Mendidik dengan Sepenuh Hati
Jurnalis : Metta wulandari, Fotografer : Metta wulandariSiswa-siswi TK Tzu Chi Indonesia mengadakan ren wen performance usai seminggu melakukan rangkaian Ren Wen week (20 – 24 Februari 2017). Penampilan ini dilakukan seluruh kelas secara bergantian di Guo Yi Ting, Lt. 3 Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, 24 Februari 2017 lalu.
Shi Yong Hong menggenggam erat tangan mungil anaknya, Katherine dengan senyum berseri di wajahnya. Hari itu ia mengenakan setelan yang seragam dengan Katherine. Kaos hitam dan celana panjang hitam, serupa dengan baju yang dikenakan sang anak usai membawakan penampilan di penutupan Ren Wen Week (minggu budaya humanis) yang diadakan di Guo Yi Ting, Lt. 3 Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, 24 Februari 2017 lalu.
Senyum Shi Yong Hong bukan tanpa alasan. Pertama, ibu dua anak tersebut merasa terhibur dengan penampilan anaknya di panggung. Kedua, dan menjadi alasan yang paling penting, adalah ia merasa amat bangga terhadap perkembangan perilaku Katherine. “Dulu Katherine susah bergaul,” buka Shi Yong Hong. “Sekarang, dia jauh lebih baik,” imbuhnya.
Siswa K1 Joy tersebut memang baru saja memulai sekolah di Sekolah Tzu Chi Indonesia beberapa waktu lalu, dan anak-anak memang membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Namun bukan adaptasi saja yang kala itu menjadi masalah bagi Katherine. “Sebagai murid baru, Katherine memang lebih sensitif,” ucap Long Qing, Guru kelas K1 Joy. “Dia sering berteriak dan menangis di kelas. Gerakan tubuhnya juga menunjukkan kalau dia sangat tidak nyaman,” tutur Long Qin.
Long Qin pun sering melihat Katherine yang sering menggunakan tangan ketika bermasalah dengan murid lainnya. Permasalahan tersebut ternyata tidak hanya terjadi di sekolah.
Ketika di rumah, Shi Yong Hong pun merasa agak repot untuk memberikan pengertian kepada Katherine. “Apalagi ketika itu saya sedang hamil anak kedua, adik Katherine. Dia merasa cemburu dan takut kasih sayangnya diambil sama adiknya,” jelas Shi Yong Hong. Kecemburuan Katherine selama kehamilan ibunya tersebut kerap kali diungkapkan dengan kenakalan, marah, hingga memukul perut sang ibu. “Kami susah berkomunikasi dengan baik,” tambahnya.
Katherine bersama ibunya, Shi Yong Hong mengenakan baju dengan warna senada. Ibu dua anak tersebut merasa terhibur dengan penampilan anaknya di panggung.
Katherine (mengacungkan jempol) menampilkan isyarat tangan bersama teman-temannya dari K1 Joy.
Berpindah ke Sekolah Tzu Chi Indonesia sejak 3 semester lalu, Katherine sedikit demi sedikit belajar mengenai cinta kasih. “Walau awalnya terlihat susah, tapi sedikit demi sedikit akan terlihat hasilnya. Memang tidak bisa instan,” ucap Long Qin. Hal itulah yang terlihat dalam diri Katherine. “Sekarang dia lebih memilih meminta bantuan pada kami (guru) untuk membantu menyelesaikan masalahnya, tidak kasar apalagi menggunakan tangan seperti dulu,” tambahnya.
Senada dengan Long Qin, Iing Felicia Joe, Kepala Sekolah TK Sekolah Tzu Chi Indonesia menjelaskan bahwa apa yang ditanam pada masa sekarang memang tidak bisa langsung terlihat hasilnya. Namun apabila benih telah berbuah, maka kebahagiaan yang dirasakan menjadi tak terkira.
“Terus terang, nggak ada yang bisa saya (sebagai pengajar) katakan apabila mendengar perubahan anak ke arah yang lebih baik selain menjadikannya sebuah penghargaan paling mahal yang kami dapatkan, itu bukanlah uang tapi kebahagiaan dalam batin,” tutur Iing haru.
Sang ibu pun merasa senang tiap kali guru Katherine menceritakan perkembangan Katherine padanya. Bahkan ia tidak ragu untuk menceritakan pula pengalaman bahagianya melihat Katherine yang kini sangat menyayangi orang tua dan adiknya.
“Dia sekarang sangat penuh kasih sayang. Dan karena tahu adiknya lebih kecil dari dia, dia suka peluk, cium,” jelas Shi Yong Hong terharu. “Kalau sampai di rumah, dia juga suka bantu beresin kamar tidurnya sendiri, lipat baju sendiri. Ditambah lagi dia sering tanya ke kami (orang tua), ‘mama capek nggak?’ atau ‘papa capek nggak?’ Walaupun hanya sekadar bertanya, tapi kami sangat bahagia,” ceritanya. “Saya merasa sekolah ini mempunyai cinta kasih yang besar sekali karena anak saya kini mengerti bagaimana perasaan orang lain,” imbuh Shi Yong Hong.
Berbagai ekspresi polos dan bahagia dipancarakan oleh setiap siswa sebelum memberikan penampilan mereka.
Antusias
para orang tua melihat penampilan anak-anak mereka di panggung.
Pendidikan Berlandaskan Cinta Kasih
Pendidikan dengan landasan cinta kasih yang diterapkan oleh Sekolah Tzu Chi Indonesia memang ditanamkan sedini mungkin sejak anak masuk dalam kelas nursery atau preschool. Penanaman cinta kasih dan budi pekerti yang baik tersebut dilakukan melalui berbagai materi dalam kelas dan kegiatan pendukung, salah satunya dengan penyelenggaraan Ren Wen Week (minggu budaya humanis) yang rutin dilakukan tiap tahunnya.
Dalam seminggu Ren Wen Week (20 – 24 Februari 2017) di tahun ini, masing-masing guru kelas menyiapkan materi tentang hal apa saja yang perlu diketahui oleh para siswanya. “Untuk kali ini kami mengajarkan hal paling sederhana berkaitan dengan daily life,” ucap Iing. “Apa yang mereka lakukan setiap hari, apa yang mereka pelajari, ya itu yang mereka praktikkan. Seperti misalnya bagaimana perilaku sopan, jujur, kemudian tentang persahabatan, dan itu tidak terpisah-pisah, semua jadi satu dan saling sambung menyambung,” jelasnya.
Selain itu, para siswa secara tidak langsung juga mendapat pemahaman tentang visi dan misi Tzu Chi melalui kunjungan yang dilakukan Aula Jing Si juga DAAI TV Indonesia yang selaras dengan tema yang diangkat dalam kegiatan: Truth, Kindness, and Beauty yang merupakan prinsip media Tzu Chi. “Selain daily life, ada pula kultur di Tzu Chi yang ingin kami perdalam untuk anak dan membaginya ke orang tua juga,” jelas Iing.
Walaupun dalam praktiknya mengalami berbagai kendala, namun para guru yakin dapat membangun fondasi cinta kasih yang kokoh dalam diri setiap anak. “Kuncinya ada dalam diri setiap guru karena untuk mengajarkan perilaku yang baik kepada anak dibutuhkan kesabaran dan cinta kasih,” ucap Long Qin.
Melalui berbagai penyelenggaraan kegiatan di sekolah, Iing berharap siswanya, di mana pun nanti berada, bisa menjadi contoh untuk orang lain, bisa pula menjadi change agent karena mendapatkan hal-hal baik dan cinta kasih yang besar sejak dini. “Semoga dari mereka masih kecil sampai besar, mereka akan selalu ingat semua hal yang baik,” harapnya.
Artikel Terkait
Ada Pesan Penting Nih dari Anak-anak TK Tzu Chi
06 Maret 2019Gemas! Siswa-siswi TK Memperkenalkan Tentang Misi Kemanusiaan
23 Februari 2018 Siapa yang tak gemas melihat penampilan anak-anak usia TK yang dengan percaya dirinya menari, berakting, juga membawakan isyarat tangan. Sekitar 500 siswa-siswi TK Tzu Chi Indonesia tampil di atas panggung dalam gelaran Ren Wen Week atau Pekan Budaya Humanis, hari ini, Jumat 23 Februari 2018.Mendidik dengan Sepenuh Hati
28 Februari 2017Memberikan pendidikan berkarakter pada anak-anak usia dini memang tidak bisa menuai hasil dan berbuah secara instan. Namun apabila benih telah berbuah, maka kebahagiaan yang dirasakan menjadi tak terkira.