Mendidik Anak–anak untuk Memaknai Kehidupan
Jurnalis : Simfo Indrawati (Tzu chi Medan), Fotografer : Lydia Tjan, Simfo Indrawati (Tzu chi Medan)
|
| ||
Inilah pendidikan yang berusaha ditanamkan di Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi. Setelah berjalan selama 9 tahun, Kelas Bimbingan Budi Pekerti (Tzu You Ban) Tzu Chi Medan, untuk pertama kalinya mengadakan Camp Pelatihan Pendidikan Kehidupan. Camp ini berlangsung pada tanggal 26-27 Oktober 2013 di Villa Taman Intan, Kota Brastagi. Camp ini merupakan Acara Penutupan di tahun 2013 khusus untuk kelas lanjutan (Tzu You Ban) diikuti sebanyak 42 Bodhisatwa cilik dan 36 relawan. Udara sejuk menyambut Bodhisatwa cilik dan Duifu Mama (relawan pendamping) saat memasuki vila. Acara penutupan kelas tahun 2013 kali ini terasa sungguh istimewa. Selain diadakan di daerah pegunungan kota Brastagi, acara ini juga dihadiri oleh Martin, Dosen Character Building di salah satu kampus di Medan sekaligus seorang Top Mindset Motivator dengan ditemani oleh dua orang timnya. Di hari pertama, acara sempat terganggu karena padamnya listrik, tetapi panitia tidak kehilangan akal dalam menyampaikan materi pada anak–anak. Justru melalui peristiwa ini, anak–anak diajarkan untuk merasakan bagaimana susahnya tidak ada listrik dan air. Anak-anak dibagi dalam 4 kelompok dan dipandu untuk menyusun menara dari batangan korek api yang disusun di atas mulut botol. Tidak mudah bagi kelompok yang tidak mempunyai kesabaran untuk bekerja sama dalam menyusun batang demi batang korek api tersebut menjadi menara. "Sekolah makin tinggi makin banyak pelajaran, kalau tidak mengikuti dengan baik maka akan ketinggalan pelajaran, jadi harus fokus, harus saling bantu, bekerja sama, tidak boleh menyalahkan dan menjatuhkan orang lain," tutur Martin Shibo saat menjelaskan makna dari permainan tersebut.
Keterangan :
Semangat anak–anak tidak surut untuk mengikuti camp hingga hari kedua. Mereka melakukan senam Ho La La yang dilaksanakan di lapangan hijau dengan udara yang sejuk dan pemandangan pegunungan serta pepohonan yang asri. Bodhisatwa cilik diajak untuk merasakan lebih dekat dengan alam. "Punya kebiasaan baik, lebih baik daripada punya nasib baik, mau belajar mesti merasakan, semua yang dilahirkan di dunia ini ada tujuannya, apa pun tujuan tersebut tak masalah, yang penting ada dua hal yang tidak bisa ditunda dalam kehidupan ini, yaitu berbakti kepada orang tua dan melakukan kebajikan," ungkap Desnita Shigu kepada anak - anak.
Keterangan :
Melalui camp ini diharapkan anak-anak dapat belajar memaknai kehidupan. Seperti yang diungkapkan Master Cheng Yen dalam buku Pedoman Guru Humanis bahwa pendidikan yang terbaik adalah pendidikan batin -dengan kebijaksanaan, membimbing dan membangkitkan pengetahuan yang bajik anak-anak. Semua harus dimulai dari pendidikan hati, para guru harus lebih banyak mengucapkan kata-kata yang baik dan membimbing anak-anak untuk melakukan perbuatan baik. | |||
Artikel Terkait
Jalinan Jodoh bajik dalam Rangkulan Cinta Kasih
29 April 2013 Suasana kebersamaan selalu meninggalkan kesan tersendiri dan menumbuhkan semangat baru. Berbagi dan menerima, keduanya sama penting dan memiliki sebuah jalinan jodoh bajik dalam rangkulan penuh cinta kasih.Dimulainya Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Palmerah
12 Oktober 2023Program Bebenah Kampung kerja sama antara Tzu Chi Indonesia dengan Pemprov DKI Jakarta di Palmerah, Jakarta Barat dimulai hari ini (12/10/2023). Kegiatan diawali dengan pembongkaran 2 rumah yang akan dibangun.
Menginspirasi Anak Asuh Beasiswa di Tengah Pandemi
21 Juli 2020Webinar dengan tema Belajar Efektif di Era New Normal diisi dengan sesi sharing oleh Yuniarti, seorang alumni penerima beasiswa Tzu Chi Sinar Mas yang telah menyelesaikan studi S2 melalui beasiswa Australia Awards.