta para Daai Gege/Jiejie dan relawan.
Sepulang kerja, Relawan Hun Hun bahkan rela lembur sampai tengah malam demi mempersiapkan segalanya secara terperinci. Segala informasi yang detail dan mudah terabaikan bahkan tidak luput dari perhatian ibu tiga anak ini. Rundown acara harus direvisi beberapa kali agar pelaksanaan kegiatan berjalan lebih lancar.
Meski sangat padat dan melelahkan, Hun Hun merasa bahagia karena kamp berlangsung sukses. “Kualitas pikiran kitalah yang menentukan apakah kita merasa lelah atau tidak. Bagaimana kita dapat berfikir bahwa tugas yang diberikan kepada kita merupakan suatu berkah dan bukan merupakan suatu beban, karena kesempatan berbuat baik tidak datang dua kali, maka saya gunakan segala kesempatan yang ada,” kata Hun Hun.
Dalam mengatur anak-anak, Hun Hun menganggap setiap anak sebagai anaknya sendiri. “Setiap anak pada dasarnya merupakan seorang anak yang baik, hanya saja mereka tidak tahu cara menunjukkan bahwa mereka merupakan seorang anak yang baik. Maka dari itu anak-anak harus diperlakukan secara lembut agar mau mendengar kita,” ujarnya.
Ia menambahkan, mendidik anak-anak kelas budi pekerti merupakan ladang berkah baginya. Anak-anak memiliki pribadi yang berbeda juga membuatnya banyak belajar dalam menghadapi orang-orang di sekitar. Ini juga yang membuatnya sangat bersyukur bisa bergabung dalam Yayasan Buddha Tzu Chi karena bisa belajar banyak hal.
Anak-anak saat mengikuti Er Tong Ban Camp, 4-5 Maret 2017.
Di balik kepenatan dalam bekerja dan mengurus rumah tangga, kelas budi pekerti dianggapnya seperti suatu hiburan yang membuatnya segar kembali, yang membuatnya merasa sangat bahagia dan bersyukur. Menurutnya budi pekerti sangat penting bagi semua orang, karena itu ia memutuskan untuk mendaftarkan anaknya ke kelas budi pekerti. Selain dapat menjadi anak yang cerdas, anak juga mengenal budi pekerti.
Sebelum bergabung dengan Tzu Chi, Hun Hun merupakan seorang pegawai yang sangat disiplin dan menginginkan yang terbaik untuk perusahaannya. Ia mengharapkan segala hal sejalan dengan pendapatnya, namun memang tidak dapat dihindari bahwa banyak orang yang berbeda pendapat dengannya, sehingga timbul ego yang besar pada dirinya. Karena emosinya yang buruk sebelum bergabung dengan Tzu Chi, Hun Hun juga sedikit keras dalam mendidik anak karena merasa sangat bertanggung jawab terhadap anaknya.
Namun sejak masuk Yayasan, segalanya berubah. Ia memegang prinsip dalam mecapai tujuan yang sama dengan cara yang lebih baik dan yang lebih berbudi pekerti, dengan mengendalikan dan mengubah emosi negatif menjadi positif. Selain belajar mengendalikan emosi, Ia juga belajar dalam hal berkomunikasi.
Dengan dukungan dan bimbingan para senior, Ia merasa lebih berani dan ingin menjadi inspirasi dalam hal yang positif, serta berbagi kebahagiaan untuk orang-orang.
“Saya sendiri merasa masih perlu belajar banyak dalam hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan selama di Tzu Chi,” kata Hun Hun.
Kini, ketiga anaknya serta suaminya telah bergabung dalam Yayasan Buddha Tzu Chi. Suaminya merupakan salah satu bagian dari Zhen San Mei yang telah memasuki tahun kedua, anak pertamanya membantu sebagai Daai Gege, sedangkan anak kedua dan ketiganya merupakan murid- murid kelas budi pekerti.
Editor : Khusnul Khotimah
Artikel Terkait
Malu dan Takut Berbuat Jahat
16 September 2016Kelas budi pekerti Tzu Chi Tanjung Balai Karimun dibagi menjadi dua kelompok belajar yang terdiri dari kelas usia kecil dan usia besar. Keduanya belajar untuk malu dan takut berbuat jahat. Banyak tekad luhur yang diucapkan usai mengikuti kelas yang dilaksanakan pada tanggal 11 September 2016.
Menumbuhkan Akar Kebajikan Seharum Bunga
05 Mei 2015 Sesuai dengan makna Waisak yang merupakan doa jutaan insan, Yuli Shijie selaku koordinator mengajak semuanya bersama-sama dengan tulus mendoakan korban bencana di Nepal.Menyucikan Hati dengan Pendidikan Moral
23 April 2019Kelas bimbingan budi pekerti He Qi Pusat kembali diadakan pada Minggu, 14 April 2019. Kali ini temanya adalah pendidikan moral. Anak-anak diberikan pengajaran agar mampu berinteraksi sesuai nilai moral yang berlaku di lingkungan masyarakat.